Puisi Wina Armada Sukardi

Wina Armada Sukardi

Koper

Diisi apapun, koper senantiasa terbuka
dari sajadah sampai haram jadah
dari pakian basah
sampai jenazah.

Koper tak pernah mengeluh.
Diangkat dengan cara apapun koper tetap diam saja
Pula tak pernah melawan
bila disorong  kesana kemari.

Betulkah yang kita lihat kasat mata
koper sesungguhnya?

Di buku perunjuk tertulis
manfaat koper tergantung penggunanya.

Apabila hati kita dimasukan ke dalam koper
jiwa bakal meronta-ronta dan menukas-nukas kepada siapapun yang dapat dituding
sambil berteriak-teriak:

“Ini tempat yang sangat sempit.
Gelap.
Pengab.
Bikin sesak.
Panas.
Bau busuk.
Menakutkan.”

Padahal koper telah diperbesar seluas dunia  
dilengkapi jalur masuk  keluar udara segar

Juga ada pepohonan buah yang setiap saat boleh dipetik.

Jika diperlukan dapat pula terdengar musik dari segala jenis.

Bahkan nun jauh di sana ada celah untuk mengintip pemandangan elok
petunjuk ke jalan suci.

Tapi kita memilih selalu berkeluh kesah
lalu lalang tanpa tujuan
seraya menginjak-injak yang lain
serta terombang ambing dalam gerakan koper.  

Koper itu boleh jadi hanya hiasan dalam mata pikiran.
Kitalah yang menentukan koper macam apa yang ada.
Kita pulalah yang memilih mau masuk ke koper mana
dan dibawa kemana.

Koper setiap saat siap melayani kita.
Tapi tanpa  kendalli diri dari kita
koper mampu menelan
dan membelengu kita di bara api kegelapan.

Bintaro, Jakarta, 15 Maret 2023.

SAPU

Hanya sapu bersih yang mampu membersihkan kotoran.
Wahai, sudahkah hati kita lebih dahulu bersih
sebelum merutuk orang lain
dan berbangga diri
ingin membasmi kejahatan.

Oh, janganlah sampai suatu saat nilai sapu
lebih bermanfaat dari diri kita
dan kepala kita ditepik-tepik dengan gagang sapu.

Jakarta, 17 Maret 2023