SEJAK sebelum diresmikan, saya sudah ingin sekali sujud di Masjid Tanwirun Naja atau Masjid Tanjak di kawasan Bandara Hang Nadim Batam. Tapi, baru Kamis, 1 September 2022, Allah SWT menardirkan saya bisa sholat dhuhur di masjid icon baru Kota Batam itu. Bagaimana kesannya? Berikut catatan wartawan J5NEWSROOM.COM, Saibansah Dardani.
Sekadar sedikit membuktikan, betapa inginnya saya mendirikan sholat di Masjid Tanjak itu, Senin, 23 Mei 2022 lalu, sebulan sebelum masjid khas ini diresmikan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Jumat, 24 Juni 2022, saya telah mengunggah foto Masjid Tanjak di akun Facebook saya. Lengkap dengan ungkapan ekspresi rasa terimakasih saya kepada tokoh kunci di balik
pembangunan Masjid Tanjak, H. Muhammad Rudi.
Lalu, Jumat 19 Agustus 2022 saya beruntung diundang oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) kedua Singapura, Maliki Osman ngopi sore di Marriott Hotel Batam. Kebetulan, saat itu Menlu Maliki baru saja kembali dari menunaikan shalat Jumat di Masjid Tanjak bersama Wakil Walikota Batam Amsakar Achmad dan Wakil Kepala BP Batam Purwiyanto.
Sebelum membahas isu-isu strategis terkait ekonomi, investasi hingga hubungan Singapura-Indonesia, topik obrolan santai kami adalah Masjid Tanjak. “Sangat bagus, sangat indah. Dari luar bentuk tanjak, mimbarnya juga tanjak. Sangat menarik dan luas,” ujar Maliki penuh kekaguman pada Masjid Tanjak.
BACA JUGA: Catatan Ngopi Sore Bersama Menlu Singapura Maliki Osman
Arsitektur Masjid Tanjak di mata Maliki, unik dan jarang ditemukan. Ventilasinya sangat bagus dan mempertimbangkan pengaturan arah angin. Sehingga dia bisa merasakan sirkulasi udaranya segar. Meskipun tanpa air condition atau kipas angin.
“Saat saya shalat jamaahnya penuh. Ruangannya terbuka, sehingga bisa mengurangi penggunaan energi. Masjid ini didesain dengan sangat baik, atraktif dan menjadi ekspresi arsitek muda membangun masjid dengan konsep bangunan hijau yang non konvensional,” paparnya lagi.
Menyimak kesan dan pengalaman Manlu Maliki itu, seolah menjadi magnet kuat yang menarik saya untuk segera sujud di Masjid Tanjak. ‘Masa’ sih, jamaah dari Singapura saja sudah sujud di Masjid Tanjak, lah saya warga Batam kok belum,’ saya membatin dalam hati. Tetapi, karena sejumlah kegiatan di luar Kota Batam, membuat keinginan itu harus tertunda.
BACA JUGA: ‘Kenduri Berdiri’ National Day Singapura ke-57 Batam Satukan Ansar dan Rudi
Sampai akhirnya setelah menghadiri pertemuan dengan manajemen Nuvasa Bay Sinar Mas di Nongsa Batam, 1 September 2022, saya belokkan stir mobil ke arah pintu gerbang Bandara Hang Nadim Batam. Alhamdulillah, akhirnya sampai juga kaki ini melangkah ke pintu Masjid Tanjak.
Sebagai jamaah masbuk, saya leluasa memilih tempat sujud. Karena jamaah sudah tidak lagi ramai. Saya memilih mendirikan sholat dhuhur di soft depan, dekat mimbar Masjid Tanjak yang juga berbentuk tanjak. Bagian depan masjid dekat imaman plong tanpa sekat.
Sehingga, saat zikir kita bisa memandang kolam ikan koi dan warna hijau pohon bambu jepang yang masih baru ditanam. Sehingga, hati juga rasanya plong. Seolah, lantunan doa doa lirih yang dipanjatkan di sana, langsung melesat ke langit menuju arsy.
Lalu, saya memandang plafon dan atap masjid. Memang luas, tanpa tiang dan paduan warnanya, indah. Tentu saja, sebelum ambruk, Kamis 8 September 2022 pukul 09.00 WIB lalu.
Terus saya pandang sekeliling masjid yang berbentuk bulat, juga sebagian tidak disekat, plong. Pantas saja jika sirkulasi udara di dalam masjid begitu dingin. Meski tanpa AC dan kipas angin.
Tetapi, ada sedikit ‘catatan kecil’ saya sebagai kesan pertama memasuki Masjid Tanjak. Yaitu, tempat wudhunya. Berada di area terbuka. Kebetulan, saat itu saya wudhu dalam keadaan gerimis.
Lalu, ada jarak antara tempat wudhu dengan tangga masjid yang tidak keadaan suci. Sehingga, jamaah harus pakai sandal yang disediakan oleh pengelola masjid. Itu pun kondisinya sebagian sudah layak diganti.
Semoga, beringan dengan perbaikan plafon, tempat wudhu juga dirapikan dengan memasang atap dan akses lantai yang suci. *