Kesalahan Pertamina Pilih Transporter, Biang Kerok ‘Hilangnya’ Gas 3 Kg di Batam

Ilustrasi tabung gas 3 kg atau ‘gas melon’ yang ‘hilang’ di Batam. (Foto: Net)

J5NEWSROOM.COM, Batam – Gas elpiji 3 kilogram bersubsidi atau lebih dikenal dengan gas melon sudah tiga hari ini “menghilang” di Kota Batam. Masyarakat mengeluh. Para pedagang makanan terpaksa berhenti jualan. Bahkan, di media sosial di Batam, muncul berbagai komentar bernada miring. “Lebih mudah mencari tempat maksiat daripada mencari gas melon di Batam”.

Salah seorang pedagang nasi kaki lima di kawasan Sei Panas Batam, Ami mengatakan, dirinya terpaksa memilih tidak berjualan karena seharian kemarin mencari gas di seantero Batam, kosong. “Saya sudah dari semalam mencari gas ke mana-mana tidak dapat, makanya hari ini tidak jualan,” ujarnya kepada J5NEWSROOM.COM, Selasa (19/9/2023).

Selain itu, kelangkaan gas melon ini paling banyak disorot masyarakat Kecamatan Sagulung. Maklum, penduduk di kecamatan itu merupakan yang terbanyak dari 12 kecamatan se-Kota Batam.

“Di Sagulung, khususnya Sungai Pelunggut, Seroja, gas melon sudah langka sudah 3 hari ini,” ujar salah satu warga Kavling Seroja di salah satu grup media sosial, Selasa (19/9/2023).

Ia pun meminta kepada semua stakeholder terkait untuk menyikapi hal ini denga baik. Karena gas bersubsidi 3 kilogram merupakan kebutuhan utama masyarakat saat ini.

Menggapi kondisi yang meresahkan warga Kota Batam tersebut, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Kadisperindag) Kota Batam, Gustian Riau mengungkapkan, salah satu penyebab kelangkaan gas elpiji bersubsidi 3 kilogram adalah sistem transportasi yang buruk.

Menurutnya, taransporter yang melayani pengangkutan gas melon tersebut dari Tanjunguban ke Batam ditunjuk oleh Pertamina. “Transporter yang bawa gas itu yang nunjuk Pertamina, ada sistem yang keliru di sini, makanya, selalu ada keterlambatan kedatangangas elpiji 3 kilogram itu,” ungkap Gustian Rau, melalui sambungan telepon, Selasa (19/9/2023).

Gustian menjelaskan, sistem yang dilakukan transporter itu yakni, melakukan satu kali pengangkutan gas elpiji 3 kilogram untuk kebutuhan 3 hari, artinya, di hari keempat, sudah dipastikan ada keterlambatan. “Ini murni kesalahan dari transporter, kami sudah minta agar ini diperbaiki,” ujar Gustian.

“Seharusnya, setiap melakukan penunjukan transporter, pihak Pertamina juga melakukan komunikasi dengan Disperindag, agar permasalahan seperti tidak terulang lagi, sehingga, masyarakat tidak melulu menyalahkan Disperindag bila gas langka,” pungkasnya.

Editor: Agung