J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Kementerian Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu RI), Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kembali bekerja sama dalam Forum Koordinasi Pembiayaan Pembangunan melalui Pasar Keuangan (FK-PPPK) menyelenggarakan Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (Like It), Senin (14/8/2023).
Acara digelar secara luring terdiri dari rangkaian talkshow yang membahas mengenai peran pasar keuangan, pelaku usaha dan investor ritel dalam pembangunan, memahami investasi keuangan bagi pelaku usaha, investasi cerdas bagi pelaku usaha, serta berbagai isu mengenai investasi.
Rangkaian acara Like It 2023 akan berlangsung dalam 3 (tiga) seri dan diselenggarakan secara bergantian oleh anggota FKPPPK selama sebulan ke depan. Tahun ini, Like It didedikasikan untuk generasi muda pelaku usaha yang telah berkontribusi nyata dalam perekonomian domestik.
Like It #1 mengusung tema Rising Stars: Young Entrepreneurs Shine in Financial Investing yang dilandasi semangat mendorong para peserta untuk dapat memperoleh pemahaman lebih baik dan menyeluruh tentang strategi investasi keuangan, sehingga dapat membantu mereka membangun pondasi keuangan yang mendukung pengembangan kewirausahaan mereka.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, dalam sambutannya pada pembukaan acara menyampaikan bahwa untuk bisa menjadi negara maju dan sejahtera, setiap generasi perlu bekerja keras, termasuk generasi muda pelaku usaha Indonesia yang merupakan calon investor ritel yang sangat potensial, sehingga sedini mungkin perlu diberikan edukasi dan literasi keuangan dalam berinvestasi. “Setiap generasi memiliki peranan penting untuk memperjuangkan, membangun, mengusahakan, dan membiayai pembangunan,” ujar Menkeu.
Menkeu juga menambahkan bahwa dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan juga sektor keuangan yang stabil dan dalam, yang antara lain ditunjukkan dengan tingkat inklusi dan literasi keuangan yang tinggi. Terlebih lagi untuk generasi milenial dan generasi Z yang merupakan pelaku utama di berbagai sektor saat ini, harus siap menghadapi perubahan zaman yang sangat cepat.
Perkembangan digitalisasi di sektor keuangan yang telah mempermudah akses terhadap berbagai produk investasi, perlu diimbangi dengan peningkatan literasi keuangan. Yang paling penting adalah mengetahui karakter produk yang diinvestasikan. Menjadi literate bermanfaat sebagai bekal dalam merencanakan dan menjaga hasil kerja untuk diinvestasikan di tempat yang baik.
“Indonesia hanya akan bisa maju jika kita semua peduli dan menjaganya bersama, dimulai dari memahami bagaimana mengurus negara ini, memahami mengurus keuangan diri, dan menjaga untuk diinvestasikan di tempat yang baik,” pesan Menkeu.
Gubernur BI, Perry Warjiyo mengajak generasi milenial yang mendominasi demografi masyarakat saat ini untuk menjadi yang terdepan dalam literasi keuangan atau Like It. Pentingnya peranan generasi muda dalam mendorong literasi keuangan atau Like It. Pertama, generasi muda mendukung pembiayaan pembangunan melalui investasi yang menguntungkan investor domestik dengan menyediakan produk investasi/keuangan, dengan harga yang baik melalui infrastruktur pasar bagi pelaku pasar yang lebih luas.
Kedua, generasi muda pelaku usaha sangat berpengaruh dalam meningkatnya jumlah investor, akan terus didorong untuk berinvestasi melalui kolaborasi sosialisai ke empat otoritas di berbagai daerah. Ketiga, Like It harus dapat membuat investor menjadi tangguh dengan mendapatkan keuntungan dari investasi, mendukung pendalaman pasar keuangan.
