Puisi Arif Wibawa

Drs. Arif Wibawa, M.Si

Sebuah Senja yang Bercerita

Membawa luka kepada senja
Kau mulai bercerita
Tentang masa kanak-kanak yang bahagia
Berani sembunyi di pucuk-pucuk pohon mangga

Hanya nenek yang bisa tahu
Di mana kamu berada saat itu
Meski perempuan kau tergolong bandel
Setiap anak lelaki kau tantang duel

Ah, betapa indahnya dunia!
Matamu mengerjap pertanda suka
Tapi siapa sangka, hidup merubah jalan cerita
Bapak tiada..

Yatim!
Begitu tetua kampung memanggilmu setelah bapak tiada
Bukan hanya itu, hidup menjadi lambat iramanya.
Sekarang, Mimi harus berjuang seorang diri menjaga anak-anaknya

Membawa luka kepada senja
Kau bercerita
Ketika beranjak remaja
Sudah berani menantang dunia

Bekerja!
Aku harus bekerja membantu Mimi menjaga keluarga
Apalagi Mimi sudah menikah lagi
Aku mesti pergi

Ke Malaysia tak bawa bekal apa-apa
Bahkan ijasah pun tak punya
Bekerja di sana bagai di neraka
Kembali pulang menjadi pilihan terbuka

Pulang!
Kembali menjadi peluang.
Setelah seorang perjaka mengajakmu hidup bersama
Dan kau bersedia tinggal di Jakarta

Senja mulai menangis
Ceritamu berubah tragis
Belum genap sembilan bulan kandungan
Lelakimu telah terpincut teman seperjalanan

Seketika langit runtuh
Kau berlari jauh
Seketika dunia gelap
Kau pun hampir kalap

Bayi mungil dalam kandungan
Sudah ditolak bapaknya karena selingkuhan
Diselamatkan sendiri oleh ibunya
Lalu dijaganya menjadi menjadi buah cinta yang tak berdosa

Hidup harus terus berlanjut
Pengkhianatan harus dilawan tanpa rasa kecut
Merawat bayi seorang diri
Menjadi tugas suci

Senja berhenti menangis
Kenangan mulai kikis
Kerja harus terus meski mengais
Demi anak ganteng yang manis

Perjuangan harus diteruskan meski tanpa kata-kata
Anak ganteng tumbuh sehat dan bahagia
Sekolahnya pintar
Susunya lancar

Hidup bersama seolah sempurna
Tawa…
Canda..
Bisa selamanya

Tiba-tiba senja kembali menangis
Ditikam luka sekali lagi
Si ganteng telah pergi
Racun di tubuhnya tak bisa ditangkis

Waktu berhenti
Semua berhenti
Senja yang berduka
Tangisnya bahkan tak bersuara.

Bangunjiwo, 2 Oktober 2022