J5NEWSROOM.COM, Madrid – Menteri Sosial Spanyol, Ione Belarra mendorong pemerintah mengajukan petisi kepada Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) untuk membuka penyelidikan kejahatan perang terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Lewat pernyataan yang dirilis pada awal pekan ini, Belarra mengatakan serangan udara Israel ke Jalur Gaza bukan hanya telah banyak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan, namun juga memblokade bantuan kemanusiaan yang dibutuhkan.
“Menggunakan pembunuhan mengerikan terhadap warga sipil Israel oleh faksi bersenjata Palestina sebagai alasan untuk membenarkan kejahatan Israel secara umum dan pembantaian di Gaza pada khususnya tidak dapat diterima,” kata Belarra yang memimpin partai sayap kiri Podemos di Spanyol.
Untuk itu, Belarra mengajak koalisi pemerintah, Partai Sosialis, untuk bekerja sama mengajukan petisi atas nama pemerintah Spanyol untuk menyelidiki kejahatan perang yang dilakukan oleh Netanyahu.
Dalam pernyataannya, Belarra juga menyoroti segera dilakukan upaya-upaya untuk melindungi warga sipil dan mengakhiri kekerasan.
Israel bukan negara anggota ICC, namun jaksa penuntut utama pengadilan yang berbasis di Belanda mengatakan kejahatan perang yang dilakukan oleh Hamas dan pemerintah Israel berada di bawah yurisdiksi badan tersebut.
Indonesia Kutuk Keras Serangan Israel ke RS Gaza
Sementara itu, pemerintah Indonesia mengutuk keras serangan Israel yang menyasar Rumah Sakit Al Ahly Al Arabi di Gaza bagian tengah hingga menewaskan ratusan warga sipil.
“Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap RS Al Ahly Al Arabi di Gaza yang menewaskan ratusan orang warga sipil. Serangan tersebut jelas melanggar hukum humaniter internasional,” tegas Kementerian Luar Negeri RI dalam pernyataan pada Rabu (18/10/2023).
Kemlu RI juga mendesak segera dibukanya koridor aman bagi akses kemanusiaan.
Israel dilaporkan menyerang RS Al Ahly Al Arabi pada Selasa (17/10/2023). Sejauh ini setidaknya 500 orang sudah dinyatakan meninggal dalam serangan tersebut.
Jurubicara Kementerian Kesehatan Palestina, Ashraf Al Qudra mengatakan petugas penyelamat masih berusaha mengeluarkan mayat-mayat dari reruntuhan pada Rabu pagi (18/10/2023).
Sumber: RMOL
Editor: Agung