J5NEWSROOM.COM, Situbondo – Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf, Rabu (4/10/2023) mengingatkan soal adanya konflik yang kerap muncul di tengah masyarakat dengan banyak sebab.
Kondisi ini telah memaksa para tokoh agama, terlebih para ulama dari lingkungan NU, untuk tidak menutup mata. Mereka harus merasa terpanggil untuk mencarikan bagi umat, jalan keluar dari persoalan-persoalan yang bisa meruntuhkan fondasi peradaban.
Ajakan ini dikemukakan Gus Yahya–sapaan akrab Ketua Umum PBNU itu saat menyampaikan amanatnya pada acara “Kick Off Halaqah Fikih Peradaban II”.
Jika halaqah I digelar di Ponpes Krapyak Yogyakarta tahun 2022 lalu, maka halaqah putaran kedua, dimulai dari Ponpes Salafiyah Syafiiyah, Sukorejo, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur. Ponpes ini didirikan K.H.R. As’ad Syamsul Arifin, salah seorang muassis jam’iyyah NU.
Gus Yahya mengakui bahwa agenda Fikih Peradaban II ini, berangkat dari kegelisahan atas munculnya sejumlah isu dan konflik nasional bahkan internasional yang tengah melanda umat manusia saat ini.
“Umat Islam harus dewasa dalam menghadapi masalah besar yang sangat mendasar akarnya dan berpotensi mengancam keselamatan seluruh dunia,” ujar Gus Yahya menegaskan.
Bahkan, lanjut Gus Yahya, juga berpotensi menciptakan kerusakan besar-besaran sehingga bisa meruntuhkan segala peradaban dunia. Konflik yang terjadi di tempat terpencil pun, dampaknya dapat menyebar ke seluruh dunia,” ujarnya.
Gus Yahya menekankan, bahwa yang akan dibahas dan didalami dalam halaqah fikih peradaban II, bukan sekadar problematika membahas hukum hukum yang sudah ada, tapi lebih pada masalah yang akan terjadi.
“Oleh karenanya yang kita butuhkan bukan sekadar fikih yang hanya menetapkan hukum-hukum terhadap sejumlah waqi’iyah yang ada saja. Bukan sekadar satu istinbat (kesimpulan) yang bersifat reaksioner terhadap yang telah atau sedang terjadi,” tegas Gus Yahya.
“Tetapi kita butuh fikih peradaban yang dapat mencari jalan keluar dari segala kekacauan yang terjadi,” tambahnya.
Oleh sebab itu, Gus Yahya meminta perhatian dari para ulama, khususnya ulama Nahdliyin untuk tidak menutup mata atas segala konflik yang ada dan tengah melanda saat ini.
“Maka kita adakan serial halaqah ini untuk memastikan agar ulama-ulama kita tahu. Ikut memikirkan dan mencari solusi atas banyaknya problem yang terjadi saat ini sehingga Islam harus hadir dalam menyelesaikan persoalan di dunia ini,” kata Gus Yahya berharap.
Hadir pada pembukaan Halaqah Fikih Peradaban II, antara lain, Wakil Rais Aam PBNU, Dr. (HC). K.H. Afifuddin Muhajir, Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo K.H.R. Ahmad Azaim Ibrahimy.
Wakil Ketua Umum PBNU H. Amin Said Husni, Sekretaris Jenderal PBNU, H. Saifullah Yusuf, Bendahara Umum PBNU Gus Gudfan Arif, Ketua PBNU, K.H. Ulil Abshar Abdallah, Ketua RMI PBNU, K.H. Hodri Ariev dan jajaran PBNU lainnya.
Editor: Agung