Saatnya Muhammadiyah Makin Mendunia dan Bangkitkan Ekonomi

Dhorifi Zumar 

Oleh Dhorifi Zumar 

TANGGAL 18-20 November 2022 Persyarikatan Muhammadiyah menggelar perhelatan akbar, yang merupakan tradisi rutin lima tahunan, yakni Muktamar. Muktamar yang digelar di Kota Surakarta atau Solo ini adalah muktamar ke-48, dengan mengangkat tema “Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta”.

Muktamar kali ini terasa istimewa karena bertepatan dengan Hari Ulang Tahun atau Milad Muhammadiyah yang ke-110 tahun, dimana ormas Islam modern ini didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Kota Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 silam, bertepatan dengan 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah.

Selain itu Muktamar di Solo kali ini digelar pasca situasi mencekam Pandemi Covid-19 selama dua tahun yang telah memakan banyak korban meninggal, dan melumpuhkan ekonomi nasional. Karena adanya pandemi tersebut, muktamar sempat diundur dua tahun, yang seharusnya dilaksanakan pada Juni 2020 lalu.

Tema “Memajukan Indonesia Mencerahkan Semesta” ini terasa tepat, karena ormas Islam terbesar di dunia dari sisi jumlah aset ini memang telah berhasil memajukan Indonesia di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, maupun keagamaan. Dan setelah satu abad lebih mengabdi pada ibu pertiwi saatnya ormas yang diyakini memiliki 60 juta anggota/simpatian ini menebar kebajikan (beramal shaleh) untuk dunia/semesta.

Pasca Muktamar ke-47 di Makassar tahun 2015 lalu, selama 7 tahun terakhir Persyarikatan Muhammadiyah telah menorehkan capaian dan prestasi yang luar biasa, yang tentu saja sangat bermanfaat bagi kemajuan ummat, bangsa dan negara. Di bidang pendidikan atau Pilar 1, Muhammadiyah telah menambah banyak jumlah sekolah, perguruan tinggi, maupun pesantren, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Total lembaga pendidikan yang dimiliki oleh Muhammadiyah mencapai 27.820 lembaga. Berdasarkan data Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah (Diktilitbang), hingga Oktober 2022, total terdapat 173 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PTMA) yang meliputi universitas, sekolah tinggi, akademi, institut, dan politeknik. Perinciannya, 75 universitas, 28 institut, 57 sekolah tinggi, 3 politeknik, 1 akademi, serta 9 perguruan tinggi Aisyiyah.

Untuk sekolah, Muhammadiyah sudah membangun 4.623 Taman Kanak-Kanak atau PTQ, 2.604 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah, 1.772 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, dan 1.291 Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madarsah Aliyah, serta 419 Pondok Pesantren (Ponpes).

Ponpes Muhammadiyah mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, padahal pada 2010 baru berjumlah 67 ponpes. Artinya dalam kurun waktu 12 tahun terjadi pertumbuhan sebesar 525,4%, atau tumbuh rata-rata 43,8% per tahun. Tentu saja ini progress yang luar biasa dari sisi kuantitatif.

Dari sisi kualitatif, KH Yunus Muhammadi, Ketua Ittihadul Ma’ahid al-Muhammadiyah (Itmam) mengatakan, kepercayaan warga Muhammadiyah terhadap pesantren Muhammadiyah telah tumbuh sangat luar biasa. Sehingga semakin banyak pesantren Muhammadiyah yang terpaksa menolak sebagian pendaftar karena keterbatasan sarana dan prasana, meskipun sesungguhnya penolakan itu sebagai hal yang tidak terpuji. Ghiroh ini muncul tentu saja karena adanya kualitas atau mutu dari pesantren Muhammadiyah yang semakin meningkat.

Keseluruhan amal usaha yang dimiliki Muhammadiyah dalam bidang pendidikan ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dari Aceh hingga, NTT dan Papua. Bahkan, di NTT dan Papua, mayoritas siswa atau mahasiswanya berasal dari kalangan non-muslim.

Selanjutnya, di bidang kesehatan, Muhammadiyah telah membangun 119 Rumah Sakit Umum dan Bersalin, 248 Klinik Kesehatan, 122 Balai pengobatan, 120 Balai Kesehatan Masyarakat, 57 Balai Kesehatan Ibu dan Anak, 154 Apotek, dan 82 Rehabilitasi Cacat.

Sedangkan di bidang sosial, Muhammadiyah telah mendirikan 384 Panti Asuhan, 54 Panti Jompo, 23 Balai Kesejahteraan Sosial, dan 378 Balai Pendidikan dan Keterampilan Muhammadiyah (BPKM), serta 30 Balai Santunan (keluarga, manula/wreda, kematian).

Lalu di bidang agama, Muhammadiyah telah mendirikan 11.473 Masjid dan 8.725 Musholla. Adapun di bidang ekonomi, Muhammadiyah telah mengembangkan 132 Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM), 762 Koperasi/Bank Syariah Muhammadiyah, dan 27 Perusahaan.

