Oleh Naila Ahmad Farah Adiba
HAI sobat, gimana kabarnya? Sebelumnya aku hendak menyampaikan selamat hari raya Iduladha 1444 H ya, mohon maaf lahir dan batin.
Nah, gimana nih lebaran kalian? Dapat banyak daging gak? Dapat seberapa pun tetap harus bersyukur ya! Karena apapun yang kita dapat itu adalah rezeki dari Allah SWT.
Sobat, tahu gak sih hari raya Iduladha itu selalu identik dengan pengorbanan, coba aja kurban sapi atau kambing pasti setiap Iduladha, betul apa benar? Nah, kalian sudah pada tahu belum kisah dibalik hari raya Iduladha?
Kisah itu bermula ketika Nabi Ibrahim alaihi salam bermimpi secara berturut-turut untuk menyembelih putranya yang bernama Ismail. Sebagai seorang Ayah, tentu Nabi Ibrahim memiliki perasaan sedih, tidak rela, dan sebagainya. Namun seluruh perasaan itu beliau tepis dan kubur sedalam-dalamnya. Karena bagi beliau ketaatan kepada Allah adalah yang pertama dan paling utama dibandingkan dengan yang lain.
Kemudian beliau pun mendatangi Ismail untuk mengutarakan perintah Allah SWT yang datang lewat mimpi itu. Lalu beliau bertanya apakah Ismail bersedia? Mungkin kalau kita yang ditodong dengan pertanyaan seperti itu, kebanyakan dari kita akan menjawab tidak mau. Namun jawaban Ismail remaja membuat kita terperangah, beliau menyetujuinya.
Sebagaimana yang tercantum dalam surah Ash-Shaffat ayat 102. Dan ketika Nabi Ibrahim telah siap untuk melaksanakan perintah Allah, Allah mengganti nya dengan seekor sembelihan yang besar. Itulah balasan yang Allah janjikan bagi orang-orang yang melaksanakan perintah Allah SWT. Nah, akhirnya hingga saat ini penyembelihan hewan kurban masih dilakukan setiap hari raya Iduladha.
Kerelaan dan ketulusan Nabi Ismail tentu menjadi bahasan yang cukup menarik untuk dituliskan. Di usia yang masih tergolong remaja, Nabi Ismail telah memiliki keyakinan yang kokoh dan pemahaman yang baik bahwa perintah Allah di atas segalanya. Diakui atau tidak, hal itu tak terlepas dari peranan orang tua, khususnya seorang ibu yang mendidiknya dengan akidah yang benar dan kokoh.
Terbukti dengan jawaban Ismail yang rela disembelih ayahnya sendiri untuk menaati perintah Tuhannya. Dan bisa kita lihat balasan yang Allah berikan kepada keluarga taat tersebut yang menaati Allah tanpa tapi dan tanpa nanti.
Pendidikan yang diberikan oleh ibunda Nabi Ismail juga sangat berpengaruh dalam diri Ismail hingga dewasa. Ismail yang luar biasa, terlahir dari seorang ibu sekaliber Ibunda Siti Hajar, seorang wanita yang tangguh, cerdas, pantang menyerah, dan taat kepada Allah SWT.
Namun kini mencari generasi seperti Ismail bukanlah hal yang mudah. Didikan orang tua yang kurang dalam hal akidah dan agama, lingkungan yang tidak mendukung, dan yang terpenting sistem saat ini juga tidak mendukung untuk taat sepenuhnya pada perintah Allah SWT.
Namun, bukan hal yang mustahil untuk menciptakan generasi sekaliber Nabi Ismail. Nah untuk menghasilkan generasi-generasi rabbani seperti itu, tentu kita sebagi remaja saat ini harus mempelajari Islam lebih mendalam agar kita memiliki akidah dan pemahaman yang kokoh sebagaimana Nabi Ismail.
Mencoba menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pendidikan akidah dan agama. Dan tentu saja itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan, mengingat sistem yang di terapkan saat ini bukanlah sistem Islam. Karenanya tugas kita saat ini adalah menyebarkan pemahaman kepada orang banyak pentingnya sistem Islam diterapkan.
Karena generasi Ismail akan bersemi ketika ajaran dan didikan yang diberikan benar dan kokoh. Dan untuk melahirkan sosok sekaliber Ibunda Hajar, maka diperlukan sebuah sistem yang mampu mengayomi seluruh manusia, dan bisa menghasilkan seorang wanita pejuang yang tangguh.
Oleh karena itu tetap semangat untuk memperbaiki diri menjadi generasi seperti Ismail dan jangan lupa untuk terus menuntut ilmu sebagai bekal kelak ketika kita mendidik generasi kelak. Agar nanti kita bisa menghasilkan generasi sekaliber Nabi Ismail.
Wallahu a’lam bish showwab
Penulis adalah Santriwati Peduli Generasi Muda Batam