Oleh L. Nur Salamah, S.Pd
MEMILUKAN sekaligus geram. Konflik antara Palestina dan entitas Yahudi yang sering terjadi sejak 100 tahun lebih kini terulang kembali. Berbagai macam perspektif akhirnya mencuat di permukaan.
Ada yang mengatakan bahwa konflik yang terjadi di Palestina itu tidak ada hubungannya dengan agama. Sehingga tidak boleh membawa-bawa agama dalam masalah Palestina. Ada yang mengatakan bahwa masalah di sana itu adalah masalah internal Bangsa Palestina, Indonesia tidak perlu ikut campur.
Lucunya lagi ada yang mengatakan bahwa saudara kita yang ada di Palestina, dalam hal ini adalah Hamas dituduh dan difitnah sebagai teroris atau bonekanya Yahudi. Benar-benar menggemaskan.
Padahal jika mau jujur, Yahudi adalah biang kerok, dia adalah negara penjajah. Adapun yang terjadi di Palestina hari ini adalah bagian dari sebuah perjuangan rakyat Palestina untuk membebaskan negerinya dari penjajahan Yahudi.
Semua tahu bahwa Palestina merupakan Negeri kaum muslimin, sedangkan penduduk yang ada di sana adalah penduduk negeri yang terjajah, yang dijajah oleh Yahudi.
Mengapa Yahudi bisa menduduki negeri itu? Hal ini tidak lepas dari bantuan negara-negara imperialis Barat termasuk Amerika.
Konflik ini seakan tak pernah usai. Penjajahan yang dilakukan oleh Yahudi itu benar-benar tidak berperikemanusiaan. Di lain sisi kaum muslimin yang merasa terjajah karena tanahnya direbut, terus berusaha untuk memerdekakan Negeri Palestina.
Penguasa Negeri Muslim Bergeming
Sayang seribu kali sayang. Derita saudara kita yang ada di Bumi Palestina seolah tidak dirasakan oleh kaum muslimin di belahan bumi yang lain. Mereka berjuang sendiri mengerahkan seluruh jiwa raga dan nyawa untuk merebut kembali tanah yang telah dijajah dan dijarah oleh Entitas Yahudi laknatullah.
Penguasa-penguasa negeri muslim yang lain pun masih tetap bergeming, nyaris tidak ada sikap apapun. Kalau pun ada hanya sebatas kecaman dan slogan serta bantuan obat-obatan. Ngenesnya kecaman pun ini hari tidak terdengar lagi. Di mana hati nurani?
Astaghfirullah.
Lantas bagaimana sikap kita?
Tidak boleh, haram hukumnya sebagai seorang muslim diam terhadap kezaliman yang menimpa saudaranya. Apalagi Palestina ini adalah negeri kaum muslimin. Bukan hanya milik Bangsa Palestina.
Sebagai seorang muslim, tidak ada cara yang kita lakukan selain mengerahkan segenap kemampuan untuk membantu saudara kita di Palestina. Berjuang dan menyeru ke tengah-tengah umat, menyadarkan mereka bahwa Solusi praktis atas Palestina adalah dengan jihad. Karena penjajahan fisik harus dilawan dengan kekuatan fisik. Tidak bisa hanya dengan doa semata.
Adapun langkah praktis yang kita tempuh yaitu menyeru penguasa dengan berbagai uslub dan wasilah termasuk lewat tulisan agar penguasa negeri muslim mengirimkan tentara ke sana, membebaskan Negeri Palestina, mengusir penjajah Israel yang dilakukan oleh entitas Yahudi ini, agar mereka segera keluar dari negeri Palestina.
Wahai saudaraku, sadarlah! Konflik ini akan terus terjadi, korban akan senantiasa berjatuhan, terutama di Palestina sepanjang diterapkannya HAM oleh PBB dengan standar ganda yang senantiasa berpihak kepada Israel.
Oleh karena itu kaum muslimin harus membebaskan Negeri Palestina dengan caranya sendiri tanpa bergantung kepada Barat. Caranya yaitu dengan jihad dan terus menyeru kepada umat agar mereka sadar bahwa hanya dengan diterapkannya Islam secara Kaffah dalam bingkai sebuah negara yang akan mampu menyelesaikan permasalahan penjajahan dan tidak akan terulang kembali.
Selain itu keberadaan institusi negara akan mampu menjaga kesatuan kaum muslimin yang terdiri dari 50 negara lebih. Dengan demikian tidak akan mudah didominasi, tidak mudah kuasai dan tidak mudah dijajah dengan ikatan ukhuwah yang kuat dengan satu kepemimpinan tunggal.
WaAllahu a’lam.
Penulis adalah Pengasuh Kajian Mutiara Ummat Batam