Sajak Sajak Muchid Albintani

Muchid Albintani

Kepiting Tertinggal Capit

Kepiting bersayap lima terbang
lalu menghunjam buhul
pada siang jahanam
sambil mengibas-ngibaskan sayap

kepiting bersayap lima
tetiba teking hilang kendali
capit tertinggal entah ke mana
melupa siapa sejati dirinya

rupanya para begundal
sembunyi capit
dalam ketiak busuk kuasa
tinggal menunggu waktu
tak berapa lama

di pelosok batas wilayah segantang lada
sekelompok anak negeri
khidmat ikhlas mempertahankan
marwah sejumput tanah warisan leluhur
terintimidasi kepiting  bersayap lima
tertinggal capit

para tetua dari negeri
di ujung batas
berpetuah hikmah
arif bijak
nan perkasa

“biar mati berkalang tanah
dari pada hidup bertekuk lutut”

“kalau nakhoda kuranglah paham
alamat kapal akan tenggelam”

wahai kepiting bersayap lima
bersimpuh-sujudlah di tanah bunda
pusaka abadi nan jaya
sebelum selimut putih
memanggil jiwa

Pekanbaru, September 2023

Tanah Nun

Subuh terkapar
tak disahut siang
pagi terdeprisiasi
yuan remimbi dolar usa
malam terkooptasi pada
negeri diseruduk  todak
pun sore tak tentu rimba

ketika Tanah Nun bermunajat
dari negeri terjunjung
kakak tertua di tanah bunda ketiga
pun di selat formosa tanah bunda kedua
masih dalam incaran

di Tanah Nun
munajat khudrat iradat disambut
kilauan pasir kwarsa ada juga
timah bauksit intan berlian
mas hitam merah
tak terkecuali beragam unsur lainnya

di Tanah Nun
sumpah bermadah megat sri rama
membasmi para lanun
dikias sebagai pengkhianat
jengkal perjengkal wilayah

begitulah mental berevolusi
dari pahlawan ke pengkhianat
atas nama yuan remimbi
pun dolar sing usa

subuh tetap terkapar
siang tak menyambut
pagi terdepresiasi
malam terkooptasi
sore tak tentu rimba

di Tanah Nun.

Pekanbaru, September 2023

Singa Merah Putih

Suatu hari dulu musibah
berlalu dari negeri dilanggar todak
yang tak hirau dengan sejarah

kini berubah wujud talenta
menjadi tempat kongko kongko
para cukong pengatur negara
penggemar cohiba, montecristo
romeo julieta, arturo fuente

dalam sulalatun salatin
kisah kezaliman membawa padah
walau tak ada kapuk di sini
yang tak hirau tanpa pantai

sang naga merah putih pengatur negeri
yang disamar menjadi ular merah
meliuk-liuk melilit data
kkn anak petinggi
sang calon pemimpin
terus saja terkoneksi pada
negeri diseruduk todak

sebuah negeri kecil nan cadiak
tempat berlabuh sembunyi
para jenglot pengatur negara
jangan kira kami tak paham
pun tak punya data informasi  
sesiapa jatah jati  diri

dari tengah bawah tapak merlion
sebuah pertanda telah hilang sirna
jejak nestapa asal mula sebuah  negeri
yang kini menunggu waktu

sealur pesan panglima Hang Tuah
pada Tanah Nun yang tak lagi
barelang menjadi:

“esa hilang dua terbilang,
tak kan melayu hilang di bumi”

Pekanbaru, September 2023