Belasungkawa
Temanku baru kehilangan orang tuanya
Temanku baru menangis, dia mau didengar
Temanku menangis
Temanku ingin didengar
Dia baru kehilangan orang yang dicintainya
Dia baru kehilangan arahnya….
Dia sangat-sangat mencintai ibunya
Dia temanku, yah teman saja
Salamku buat bundanya
Salamku simpatinya
Salamku mungkin tak terucap
Salamku buat temanku yang sedang gundah
Selasa, 05 Agustus 2008
Puisi ini didedikasikan penulis Hendri Kremer untuk sahabatnya, Saibansah Dardani, saat ditinggalkan ibundanya tercinta.
Mahaguru
Terkadang senyuman bisa menggugah dunia, ucap salah satu filosof tenar. Senyuman terkadang bisa menggetarkan dengan seluruh isinya. Dengan tenang para dewa akan turun melihat pengaruh senyuman untuk dirinya.
Hari ini mungkin hari ingin melipur lara dan cinta mungkin terkadang indahnya jauh kepalang. Sedikit kemungkinan berusaha dalam teriknya hari. Mungkin sang Mahaguru memberikan tuah, mungkin kan sang Mahaguru mentertawakan muridnya. Indahnya merekah jiwa, semilir angin bergulir dalam aliran air yang mengalir.
Batam, Selasa 14 Oktober 2008
Manusia Tangguh
Kadang aku kecut bila membaca filsafat Nitz.
Dia begitu tangguh, bertempur dengan zamannya. Tanpa takut mengurangi dirinya. Manusia nekat, ciri khas bangsa Jerman awal abad 19.
Padahal aku hidup sesudah 100 tahun kematiannya.
Aku masih belum tangguh seperti Nitz, yang coba menelusuri dirinya hingga mencapai puncaknya. Akan mengenalkan dirinya, seorang ilmuan tangguh, seorang pria jantan yang berani mengexplore metamorfosis diri.
Coba aku renung sejenak, adakah Nitz korban keunggulan, manusia unggul.
Selasa, 16 November 2010
Hendri Kremer adalah seorang dosen tetap di Institut Teknologi Batam (Iteba). Menulis sejumlah buku literatur pegangan mahasiswa di Indonesia. Di antaranya adalah buku berjudul, “Desain Komunikasi Visual”, “Menulis Itu Mudah Menggunakan Bahasa Indonesia Yang Baik dan Benar: Untuk Perguruan Tinggi”, “Termodinamika Komunikasi” dan beberapa judul lagi. Selain mengajar mahasiswa, Hendri juga wartawan Media Indonesia di Batam.