Puisi Puisi Muhammad Tajuddin

Ritus Batu-Batu

Kota yang hilang jangan dicari
sebab manusia adalah sekeping sketsa
kini kehilangan warna

Jalan adalah kata-kata mati
aku menempa kekebalan ruang

Lonceng terus bernyanyi melemparkan batu-batu
Zaman batu berbatu-batu

Aku membeli matahari dengan darah waktu
dan kapalku semakin karam di langit

Jika merontokkan zikir angin
Jika menelan kebebasan laut

Plato mengalir dalam mimpi
dan obor menjilat pasar yang gelisah

Dalam rongga kepura-puraan
masih mengalun suluk peperangan

Perjalanan adalah huruf-hutuf yang digerakkan

Kalau napas kerontang
Kalau matahari tak mati-mati
jasad laut terasa makin asin
dan nira pada mayang siwalan
betapa manis

Aku kini mengerti bahwa rahasia kehidupan
muncrat dari himpitan batu-batu
bahkan aku dilahirkan pada zaman batu
diazani batu-batu mengeja batu-batu
zaman batu berbatu-batu

Kalau sampai lagu
Kalau sampai napas
Batu-batu ada dalam darah
Batu-batu berkubang memasuki mimpi

Dengan batu-batu
kumulai hidup abadi

Berkafan matahari
Berjalan bersama kematian laut
ruhku membawa zaman batu

Aku mendengar kemanusiaan dinyanyikan
sudah berbatu-batu

majalengka, 29122022

Sajak Batu

Aku berdiri di tepian jalan raya
menghikmati batu-batu melagukan diam
mendadak suara batin tenggelam
di keteduhan asmaul husna
batu-batu itu diam
dalam diamnya kudengar gemuruh
diam adalah waktu yang tak pernah mati
batu-batu bercerita tanpa kata-kata
tiba-tiba aku mengerti meski dalam rasa
batu-batu juga bersujud seperti kita
do’anya : diam
karena diam merangkum beribu kebijakan

majalengka, 27122022