Perry juga memberikan tips untuk mendapatkan manfaat Like It sehingga keuangan maju dan sukses berinvestasi yaitu “Boleh YOLO namun tetap dengan financial planning”, “Like It bukan untuk FOMO tapi karena kebutuhan untuk mempelajari investasi”, dan terakhir “Like It mengajarkan menjadi STAR (Smart Thinking Action for better Result)”. Mari bersama-sama kita perkuat literasi keuangan Indonesia dengan semboyan Like It, Like It, Like It….!!! menutup insightnya.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menyampaikan bahwa basis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2023 adalah konsumsi masyakat atau rumah tangga yang mencapai 5,3 persen dan investasi yang meningkat 4,36 persen.
Untuk menjaga keberlanjutan dan peningkatan kedua sektor tersebut, menurut Mahendra ada sejumlah fokus di sektor jasa keuangan yang harus dioptimalkan antara lain pengembangan pembiayaan sektor UMKM dan pengembangan Pasar Modal.
Dikatakannya, pembiayaan UMKM dari perbankan dan perusahaan pembiayaan selalu menjadi prioritas kebijakan OJK. Saat pandemi, seluruh kredit restrukturisasi terkait UMKM diberikan perpanjangan sampai Maret 2024.
“Jadi seluruh perangkat kebijakan, pengawasan dan tindakan bagi ekosistem UMKM dan akses literasi bagi peningkatan masyarakat pada pemahaman serta pemanfaatan seluruh sektor jasa keuangan menjadi prioritas OJK,” katanya.
Sedangkan di sektor pasar modal, Mahendra menilai potensinya masih sangat besar untuk semakin meningkatkan pembiayaan perekonomian nasional.
OJK mencatat jumlah investor Pasar Modal pada Juli 2023 sudah mencapai 11,42 juta investor atau sekitar 4,5 persen dari populasi Indonesia. Dari jumlah tersebut, sebanyak 80,44 persen investor merupakan generasi muda (Generasi Milenial dan Gen Z).
“Di sinilah kita dorong, fasilitasi produk investasi, dan juga menjaga dan melindungi konsumen, dan mengawasi perilaku para perusahaan, baik emiten, jasa keuangan lain, perbankan, asuransi, pembiayaan dan juga pinjaman online, yang harus terus diawasi. Untuk itu kami siap dukung seluruh program dan kerja sama yang dicanangkan dalam kesempatan selama ini,” katanya.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam sambutannya memaparkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang memproyeksikan bahwa Indonesia akan “menikmati” puncak bonus demografi, yakni penduduk usia produktif (muda) lebih besar ketimbang non produktif pada tahun 2020-2030 dimana jumlah usia produktif pada tahun 2030 diperkirakan akan mencapai 68,01 persen dari total jumlah penduduk.
Data tersebut menegaskan bahwa potensi investasi pasar keuangan di Indonesia kedepan akan datang dari kalangan generasi muda yang sadar investasi. Kesadaran investasi tersebut perlu diikuti dengan penguatan literasi keuangan dalam rangka mendukung pendalaman pasar keuangan.
Generasi muda yang well-literate dalam investasi keuangan dapat semakin meningkatkan hasil investasi melalui keputusan dan strategi keuangan yang tepat. Sebaliknya, jika tingkat literasinya rendah maka besar kemungkinan tingkat pemanfaatan dari produk investasi keuangan menjadi kurang optimal, atau bahkan tidak memahami risiko yang mungkin muncul dari suatu produk investasi keuangan, ujar Purbaya.
Bagi pelaku usaha, menginvestasikan sebagian dari hasil usaha untuk masa depan dan tidak hanya hanya fokus pada pertumbuhan bisnisnya juga penting sekaligus memperhatikan langkah-langkah yang dapat memberikan keamanan dan kebebasan finansial jangka panjang. Menginvestasikan sebagian dari kekayaan pribadi mereka adalah salah satu strategi penting yang dapat membantu mencapai tujuan ini.
Literasi dan inklusi keuangan memberikan manfaat yang besar bagi sektor jasa keuangan dan juga pelaku usaha yang turut berkontribusi dalam membayar pajak yang mendukung program-program pemerintah, seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
Diharapkan dengan semakin tinggi tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat, maka semakin banyak masyarakat yang akan memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan secara tepat dengan tetap memperhatikan aspek pengelolaan risiko dan terus waspada perkembangan dengan teknologi di sektor keuangan.
Editor: Agung