Karena jumlah amal usaha yang demikian banyak tersebut, Muhammadiyah diklaim sebagai organisasi Islam yang kaya-raya atau yang terbesar di seluruh dunia dari sisi aset. Jumlah kekayaan atau aset yang dimiliki Muhammadiyah diperkirakan mencapai Rp 400 triliun, terdiri dari aset tanah, bangunan dan kendaraan.

Menebar Kebajikan ke Seluruh Dunia

Di era kepemimpinan Prof Haedar Nashir dan Prof Abdul Mu’thi, Muhammadiyah semakin melebarkan sayapnya ke dunia internasional. Hal ini dibuktikan dengan makin bertambahnya jumlah PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) yang berada di luar negeri, serta semakin banyaknya sekolah maupun kampus Muhammadiyah yang berdiri di luar negeri.

Berdasarkan data, total PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah) yang berada di negara lain telah mencapai 29 PCIM. Perinciannya, 12 PCIM di Asia (Pakistan, Iran, Malaysia, Jepang, Irak, Yordanisa, Taiwan, Hongkong, Korsel, Arab Saudi, India, Yaman, Thailand, Kuwait), 8 PCIM di Eropa (Belanda, Jerman, Perancis, Inggris, Rusia, Turki, Spanyol, Hongaria), 5 PCIM di Afrika (Mesir, Sudan, Libya, Tunisia, Maroko), 1 PCIM di Amerika (AS), dan 1 PCIM di Australia/Oceania (Australia & Selandia Baru). Sedangkan Sister Organisasi (SO) ada di 9 negara, mayoritas di ASEAN (Filipina, Vietnam, Timor Leste, Kamboja, Singapura) ditambah Nigeria, Uganda, dan Mauritius.

Pertanggal 5 Agustus 2021 Muhammadiyah telah mendapatkan izin dari pemerintah Malaysia untuk mendirikan PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) pertama di luar negeri dengan nama Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM). Menurut Ketum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, Pendirian UMAM telah melalui proses, perjuangan, dan usaha yang tiada henti sejak awal 2017 melalui tim yang dibentuk oleh PP Muhammadiyah dibawah koordinator Prof Bambang Setiaji.

Pendirian UMAM yang berlokasi di Kerajaan Perlis Malaysia ini merupakan wujud dari program internasionalisasi Muhammadiyah yang diamanatkan oleh Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tahun 2015.

Setelah itu, pada akhir tahun 2021 Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi meluncurkan beroperasinya sekolah Muhammadiyah di Australia dengan nama Muhammadiyah Australia College (MAC). Sesuai izin yang diterbitkan oleh VRQA Department Education Victoria tanggal 21 Desember 2021, MAC adalah sekolah dengan jenis Primary/Co-educational, yaitu dari jenjang taman kanak-kanak sampai ekolah dasar.

Pendirian MAC melengkapi babak baru komitmen Muhammadiyah untuk membangun peradaban bersama yang mencerahkan di bawah panji Islam Berkemajuan yang berwawasan raḥmatan lil-‘ālamīn di dunia internasional melalui program internasionalisasi Muhammadiyah.

Pendirian MAC ini dimaksudkan sebagai perluasan gerakan mencerdaskan kehidupan bangsa dan pengembangan pendidikan di ranah global yang berfungsi strategis mewujudkan kemajuan dan persatuan antarbangsa.

Dengan adanya sekolah ini, Muhammadiyah sudah memasuki babak baru. Amal usaha Muhammadiyah sudah berdiri di berbagai negara, mulai dari Malaysia, Mesir dan sekarang berada di Australia.

Agar Muhammadiyah makin mendunia dan menebarkan kebajikan ke seluruh dunia salah satu upaya yang perlu ditempuh adalah mengirimkan kader-kader muda dan potensial Muhammadiyah guna melanjutkan sekolah atau kuliah ke luar negeri. PP Muhammadiyah atau kalangan PTM bisa memfasilitasi atau memberikan/mencarikan beasiswa bagi kader-kader potensial Muhammadiyah untuk melanjutkan jenjang S1, S2, maupun S3 nya ke kampus-kampus luar negeri, baik yang berada di negara-negara Islam maupun non-Islam.  

Bila perlu PP Muhammadiyah harus mendirikan lembaga atau organ khusus yang kerjanya fokus mengumpulkan donasi atau wakaf uang untuk Dana Abadi Muhammadiyah, semacam endowment fund. Nah, dana yang terkumpul tersebut, salah satu pemanfaatannya bisa untuk menyalurkan beasiswa bagi kader-kader Muhammadiyah yang ingin melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Sebetulnya saat ini telah berdiri organ Nazhir Wakaf Uang Persyarikatan Muhammadiyah (WakafuangMu) per akhir tahun 2020 lalu, tinggal dimaksimalkan peran dan kinerjanya saja.

Kelak, dengan banyaknya kader-kader Muhammadiyah yang ada di luar negeri, insya Allah program internasionalisasi Muhammadiyah akan cepat berhasil. Karena masing-masing kader tersebut pasti membawa misi untuk makin memperkenalkan Muhammadiyah kepada dunia internasional.

