BBC London Ungkap Misteri Kapal Kargo Pembawa Limbah yang Sampai ke Batam

Kapal Fan Zhou 10 saat mengangkut setengah badan kapal kargo bermuatan puluhan kontainer diduga berisi limbah B3 ke salah satu galangan kapal di Kabil, Kecamatan Nongsa, Kota Batam. (Foto: Sumber BATAMTODAY.COM)

J5NEWSROOM.COM, Batam – Misteri kapal kargo bermuatan puluhan kontainer yang disinyalir berisi limbah B3 berbahaya dan telah mencemari laut dan terbakar di Perairan Sri Lanka sekitar Mei 2021 lalu itu terungkap. Adalah media besar yang berkantor pusat di Broadcasting House di Westminster, London Inggris, yang mengungkapnya. Media itu adalah BBC (British Broadcasting Corporation).

Dalam liputan khususnya tanggal 10 Juni 2021 yang berjudul, “X-Press Pearl: The ‘toxic ship’ that caused an environmental disaster”, BBC mengungkap kapal kargo beserta kontainer yang bangkainya sampai ke Batam itu tenggelam pada 2 Juni 2021 setelah terbakar berhari-hari.

Saat terbakar, kapal kargo yang dilaporkan BBC membawa bahan kimia itu terbakar di lepas pantai Sri Lanka yang meninggalkan bencana lingkungan, yang kemungkinan besar dampaknya akan mencemari laut dan pulau di lokasi kebakaran itu selama beberapa dekade mendatang.

“Selama berhari-hari kapal kargo itu terbakar di lepas pantai Sri Lanka, kepulan asap hitam tebal terlihat dari jarak bermil-mil jauhnya. Kemudian, X-Press Pearl setengah tenggelam di lepas pantai Sri Lanka, lambungnya bersandar di dasar laut yang dangkal,” tulis BBC dalam liputan khususnya.

Meskipun api telah padam, tulis Ranga Sirilal dan Andreas Illmer, dua orang wartawan BBC yang malakukan liputan khusus di Sri Lanka itu, masalahnya baru saja dimulai. Di atas kapal, masih terdapat menara peti kemas yang ditumpuk satu sama lain, banyak berisi bahan kimia yang sangat berbahaya bagi lingkungan.  

“Beberapa di antara kontainernya telah bocor ke air, menimbulkan kekhawatiran bahwa bahan tersebut dapat meracuni kehidupan laut. Selain itu, berton-ton butiran plastik kecil telah terdampar di pantai terdekat. Dan kemudian ada ratusan ton bahan bakar mesin yang tersegel di lambung kapal yang tenggelam yang juga bocor ke laut,” tulis BBC.

Selain ancaman lingkungan, ada juga konsekuensi yang menghancurkan bagi masyarakat setempat, nelayan yang dalam semalam kehilangan mata pencaharian dan kemungkinan akan menderita selama bertahun-tahun yang akan datang.

“Kami adalah nelayan kecil dan kami melaut setiap hari. Kami hanya bisa mendapatkan sesuatu jika kami melaut – jika tidak, seluruh keluarga kami akan kelaparan,” kata seorang nelayan setempat, Denish Rodrigo, kepada BBC.

Foto Angkatan Udara Sri Lanka menunjukkan kondisi kapal X-Press Pearl yang terbakar berhari-hari dan akhirnya tenggelam pada 2 Juni 2021 lalu. (Foto: EPA/BBC)

Miliaran Butiran Biji Plastik Putih Mengambang

Wartawan BBC melanjutkan laporannya, satu hal yang menonjol saat melihat foto-foto bencana, ada miliaran butiran biji plastik bulat kecil yang hanyut mengambang terombang-ambing di permukaan air hampir sejauh mata memandang. Biji-biji plastik tersebut adalah bahan baku produksi berbagai barang plastik.

“Ada sekitar 46 bahan kimia berbeda di kapal itu,” kata Hemantha Withanage, aktivis lingkungan Sri Lanka dan pendiri Pusat Keadilan Lingkungan di ibu kota Kolombo, kepada BBC.

“Tapi yang paling terlihat sejauh ini adalah berton-ton biji plastik.”

Sejak akhir Mei 2021, biji plastik dari kargo X-Press Pearl itu terombang-ambing hingga ke pantai Negombo. Dampaknya, ribuan ikan telah mati terdampar dengan perut buncit dengan biji plastik tersangkut di insangnya.

Untuk diketahui, plastik membutuhkan waktu antara 500 hingga 1000 tahun untuk terurai. Besar kemungkinan biji plastik tersebut akan dibawa oleh arus laut ke pantai di sekitar Sri Lanka dan bahkan ke pantai yang jaraknya ratusan kilometer dari posisi kapal karam.

“Jika biji plastik ini ada di dalam ikan yang kita makan, mereka biasanya berada di saluran pencernaan ikan,” kata Britta Denise Hardesty dari CSIRO Oceans and Atmosphere Australia kepada BBC.

Dampak lain dari kebakaran kapal kargo ini adalah para nelayan Negombo, tidak hanya pada limbah yang termakan oleh ikan-ikan, tetapi juga kemungkinan mereka juga tidak akan bisa lagi menangkap ikan sama sekali. Apalagi, pemerintah setempat telah melarang penangkapan ikan di sekitar lokasi kebakaran. Itu artinya, tidak sedikit dari nelayan yang kehilangan mata pencaharian mereka.

“Ikan-ikan itu dibesarkan di terumbu karang di daerah tersebut dan pihak berwenang mengatakan, bahwa semua tempat berkembang biak itu telah hancur karena bahan kimia berbahaya,” kata Tiuline Fernando, yang pernah menjadi nelayan selama 35 tahun terakhir.

