J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Aksi akuisisi darurat Credit Suisse Group oleh UBS Group langsung berdampak signifikan terhadap para pemegang obligasi paling berisiko. Ini karena ‘pencaplokan’ tersebut bakal menghapus sama sekali nilai obligasi ‘additional tier one’ (AT1) milik Credit Suisse.
Menurut regulator keuangan Swiss, Finma, obligasi AT1 senilai 16 miliar franc Swiss atau setara dengan US$17,3 miliar (Rp265,55 triliun) akan sepenuhnya terkena write off (hapus buku).
Sebelumnya, Credit Suisse juga sudah diberitahu oleh Finma bahwa obligasi tersebut akan dihapus hingga bernilai nol.
Informasi saja, obligasi AT1 banyak diterbitkan oleh bank Eropa pasca-krisis finansial 2008 demi meningkatkan modal tanpa harus menerbitkan efek ekuitas baru.
Tujuan adanya obligasi AT1 adalah untuk menambah lapisan perlindungan bagi fundamental bank.
Apabila rasio modal sebuah bank berada di bawah ketentuan, atau jika otoritas mengintervensi, obligasi AT1 bisa dihapus sama sekali dan dikonversi menjadi saham demi menahan risiko kolaps.
Intinya, ini demi mencegah terjadinya bail-out atau penggunaan dana para pembayar pajak (masyarakat) untuk menyelamatkan suatu bank.
Dibandingkan dengan obligasi biasa, obligasi AT1 berada di peringkat bawah. Jadi, ketika suatu institusi keuangan bangkrut, para pemegang obligasi tersebut pada umumnya akan mendapatkan urutan klaim di bawah obligasi biasa.
Hal tersebut yang membuat obligasi yang juga disebut contingent convertibles (CoCos) ini menjadi investasi yang lebih berisiko.
Nah, karena risikonya yang lebih tinggi itu, obligasi AT1 ini menawarkan imbal hasil (yield) yang juga lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi biasanya dengan rating kredit yang mirip. Ini membuat obligasi tersebut populer di kalangan investor institusi.
Pada umumnya, ketika perusahaan kolaps, pemegang obligasi akan dibayar lebih dahulu daripada pemegang saham, dan ketika suatu saham perusahaan anjlok ke nol, investor saham tidak akan mendapatkan apapun.
Namun, ini berbeda dengan kasus Credit Suisse.
Kontras dengan nasib pemegang obligasi AT1 yang uangnya menguap seiring dihapusnya obligasi tersebut, pemegang saham Credit Suisse akan mendapat sejumlah kompensasi.
Salah satu kompensasi tersebut berupa saham UBS, kendati memang dengan harga yang jauh di bawah valuasi yang seharusnya, yakni senilai 0,70 Swiss franc.
Menurut sejumlah analis kepada CNN International, Senin (20/3/2023), lantaran rontoknya Credit Suisse tidak mengikuti ‘kaidah’ kebangkrutan tradisional, aturan soal prioritas pemegang obligasi tidak berlaku.
“Hierarki klaim tetap berlaku di UE (Uni Eropa) … tidak mungkin pemegang saham dapat dibayar dan pemegang AT1 tidak dibayar,” kata kepala investasi di Axiom Alternative Investment, David Benamou, dikutip CNN International.
“Keputusan yang diambil otoritas Swiss benar-benar sangat aneh,” imbuh Benamou.
Sementara, kepala analis pasar di CMC Markets, Michael Hewson, menjelaskan kepada CNN International, “Tampaknya dalam kasus ini, karena ini bukan situasi kebangkrutan, pemegang obligasi dan pemegang saham AT1 dianggap sama-sama merasakan sakitnya.”
Pandangan lainnya datang dari Louis Gave, peneliti Gavekal Research, yang menyebut, “Pembuat kebijakan tampaknya siap mengorbankan hak individu di atas altar kebaikan bersama,” kata Louis kepada Barron’s, Senin (20/3/2023).
Louis melanjutkan, “Merusak pasar obligasi Coco berarti bahwa dalam krisis berikutnya bank harus mendanai diri mereka sendiri dengan cara baru, atau pemegang saham akan menghadapi dilusi besar-besaran.”
Pemegang obligasi Credit Suisse tampaknya akan mengajukan gugatan ke jalur hukum.
Mengutip Barron’s, Quinn Emanuel Urquhart & Sullivan, sebuah firma litigasi yang berkantor pusat di Los Angeles, mengatakan pada Senin bahwa mereka telah mengumpulkan tim pengacara yang tengah mendiskusikan opsi dengan pemegang obligasi AT1 Credit Suisse.
Informasi saja, menurut catatan Financial Times, Senin (20/1), pasar CoCos atau obligasi AT1 Eropa mencapai EUR250 miliar (Rp4.116 triliun). Penghapusan obligasi AT1 Credit Suisse tersebut menjadi yang terbesar sejak aset tersebut diperkenalkan pertama kali.
Kasus sebelumnya, ketika bank Spanyol Banco Popular kolaps pada 2017 lalu, dana pemegang obligasi AT1 dan pemegang sahamnya sama-sama hilang. Kala itu, nilai obligasi AT1 Banco Popular senilai EUR1,35 miliar ikut menguap.
Sebagai gambaran, UBS telah setuju untuk mengakuisisi saudara satu negara yang bermasalah Credit Suisse senilai US$ 3,25 miliar (Rp 49 triliun) yang akan dibayarkan dengan saham UBS kepada pemegang saham Credit Suisse.
Dalam kesepakatan (all share) ini, Credit Suisse dihargai 0,76 Swiss Franc (SFr) atau jauh lebih kecil dari harga penutupan perdagangan Jumat (17/3/2023) pekan lalu di angka SFr 1,86.
Kesepakatan antara dua pilar utama layanan keuangan Swiss ini adalah megamerger pertama bank global yang dianggap penting secara sistemik sejak krisis keuangan 2008 ketika institusi keuangan bermasalah seringkali dipaksa ‘kawin’ atas perintah regulator.
Sumber: CNBC Indonesia
Editor: Saibansah