LAPORAN: Saibansah
MINGGU, 15 Desember 2024, pukul 15.30 WIB, hampir seluruh wilayah Jakarta diguyur hujan lebat. Ini sudah diprediksi oleh BMKG Jakarta. Termasuk, di seputaran Jalan Sabang, Jalan MH. Thamrin dan Jalan Wahid Hasyim Jakarta Pusat.
Tidak ada pilihan, untuk bisa menerobos hujan, dari hotel tempat saya menginap, Hotel Asyley Wahid Hasyim menuju Mall Sarinah, saya pencet aplikasi Grab. Muncul nama driver, plus jenis mobil dan nomor polisinya. Sudah pasti, angka yang harus saya bayar. Rp 50 ribu. Ya, benar, lima puluh ribu rupiah untuk jarak yang tidak sampai 2000 langkah. Tentu saja, ini karena kondisi hujan. Bahkan, driver Grab pun berujar, “padahal kalau jalan kaki sebentar ya, pak”.
Tapi, sore itu saya sungguh bersemangat untuk cepat sampai di Mall Sarinah Jakarta. Pusat perbelanjaan yang dibangun Presiden Soekarno dan diresmikannya pada tanggal 15 Agustus 1966. Inilah pusat perbelanjaan pertama di Indonesia. Karena saya akan mewawancarai sahabat saya, Taufik Andrie, seorang peneliti terorisme di Indonesia.
Wawancara ini menjadi begitu menarik, karena dilakukan di Mall Sarinah yang pada Kamis, 14 Januari 2016 lalu menarik sorot mata dunia. Karena saat itu, diguncang serangkaian aksi teror bom. Berdasarkan hasil analisis rekaman CCTV dari sejumlah gedung, Polri berhasil menyusun urutan kejadian secara rinci, bahkan hingga detik ke detik.
Untuk sekadar mengingatkan bagaimana dahsyatnya peristiwa itu, berikut adalah kronologi kejadian berdasarkan CCTV:
– 10.39.29: Ledakan pertama terjadi di gerai Starbucks.
– 10.39.40: Selang 11 detik kemudian, ledakan kedua terjadi di pos polisi lalu lintas (Pospol) di depan Gedung Sarinah. Orang-orang mulai berlarian.
– 10.40.40: Satu hingga dua menit setelah ledakan, empat polisi lalu lintas tiba di Pospol, disusul oleh empat polisi lainnya. Karena informasi awal dari handy talkie (HT) menyebutkan ledakan terjadi di pos polisi, kedelapan polisi tersebut berfokus pada area tersebut, tanpa menyadari bahwa ledakan pertama terjadi di gerai Starbucks.
– 10.44.00: Jalan MH Thamrin pada kedua arah ditutup oleh petugas.
– 10.48.00: Dua orang dengan ransel muncul dari arah Starbucks, diduga sebagai pelaku bernama Afif alias Sunakim dan Muhamad Ali. Afif berjalan ke arah dua polisi di jalan dan langsung menembak mereka. Pelaku lainnya memasuki gerai Starbucks dan menembak dua warga negara asing, yakni Amer Quali Tahar (WN Kanada) dan Yohanes Antonius Maria.
– 10.58.00: Sejumlah polisi berdatangan ke area depan dan samping Starbucks. Terjadi baku tembak selama 11 menit antara pelaku dan polisi, disertai empat ledakan susulan. Pelaku melemparkan bom ke arah polisi yang mendekat ke depan Starbucks, dan lemparan kedua diarahkan ke mobil milik Kabag Operasional Polres Jakarta Pusat yang baru tiba di lokasi. Pada detik-detik terakhir, dua pelaku berusaha kembali melempar bom, tetapi mereka terlebih dahulu terkena tembakan dari polisi. Bom yang berada di tangan mereka pun meledak sebelum berhasil dilempar.
Begitulah kronologisnya.
Nah, sambil menunggu sahabat saya yang banyak melakukan penelitian terorisme di Indonesia itu, saya membaca pidato Presiden Soekarno saat meresmikan Gedung Sarinah. Sungguh, pidato yang sangat menggugah jiwa nasionalisme. Memang, pidato Bung Karno mencerminkan visinya tentang kemandirian ekonomi Indonesia dan semangat gotong royong. Pak Karno menekankan pentingnya Gedung Sarinah sebagai simbol ekonomi rakyat dan perjuangan bangsa untuk membangun kesejahteraan rakyat.
Wawancara ekskulisif dengan Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian Jakarta itu kami lakukan di Restoran Sate Senayan, Sarinah. Saya mengenal Taufik Andrie lebih satu dasawarsa lalu di Batam, saat sarjana Fisip Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Purwokerto Jawa Tengah itu melakukan penelitian di Batam. Salah satunya, berkunjung ke Pondok Pesantren An Ni’mah Dapur 12 Batuaji Batam.
“Ketemu di lantai dua ustadz. Sate Senayan.” Pesan yang dikirim Taufik ke hape saya. Pria berkacamata ini selalu memanggil saya, ustadz, meskipun sudah sejak menjadi wartawan tahun 1992 lalu, tidak mengajar lagi di pesantren.
Entah mengapa peneliti terorisme yang sudah hampir satu dasawarsa fokus pada program deradikalisasi itu memilih tempat pertemuan kami di Mall Sarinah Jalan MH. Thamrin Jakarta. Apakah karena gedung ini pernah menjadi tempat aksi teror bom yang memakan korban jiwa warga negara asing? Entahlah. Mungkin saja ini kebetulan.
Tapi memang, wawancara eksklusif Pemimpin Redaksi J5NEWSROOM.COM Saibansah Dardani dengan Direktur Eksekutif Yayasan Prasasti Perdamaian Jakarta Taufik Andrie di Sarinah Jakarta Pusat itu secara pas sekali. Tempat dan topiknya. Hingga tak terasa, ditemani teh poci hangat plus pisang goreng, wawancara plus diskusi itu sampai hampir tiga jam. Sekalian melepas kangen.
Banyak hal kami bahas, mulai dari program deradikaliasi para mantan narapidana terorisme di Indonesia, mantan Direktur Badan Pengusahaan (BP) Batam Dwi Joko Wiwoho yang telah bergabung dengan ISIS di Suriah, sel-sel tidur kelompok radikal di Indonesia yang masih aktif menunggu momentum, pembentukan RAN-PE (Rencana Aksi Nasional Pencegahan Terorisme), sampai dengan persebaran sel-sel ISIS di seluruh dunia.
“Kepri sudah harus punya RAD-PE (Rencana Aksi Daerah Pencegahan Terorisme), karena Batam dan daerah lain di Provinsi Kepri telah menjadi cross border sel-sel kelompok radikal,” tegasnya.
Ingin membaca isi lengkap wawancara ekslusif Saibansah Dardani? Simak di Kanal Wawancara J5NEWSROOM.COM, Senin, 23 Desember 2024.*