Sejatinya, banyak keluarga hidup pas-pasan dan bergantung pada hasil tangkapan sehari-hari untuk penghidupan mereka. Sementara pemerintah mengharapkan kompensasi dan uang asuransi dari pemilik kapal yang berbasis di Singapura itu. Sayangnya, penduduk setempat tidak terlalu optimis bahwa uang kompensasi itu akan digunakan untuk membantu mereka.

Sementara itu, asosiasi nelayan Sri Lanka mengatakan kepada BBC, bahwa mereka sangat membutuhkan bantuan, baik nelayan maupun masyarakat luas. “Bukan hanya kami,” jelas Densil Fernando, presiden kelompok dan seorang nelayan itu sendiri.

“Ada industri terkait lainnya yang juga terkena dampak ini. Kami membeli jaring dan mesin dan perahu, kami butuh minyak, ada orang yang menarik perahu. Ada ribuan pekerjaan terkait lainnya yang terkait dengan industri perikanan ini,” lanjut Densil Fernando.

Yang lebih mengerikan bagi nelayan setempat selain kemiskinan adalah, dampak pencemaran lingkungan akibat bahan kimia yang bisa bertahan lama. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan akan mempengaruhi negara tersebut selama beberapa dekade.

Sumber BBC lainnya, Withanage mengatakan, di antara elemen paling berbahaya di kapal adalah asam nitrat, natrium dioksida, tembaga, dan timah. Karena begitu berada di dalam air, bahan kimia ini masuk ke dalam perut laut dan mencemari kehidupan laut setempat.

Ikan kecil mungkin mati dengan cepat akibat keracunan, tetapi ikan yang lebih besar kemungkinannya masih bisa bertahan hidup. Sialnya, ikan-ikan lebih besar akan memakan ikan yang lebih kecil, maka racun perlahan akan menumpuk di tubuh mereka seiring waktu.

Nelayan Sri Lanka yang terancam kemiskinan karena tidak bisa lagi melaut menangkap ikan.  (Foto: EPA/BBC)

“Ikan, kura-kura dan lumba-lumba sudah mati terdampar di pantai. Beberapa di antaranya telah berubah warna menjadi kehijauan, menunjukkan adanya kontaminasi dengan logam dan bahan kimia. Dalam beberapa tahun mendatang, jika Anda menangkap tuna, masih akan terkontaminasi – bioakumulasi ini akan menjadi masalah serius,” tegasnya.

Ini berarti ikan dari daerah tersebut akan berbahaya bagi manusia, tidak hanya untuk saat ini, tetapi untuk tahun-tahun mendatang.

“Orang-orang perlu dididik tentang ini,” desak Withange. “Ini kapal yang benar-benar beracun sekarang. Setiap sampah yang datang ke pantai dari kapal tersebut sangat beracun dan orang-orang bahkan tidak boleh menyentuhnya,” tegasnya mengingatkan.

Sementara itu, BATAMTODAY.COM melaporkan, kapal kargo yang telah mencemari perairan Sri Lanka tersebut telah sampai di Batam. Informasi yang dihimpun BATAMTODAY.COM di lapangan, bangkai kapal beserta muatannya itu diangkut ke Kota Batam menggunakan kapal khusus bernama Fan Zhou 10, setelah ditolak berbagai negara.

Kapal Fan Zhou 10 –jenis kapal pengangkut beban berat– menyandarkan kapal tersebut di salah satu galangan kapal di daerah Kabil, Kecamatan Nongsa, Kota Batam.

“Ini agak aneh, karena kabarnya beberapa negara seperti Singapura dan Malaysia menolak menerima bangkai kapal bermuatan limbah B3 itu, tetapi kita (Indonesia) malah menerimanya,” ungkap sumber BATAMTODAY.COM, yang berkecimpung di dunia pelayaran itu, Sabtu (29/4/2023).

Pria berbadan gempal itu menambahkan, alasan Singapura dan Malaysia menolak kapal itu karena bermuatan limbah B3. Yang sudah diangkut ke Batam, kata sumber, baru separuh, sementara separuh lagi masih di Sri Lanka dan akan diangkut menyusul.

“Sempat mampir ke Malaysia dan ditolak. Di sana (Malaysia) sempat dibuatkan manifest, namun di manifast tersebut tidak tertulis adanya muatan kapal berupak kontainer berisi limbah B3. Sekarang ini baru separuh badan kapal yang diangkut ke galangan kapal di Kabil itu,” jelas sumber, kembali.

Sementara itu, Kepala Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Khusus Batam, M Takwin, mengatakan pihaknya telah menerima informasi tersebut. Bahkan ada agen yang meminta izin untuk melakukan bongkar kargo kapal tersebut, namun tidak diberikan izin.

“Terakhir kemarin ada agen yang minta izin bongkar, tetapi kami tidak izinkan,” tegas M Takwin, melalui sambungan WhatsApp, Sabtu (29/4/2023).

Berdasarkan informasi lain yang diterima BATAMTODAY.COM, kapal Fan Zhou 10 ini tengah bergerak dari Perairan Batam menuju Perairan Singapura. Diperkirakan kapal Fan Zhou 10 bakal tiba di Singapuran sekira pukul 23.00 Waktu Singapura.

Hingga saat ini, BATAMTODAY.COM, masih berusahan melakukan konfirmasi ke pihak-pihak terkait, termasuk melakukan penelusuran siapa pemilik limbah tersebut.

Sumber: bbc.com/batamtoday.com
Editor: Saibansah