Fokus Bangkitkan Ekonomi Umat

Prof Mukti Ali, cendekiawan muslim Indonesia dan mantan rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sudah sejak lama mengingatkan Muhammadiyah akan pentingnya pemberdayaan di bidang ekonomi. Dalam Berita Resmi Muhammadiyah (BRM) No.23/April 1995, beliau menulis begini:

“Barangkali tidak salah kalau dikatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan Islam terbesar di seluruh dunia Islam. Orang sulit mendapatkan suatu gerakan Islam di negeri-negeri yang penduduknya mayoritas muslim yang amalan dan perbuatannya seluas atau melebihi Muhammadiyah.

Meski demikian, sudah tiba waktunya Muhammadiyah meluaskan amal usahanya dalam bidang ekonomi. Kita mengetahui bahwa organisasi Islam pertama di Indonesia, Sarekat Islam (1905) adalah suatu organisasi yang bergerak dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Akan tetapi, setelah organisasi itu mati maka tidak ada satu organisasi Islam pun yang mempunyai usaha dalam bidang perekonomian hingga sekarang.

Muhammadiyah sudah hampir berusia satu abad. Sudah saatnya meluaskan usahanya ke bidang lain yang pada tahun-tahun lalu belum pernah dilaksanakan. Jika selama ini Muhammadiyah melakukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar  dengan jalan pendidikan, memelihara anak yatim, orang jompo, dan sebagainya maka sudah seharusnya Muhammadiyah meluaskan usahanya dalam bidang ekonomi sehingga dapat membantu fakir miskin tanah air, yang sebagian besar umat muslim, dengan uang…..”

Perhatian Muhammadiyah pada bidang ekonomi atau Pilar 3 sebetulnya sudah lama dilakukan.  Beberapa amal usaha di bidang ekonomi pun sudah banyak yang berdiri, baik yang diinisiasi oleh pimpinan pusat, wilayah, daerah, cabang maupun ranting. Sebagai contoh di sektor keuangan, Muhammadiyah telah mengembangkan 132 Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM), dan 762 Koperasi/Bank Syariah Muhammadiyah. Serta pernah mendirikan bank Muhammadiyah yang diberi nama Bank Persyarikatan Indonesia (BPI) pada awal tahun 2000, sayangnya bank tersebut tidak lama bertahan.

Di sektor ritel Muhammadiyah juga sudah mengembangkan berbagai jaringan usaha retail, baik di tingkat pusat, wilayah maupun daerah, dengan berbagai nama, label atau brand/merek. Seperti Surya Mart, TokoMu, Toko Kita, maupun Logmart yang dibidani oleh unit bisnis majalah Suara Muhammadiyah.

Di setiap jenjang pimpinan Muhammadiyah juga ada Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK), mulai pusat, wilayah, maupun daerah atau cabang. Bahkan kini sudah berdiri Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM). Ini juga merupakan salah satu upaya untuk mengakselerasi pengembangan bidang ekonomi dan kewirausahaan di lingkungan warga Muhammadiyah.

Sayangnya amal usaha di bidang ekonomi tersebut terkesan belum begitu maksimal, atau terkesan sambil lalu saja. Sehingga beberapa diantaranya kondisinya memprihatinkan, bahkan sebagian gulung tikar. Tidak seperti organisasi Darul Arqam atau al-Arqam di Malaysia, yang dulu begitu sukses dalam mengembangkan bidang ekonominya, sebelum akhirnya dibubarkan oleh pemerintah Malaysia.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Abdul Mu’ti sendiri sangat mendukung pengembangan bidang ekonomi atau kewirausahaan di kalangan Muhammadiyah. Beliau pernah membagikan tips bisnis ala Muhammadiyah. Intinya, siapapun yang ingin memulai berwirausaha harus memiliki keyakinan kuat terhadap bisnis yang akan dijalankannya. “Kuncinya jangan banyak rapat. Kalau kebanyakan rapat nanti gak jadi-jadi. Mulai saja dulu, perkuat jaringan, perbaiki pelayanan,” sarannya.

Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, ternyata juga sangat komit dengan pengembangan kewirausahaan di Muhammadiyah. Menurutnya, pengembangan kewirausahaan kader-kader Muhammadiyah melalui Saudagar Muhammadiyah dirasa cukup penting, karena hal tersebut selain memajukan Persyarikatan juga membantu Indonesia dalam sektor ekonomi. “Melalui perbaikan etos Saudagar Muhammadiyah tersebut, maka akan membangun kemandirian kader Muhammadiyah,” tandas beliau.

Semoga Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Kota Solo saat ini mampu menghasilkan keputusan-keputusan terbaik bagi masa depan Muhammadiyah, umat, bangsa dan negara. Sehingga eksistensi persyarikatan makin dirasakan oleh banyak kalangan. Tidak hanya oleh masyarakat Indonesia, tapi juga oleh masyarakat dunia.   

Penulis adalah Ketua Ranting Muhammadiyah Kalibaru Kota Depok dan Pengurus Nazhir Wakaf Uang PP Muhammadiyah.