J5NEWSROOM.COM, Paris – Panas ekstrem diperkirakan akan terus melanda AS dan Eropa hingga beberapa hari ke depan. Seorang pakar mengatakan, cuaca itu membunuh lebih banyak orang di AS dibandingkan badai dan banjir. Pakar lain mengimbau umat manusia mulai beradaptasi, karena ini adalah gambaran iklim Bumi pada masa depan.
Para pakar memperingatkan bahaya panas ekstrem yang sedang melanda sebagian besar wilayah AS. Banyak pihak menganggap perubahan iklim akibat ulah manusia sebagai penyebab tingginya suhu udara.
Lebih dari 100 juta orang Amerika masih akan menghadapi cuaca panas berkepanjangan hingga pekan ini. Lembaga Prakiraan Cuaca Nasional (National Weather Forecast) AS menerbitkan peringatan panas untuk berbagai kota di seluruh negeri.
Tekanan udara tinggi yang terjadi di negara-negara bagian AS sebelah selatan menimbulkan panas ekstrem, kata kepala ahli meteorologi kantor Prakiraan Cuaca Nasional di Phoenix, Sean Benedict, kepada kantor berita Reuters. Ia mengimbau masyarakat untuk membatasi kegiatan di luar ruangan.
Sementara itu, Direktur LSM Climate Communication, Susan Joy Hassil mengatakan, panas ekstrem ini membunuh lebih banyak orang setiap tahun di AS daripada badai dan banjir jika digabungkan. Panas ekstrem membunuh orang empat kali lipat lebih banyak dibandingkan dingin ekstrem.
“Jadi, kondisi ini memiliki dampak yang sangat serius terhadap kesehatan kita. Anak-anak, orang lanjut usia, mereka yang bekerja di luar ruangan, orang-orang dengan kondisi kesehatan kronis. Jadi kita harus sangat berhati-hati untuk merawat mereka yang paling rentan dan memastikan bahwa mereka tidak mengalami kelelahan akibat panas atau terkena sengatan panas,” ujar Susan Joy Hassil.
Joy menambahkan, dampak perubahan iklim tidak hanya berupa gelombang panas, melainkan juga kondisi cuaca ekstrem lain, termasuk banjir atau tornado yang semakin parah.
Di banyak tempat di pantai barat AS, khususnya di sisi barat daya, di mana musim panas yang terik sudah biasa, suhu ekstrem dapat mencapai rekor.
Sementara itu, suhu tinggi yang memecahkan rekor juga diperkirakan melanda Eropa selatan pekan ini, kata pejabat Badan Antarika Eropa (ESA), hari Minggu (16/7/2023), kepada kantor berita AP.
Ilmuwan aplikasi iklim lembaga tersebut, Clement Albergel, mengatakan bahwa gelombang panas berikutnya diperkirakan menerjang Eropa selatan, di mana suhu yang sangat panas pada pekan lalu terpaksa menutup kompleks Acropolis di Athena, Yunani.
“Kita harus beradaptasi. Memang benar, masyarakat kita harus beradaptasi terhadap suhu yang menjadi sejenis kenormalan baru dari tahun ke tahun. Akibat perubahan iklim, kita bisa merasakan bahwa gelombang-gelombang panas terjadi semakin sering, semakin panas dan semakin lama. Apa yang sudah kita alami tahun lalu dan yang sedang kita alami sekarang adalah sekilas gambaran iklim kita pada masa depan.”
Ia mengatakan, suhu udara yang tinggi dapat memicu berbagai masalah kesehatan, dari kelelahan akibat panas dan dehidrasi parah, hingga peningkatan risiko serangan jantung dan strok.
Albergel menambahkan, gelombang panas juga dapat memengaruhi dunia bisnis, seperti bisnis kontruksi dan transportasi, serta berdampak pada keragaman hayati.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah