Oleh Salamuddin Daeng
JIKA melihat semangat menerbitkan green bond dalam tahun terakhir, maka dapat dipastikan Pertamina akan mengubah haluan dalam hal pembiayaan. Ini merupakan hal yang baru bagi Pertamina. Green bond merupakan langkah kunci bagi BUMN terbesar di tanah air untuk memulai agenda transisi energi.
Secara bisnis jika sumber pembiayaan berubah, maka secara otomatis misi bahkan visi perusahaan akan terpengaruh. Jika itu adalah perusahaan minyak yang semula dibiayai oleh kelompok perbankan minyak global, maka green bond merupakan perubahan yang sangat mendasar bagi bisnis energi perusahaan tersebut.
Perubahan sumber pembiayaan berarti proyek-proyek yang dibiayai berubah, jika proyek yang dibiayai berubah maka infrastukrur berubah, maka sumber daya manusia berubah, tehnologi berilubah, semua berubah, semua baru. Tidak mungkin uang green bond untuk menyedot minyak. Bisa ngamuk itu semua pemilik uang.
Itulah konsekuensi dari transisi energi, bukan soal mau atau tidak mau, tapi mau tidak mau harus mau. Ketika uang dari bank bank energi fosil makin dibatasi ruang geraknya, maka pintu lain akan dibuka bank bank dari energi terbaharukan dan ramah lingkungan.
Karena uang dan pembiayaan menetukan segalanya maka semua kompomen di dalam perusahaan energi terpaksa harus menyesuaikan dengan kebutuhan pemilik uang. Jika siap maka semua agenda berjalan mulus, jika tidak siap maka ini yang bikin linglung.
Sebagaimana kita tahu dalam empat tahun Pertamina aktif menerbitkan surat utang atau global bond. Cukup laku dan ini telah menjadi sumber keuangan penting bagi Pertamina dan anak anak perusahaannya sebelum isue transisi energi datang menderu.
Namun tahun 2022 lalu global bond pertamina tampaknya kurang diminati. Namun berbeda ketika PGE menerbitkan green bond, langsung diserbu oleh uang. Padahal PGE baru saja IPO 25 persen sahamnya dan mendapat uang sekitar 10 triliun, namun secepat caha kemudian menerbitka global bond dan mendapatkan 400 juta dolar dengan permintaan 3,5 miliar dolar. Mantap toh?
Ini apa artinya, transisi energi telah memaksa Pertamina mengubah visi, misi, infrastuktur, sumber daya manusia, dan tehnologi yang cocok dengan tema yang baru. Ini yang disebut perubahan, perubahan tema zaman, mengakibatkan perubahan pembiayaan, mengakibatkan sumber daya manusia yang merupakan sumber daya utama Pertamina berubah.
Ini baru global bond, belum lagi uang 100 miliar dolar setahun dari JETP hasil G20 yang dipimpin Indonesia running? Lebih mantap lagi. Sukses RUPS Pertamina.
Sumber: RMOL
Penulis adalah peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)