J5NEWSROOM.COM, Washington DC – Washington DC secara konsisten masuk dalam daftar lima besar kota paling banyak tikusnya di Amerika Serikat. Kini sejumlah orang berusaha mengubah fakta itu dengan mengerahkan anjing dan kucing untuk memberantas hama pengerat itu.
Tikus adalah salah satu masalah yang memprihatinkan di ibu kota Amerika Serikat, Washington DC. Media-media setempat melaporkan, ada sekitar 13.400 panggilan ke hotline kota itu untuk masalah tikus pada tahun 2022, naik sekitar 2.000 dari tahun sebelumnya.
Masalah tikus ini memburuk karena banyak hal, termasuk musim dingin yang lebih panas daripada biasanya, populasi penduduk yang meningkat, dan semakin banyaknya area makan luar ruangan yang dibuat permanen setelah pandemi COVID-19.
Sekelompok warga kesal dengan masalah tikus ini. Mereka akhirnya menggelar operasi pemberantasan tikus dengan memanfaatkan anjing-anjing peliharaan mereka.
Bomani Mtume, pensiunan polisi berusia 60 tahun, termasuk seorang pesertanya. Ia bergabung dengan grup pemburu tikus dengan anjing Terrier-nya yang bernama Barto.
Barto, menurut Mtume, sangat efektif dalam berburu tikus. Ini dibuktikannya pada suatu operasi malam selama tiga jam di kawasan Adams Morgan, awal Juni lalu, yang berhasil menangkap 30 tikus.
“Barto menangkap sedikitnya empat tikus, padahal banyak anjing yang terlibat. Apakah Barto suka melakukannya? Ya…untuk itulah ia hidup, anjing ini hanya ingin berburu,” jelasnya.
Menurut Michael Feinberg, memanfaatkan anjing adalah cara yang baik untuk mengendalikan tikus secara organik. Cara itu primitif tapi efektif. Racun akan mematikan tikus dalam waktu beberapa hari, sementara anjing bisa membunuhnya hampir seketika.
“Apa yang Anda lihat pada dasarnya adalah definisi kerja tim. Anjing dan manusia bekerja sama, dan mencoba melakukan pengendalian hama yang baik untuk menyehatkan kota. Kegiatan ini juga menyehatkan anjing dan membuat hewan itu bahagia,” komentar Feinberg.
Feinberg mengatakan kehadiran timnya sering disambut warga DC. Ia mengaku banyak orang berterima kasih karena ia dan teman-teammnya melakukan pekerjaan yang seharusnya menjadi tanggung jawab perusahaan-perusahaan pemberantas hama.
Ahli rodentologi Bobby Corrigan mengatakan kepada AFP bahwa meskipun hanya ada sedikit data ilmiah untuk memvalidasi kemanjuran pemanfaatan anjing untuk pemberantasan tikus, praktik semacam itu sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu ketika anjing dilatih untuk pengendalian hama di peternakan.
Corrigan sendiri tidak setuju penggunaan racun. Menurutnya, racun membutuhkan waktu lama untuk mematikan tikus dan bisa membahayakan nyawa hewan-hewan pemangsanya, termasuk elang dan burung hantu.
Anjing bukan satu-satunya hewan pemburu yang menangani masalah hewan pengerat di Washington DC. Kucing juga ikut dilibatkan.
Organisasi pencinta hewan, Humane Rescue Alliance, pada 2017 menggelar program “Kucing Kerah Biru” untuk menyelamatkan populasi kucing liar di Washington DC dan sekitarnya. Sekitar 400 kucing yang diselamatkan itu kini telah ditempatkan di berbagai bisnis untuk memberantas tikus.
Rue adalah salah satu kucing itu. Tugasnya adalah mengusir tikus-tikus yang gemar menggerogoti kantong makanan burung dan pupuk di toko Greenstreet Growers.
Tim Williams, direktur operasi toko itu, memperkirakan kerugian bisnis telah menyusut hingga 10 persen dari sebelumnya sejak Rue ditempatkan di sana.
“Ini adalah keuntungan ganda dari keberadaan kucing di sini. Semua orang suka melihatnya. Rue melakukan pekerjaan nyata. Kami tidak membutuhkan Rue untuk benar-benar menghemat uang, tetapi kucing itu benar-benar melakukannya.”
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah