Oleh Imam Shamsi Ali
SURAQAH (versi Indonesia: serakah) menaiki kudanya dan menghentakkan kakinya. Kuda itu pun berlari kencang di tengah teriknya matahari di padang pasir yang menghampar. Suraqah dan kudanya tidak nampak oleh siapa pun. Selain karena lari dengan kecepatan yang tinggi, juga karena hentakan kaki kuda itu menerbangkan debu ke atas angkasa.
Sementara itu Rasulullah bersama Abu Bakar dan penunjuk jalan Al-Uraiqi terus berjalan menelusuri jalan yang hampir tidak dikenal oleh siapabpun. Namun Suraqah mampu menemukan jejak langkah mereka. Diabpun terus memacu kudanya dengan kecepatan di atas rata-rata.
Abu Bakar yang memang menyimpan kekhawatiran serta keinginan untuk melindungi al-Habib, sesekali berjalan di belakang Rasulullah, kadang di depan, samping kiri atau kanan. Dan sesekali menengok ke belakang untuk memastikan kalau para musuh itu tidak membuntuti mereka.
Namun di satu waktu saat Abu Bakar menengok ke belakang, beliau tiba-tiba melihat ada gumpalan debu yang terbang tinggi ke angkasa. Beliau berbisik kepada Rasulullah dan memberitahu mengenai itu. Mendengar itu Rasulullah berkata: “kita sedang dikejar”.
Mendengar itu menjadikan Abu Bakar semakin panik dan khawatir. Tapi Rasulullah tetap tenang dan menenangkannya. Rasulullah selalu memberi ketauladanan kepada sahabatnya itu. Bahwa dalam keadaan apa pun Allah adalah penguasa langit dan bumi. Dan Allah akan memberikan perlindungan kepada hamba-hambaNya yang beriman.
Sementara itu Suraqah semakin mendekat. Kudanya berlari semakin kencang. Suraqah pun semakin yakin segera menemukan orang yang dicarinya. Di benaknya imajinasi 100 ekor onta itu semakin nampak. Dengan 100 ekor onta dia akan mendadak jadi kaya raya.
Rasulullah dan Abu Bakar tetap berjalan normal. Tidak berlari, tidak juga membelok mencari persembuyian. Rasulullah sangat yakin dengan “junuudun lam tarauha” (bala tentara yang tak nampak) yang Allah siapkan. Dia yakin dengan tangan Allah yang selau membentenginya.
Tiba-tiba ketika Suraqah semakin mendekat, bayang-bayang Rasulullah dan Abu Bakar nampak di matanya, kudanya yang sehat, kuat dan pilihan itu tiba-tiba jatuh tersungkur dan kekuatannya seolah menghilang untuk bangkit lagi.
Dalam catatan sejarah disebutkan ketika itu terjadi Suraqah hampir tidak mempercayai matanya. Seolah mimpi yang tak pernah terjadi pada kudanya. Dia kemudian mengeluarkan dari bajunya sesuatu yang biasa dipakai sebagai mantra-mantra. Dalam bahasa Arab disebut “al-azalaam”. Kata ini juga disebutkan dalam Al-Al-Qur’an sebagai sesuatu yang diharamkan.
Suraqah memakai mantra itu untuk mengembalikan tenaga kudanya. Kuda itu berdiri lunglai. Tapi Suraqah seolah memaksanya untuk tetap berlari dan mengejar Rasulullah. Namun beberapa langkah kuda itu kembali jatuh tersungkur. Suraqah untuk ketiga kalinya mencoba lagi. Tapi lagi-lagi terjadi hal yang sama.
Akhirnya Suraqah mengakui jika orang yang dikejarnya itu bukan orang biasa. Tapi orang yang luar biasa. Suraqah mengakui kelemahan dan ketidak mampuannya. Maka dia memberi isyarat agar dimaafkan dan diberi kesempatan untuk mendekat. Rasulullah tentunya melalui inspirasi langit mengetahui i’tikad Suraqah. Beliau memaafkan dan mengajak mendekat.
Setelah mendekat Suraqah yang bernama lengkap Suraqah Ibnu Malik itu justeru meminta jaminan keamanan dari Rasulullah SAW. Di sini sesuatu yang kontras terjadi. Dari seseorang yang memburu dengan niat buruk. Kini malah meminta jaminan keamanan. Dan Rasulullah memberikan jaminan itu bahkan secara tertulis yang dituliskan oleh Abdullah Al-Uraiqi (penunjuk jalan).
Hanya Abu Bakar yang kemudian berpesan: “jangan beritahu siapapun keberadaan kami”. Suraqah pun kembali ke Mekah dan memberitahu mereka bahwa dia telah menemukan Muhammad tapi tidak mampu melakukan apa-apa. Para tokoh Qurasyh marah. Abu Jahal bahkan menyebutnya dalam sebuah Puisi yang ditulisnya jika (Suraqah) orang yang bodoh. Tapi Suraqah menjawabnya dalam Puisi yang juga dia tulis: “Kalau saja anda ada di sana dan melihat apa yang saya lihat anda akan mengalami hal yang sama”.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah tiba-tiba berkata kepada Suraqah: “Wahai Suraqah, kira-kira bagaimana rasanya jika suatu ketika kamu memakai gelang (perhiasan) raja Kisra?”. Kisra adalah raja Persia. Salah seorang penguasa besar yang kaya raya. Suraqah ketika itu tidak paham apa yang dimaksud oleh Rasulullah.
Sekitar 9-10 tahun di kemudian hari Setelah Rasulullah masuk kembali ke Mekah (Fathu Makkah). Beliau di kemudian menakkukan kota-kota sekitarnya, temasuk kota di mana Suraqah saat itu tinggal. Ketika Rasulullah memasuki kota itu, Suraqah menemui beliau dan memperlihatkan salinan “jaminan keamanan” yang pernah dia minta dari Rasulullah waktu bertahun-tahun sebelumnya. Suraqah pun masuk Islam saat itu juga. Bahkan dia kemudian ikut pindah ke Madinah dan tinggal di kota Rasulullah SAW.
Singkat cerita, tujuh tahun Setelah Rasulullah meninggal dunia kerajaan Persia ditaklukkan di zaman Umar Ibnu Khattab. Para tentara Muslim membawa harta rampasan dari Persia berupa emas termasuk bekas perhiasan raja. Semua di bawah ke hadapan Umar di Masjid Nabawi.
Umar kemudian meminta agar bekas gelang raja dipisahkan. Setelah gelang itu ditemukan Umar memanggil Suraqah dan memberikan gelang itu sebagai pembuktian ucapan Rasulullah bertahun-tahun lalu: “bagaimana jika suatu ketika kamu mendapatkan gelang raja Persia Wahai Suraqah?”.
Kembali ke cerita perjalan Rasulullah SAW. Setelah peristiwa upaya pembunuhan oleh Suraqah berlalu, beliau melanjutkan perjalanan menuju Madinah. Konon sang penunjuk jalan yang non Muslim itu, Abdullah Al-Uraiqi, juga meminta izin untuk kembali ke Mekah. Karena Abu Bakar telah bisa mengidentifikasi jalan menuju Madinah.
Mereka berdua pun melanjutkan perjalan itu. Beberapa saat kemudian mereka merasakan dahaga dan lapar. Tiba-tiba saja Rasulullah dan Abu Bakar melihat sebuah rumah sederhana terbuat dari tanah liat. Mereka mengetuk pintu rumah itu. Seorang wanita tua membuka pintu rumah itu. Abu Bakar bertanya apakah beliau berkenan menjual makanan kepada mereka?
Sang wanita itu berkata: “maaf, kami tidak ada sama sekali makanan di rumah saat ini. Suami saya sedang keluar mencari sesuatu untuk kami makan”.
Abu Bakar bertanya: “adakah susu yang bisa diminum?”
Wanita itu menjawab: “kami telah lama tidak minum di rumah ini”.
Tiba-tiba saja Rasulullah melihat seekor kambing betina yang sudah tua di belakang rumahnya. Kambing itu kurus dan nampaknya tidak lagi bisa memproduksi susu. Rasulullah kemudian meminta izin untuk memeras air susu dari kambing itu. Mendengar itu wanita tua itu tertawa: “bagaimana mungkin bisa memberi susu? Sudah tua dan kurus”. Apalagi Musim Panas saat itu.
Rasulullah mengatakan: “saya hanya minta izin dari Ibu”. Dan sang Ibu itu mengizinkan. Walau dalam hatinya berkata jika permintaan Rasulullah itu hanya candaan.
Rasulullah kemudian menyentuh kambing betina tua itu. Sementara Abu Bakar memeras susunya yang kering. Tiba-tiba saja dari susu kambing itu mengalir deras air susu memenuhi bejana yang biasa dipakai menampung air susu oleh ibu itu. Rasulullah kemudian meminum darinya. Abu Bakar pun meminum sepuasnya. Dan masih banyak lagi sisanya yang ditinggalkan untuk pemiliknya.
Perjalanan pun dilanjutka…
Jamaica City, 26 Juli 2023
Penulis adalah Presiden Nusantara Foundation Amerika Serikat