J5NEWSROOM.COM, Riyadh – Di bawah panas terik matahari yang terbilang ekstrem, para jamaah haji harus tetap bertahan untuk menjalani proses lempar jumrah di Kota Mina, bertepatan dengan perayaan Idul Adha pada Rabu (28/6/2023) waktu setempat.
Mengutip Jordan Times, suhu hari itu mencapai 47 derajat celcius. Tak jauh berbeda dengan sehari sebelumnya, ketika peziarah melakukan Tawaf di Gunung Arafah pada Selasa (27/6/2023), di mana suhu mencapai 48 derajat celcius.
Di Mina, beberapa jamaah mencari tempat berlindung dari teriknya mahari dengan duduk di bawah truk yang diparkir.
Sementara relawan pertahanan sipil melakukan operasi di tenda-tenda jamaah untuk memeriksa kondisi mereka.
Seorang warga Tunisia berusia 26 tahun, Farah mengeluh karena panas yang begitu menyengat selama proses hajinya. “Tubuhku meleleh. Saya tidak akan berpikir untuk melakukan haji lagi sampai terjadi di musim dingin,” ujarnya.
Ritual haji dimulai sejak Minggu (25/6/2023) di Masjidil Haram, situs paling suci Islam, sebelum bermalam di tenda dan kemudian shalat di Gunung Arafah, di mana Nabi Muhammad diyakini telah menyampaikan khotbah terakhirnya.
Kerajaan Saudi menyebut lebih dari 1,8 juta orang mengikuti ibadah haji tahun ini, rekor terbanyak sejak awal pandemi Covid-19. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1,6 juta merupakan orang asing yang berasal dari sekitar 160 negara.
Kondisi cuaca ekstrem mungkin menjadi tantangan terbesar bagi jemaah tahun ini, apalagi banyak lansia yang ikut setelah batas usia maksimum dihapuskan.
Dalam beberapa tahun terakhir, ibadah haji jatuh saat musim panas berlangsung di Arab Saudi. Kondisi suhunya semakin parah bersamaan dengan dampak perubahan iklim dan pemanasan global.
Para ahli telah memperingatkan bahwa suhu panas di Arab Saudi bisa mencapai 50 derajat celcius.
Sumber: RMOL
Editor: Dardani