J5NEWSROOM.COM, Paris – Pihak berwenang Prancis, Sabtu (1/7/2023), mengerahkan pasukan tambahan di kota-kota rawan demonstrasi untuk meredam kerusuhan yang memasuki hari kelima yang dipicu oleh tewasnya seorang remaja di tangan polisi. Kerusuhan itu terjadi menjelang pemakaman remaja berusia 17 tahun itu.
Dilansir oleh kantor berita AFP, sepanjang malam Jumat (30/6/2023) hingga Sabtu (1/7/2023), polisi sudah menahan 1.311 orang. Angka tersebut adalah angka penahanan tertinggi sejak protes-protes keras terkait penembakan remaja Nahel M oleh seorang polisi di pinggiran Nanterre, di barat Kota Paris. Nahel ditembak dari jarak yang sangat dekat.
Geng-geng remaja yang diorganisasi melalui media sosial dan bersenjatakan kembang api, menjarah toko-toko dan menyerang balai kota di sejumlah lokasi di seluruh Prancis.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengatakan kepada para wartawan bahwa 45 ribu anggota pasukan keamanan akan dikerahkan sepanjang malam Sabtu (1/7/2023) hingga Minggu (2/7/2023). Jumlah pasukan yang dikerahkan sama dengan malam sebelumnya.
Namun, tambahan pasukan dan peralatan sudah dikerahkan ke Kota Lyon, Grenoble dan Marseille yang mengalami kerusuhan terburuk pada malam sebelumnya.
Lebih sedikit insiden
Di Paris dan wilayah-wilayahnya, sekitar 7.000 petugas dikerahkan. Di Champs-Elysees, yang menjadi pusat pertokoan mewah, polisi anti huru-hara memantau sejumlah anak mudah yang mengenakan pakaian hitam-hitam saat mereka berjalan-jalan di kawasan itu pada Sabtu (1/7/2023) malam.
Sejak Jumat, banyak panggilan daring bagi para remaja untuk berkumpul. Menurut sejumlah wartawan AFP, Sabtu (1/7/2023), polisi membubarkan beberapa kelompok remaja di Canebiere, jalan utama yang mengarah ke pusat Kota Marseille.
Pada tengah malam, pihak berwenang di Lyon dan Marseille melaporkan jumlah insiden lebih sedikit dibanding malam sebelumnya.
Sejumlah kota sudah menerapkan jam malam
Sejumlah demonstrasi memprotes kematian remaja keturunan Aljazair itu kembali mengungkap ketegangan-ketegangan rasial yang mendalam di Prancis yang modern. Hal itu makin menyoroti polisi yang sudah lama dituduh mendiskriminasi kelompok-kelompok minoritas.
Krisis tersebut menjadi perkembangan yang sangat tidak diharapkan bagi Presiden Emmanuel Macron yang sedang mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua. Sebelumnya, Macron juga harus menghadapi demo terkait kenaikan batas usia pensiun yang berlangsung berbulan-bulan sejak pecah pada Januari 2023.
Untuk menunjukkan keseriusannya dalam menangani krisis itu, Macron sudah menunda kunjungan kenegaraan ke Jerman yang dijadwalkan pada Minggu (2/7/2023).
Dialog dan rekonstruksi
Upacara pemakaman Nahel dilaksanakan di tempat tinggalnya di Nantarre, pinggiran Kota Paris. Ratusan pelayan berkumpul dan berjalan dengan damai bersama ibu Nahel dan neneknya.
Pemakaman diawali dengan salat jenazah pada sore hari di sebuah masjid di Nanterre. Dia dimakamkan di pemakaman besar Mont Valerien di kawasan itu.
Upacara pemakaman selesai pukul 15.30 GMT dan diwarnai dengan “refleksi dan tanpa insiden,” kata seorang saksi mata kepada AFP.
Untuk menghindari kekerasan, semua bus dan trem di Prancis tidak beroperasi setelah pukul 21.00 waktu setempat. Penjualan kembang api dan cairan yang mudah terbakar dalam jumlah besar sudah dilarang.
Marseille, kota pelabuhan di bagian selatan, sudah menyaksikan bentrokan dan penjarahan terjadi mulai dari pusat kota hingga ke arah utara di kawasan-kawasan penduduk berpenghasilan rendah yang dikunjungi Macron pada awal minggu.
Pihak berwenang di Marseille menambah pengamanan dengan menghentikan transportasi kota sejak pukul 18.00 waktu setempat, termasuk kereta metro dan melarang demonstrasi hingga Minggu (2/7/2023).
Pasukan tambahan polisi sudah dikerahkan ke kota itu, termasuk kendaraan-kendaraan lapis baja dan dua helikopter.
Seorang polisi berusia 38 tahun sudah didakwa dengan pembunuhan tak disengaja atas kematian Nahel dan sudah ditahan.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah