Melintasi Batas 3 Negara Hanya dalam 3 Langkah

Inilah tempat Presiden Soekarno mengobati batu ginjalnya di Gobenzel tahun 1963 lalu. (Foto: Akbar/J5NEWSROOM.COM)

Dari bukit tersebut, perjalanan berlanjut ke sekitar 75km dari kota Wina, ada gunung yang tingginya 2049 mdpl. Sesampainya di dasar, mendaki gunung bisa menggunakan kereta berdisain warna belang-belang mirip tokek dengan warna cerah. Uniknya, rel kereta ini bergerigi dan terus menanjak sampai puncaknya.

Benar-benar seolah perjalanan naik kereta di atas awan. Ada sebuah kapel kecil yang dibangun oleh kaisar saat itu pada tahun 1889, untuk istrinya tercinta, Kaiserin Elisabeth Gedachtniskirche.

Pemandangan musim gugur sangat terasa di atas. Tampak juga taman edelweis, yang ternyata berbeda jenisnya dengan edelweis yang ada di Indonesia, misalnya di Gm Gede atau Gn Merapi.

Lalu, negara kedua yang wajib dikunjungi adalah Hungaria. Negara blok Rusia yang kini bergabung dengan Uni Eropa, akan tetapi tetap mempertahankan mata uang aslinya, Forint. Kurs mata uang ini Rp36/1 Forint. Masih terasa suasana sisa-sisa komunisme di kota perbatasan ini, terutama dengan banyaknya patung-patung perunggu di setiap tempat.

Kereta dengan rel bergerigi menanjak ke gunung menuju ketinggian 2,046 mdpl. (Foto: Akbar/J5NEWSROOM.COM)

Ada bangunan kuno yang menjadi ikon kota ini, yaitu Firewatch tower. Dibangun abad 12 oleh Raja Otakar 2 dari Bohemia. Kota yang berpenduduk sekitar 100.000 jiwa ini pernah juga dikuasai oleh Turki pada abad ke 16.

“Sebenarnya dari Sopron ke Budapest ibukota Hungaria hanya 54 km lagi atau 45 menit berkendara. Tapi kami lebih memilih lanjut ke Bratislava, ibukota Slovakia, yang berjarak 87,4 km dari Sopron, agar lengkap menjelajahi 3 negara yang berbatasan langsung di satu titik,” tutur Akbar bersemangat melanjutkan perjalanannya keliling eropa.

So pasti, kami tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk lanjut ke eks negara Eropa Timur lain, yaitu Ceko, Yang sebelum pisah dengan Slovakia tetangganya, menjadi satu negara Cekoslovakia, dan Ibukotanya Praha.

“Terima kasih untuk saudariku Vira, diaspora Wina yang sangat NKRI banget, yang selalu penuh semangat mengantar ke mana pun, terkadang dengan Daddy yang walaupun usia 84 tahun, tapi masih kuat jalan-jalan, termasuk mondar mandir Jakarta-Wina yang paling cepat pesawatnya adalah 18jam,” tutur Akbar.

Dan semoga tulisan ini dapat menginspirasi dan menjadi referensi singkat bagi pecinta traveling. Terutama ke wilayah-wilayah tujuan yang anti mainstream. Karena ternyata masih banyak tujuan wisata yang transportasinya relatif mudah, dan kaya akan tempat-tempat indah dan bersejarah. Akan tetapi belum dilirik oleh para pengusaha travel karena kurang terekspos.

Makam para kaisar dan istri sejak abad ke-15, diletakkan di peti-peti besi yang tertutup rapat. (Video: Akbar/J5NEWSROOM.COM)

Editor: Saibansah

3