J5NEWSROOM.COM, Jakarta – PT Produksi Film Negara (PFN) sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor industri kreatif perfilman, nasional diharapkan juga memperkuat upaya-upaya edukasi tentang perfilman kepada seluruh kalangan masyarakat, utamanya generasi muda.
Hal itu dilakukan antara lain dengan melibatkan masyarakat melalui program-program pendidikan dan workshop yang memperkenalkan dunia produksi film. Membuka dialog dengan penonton untuk memahami preferensi dan ekspektasi mereka. Hal ini menjadi bagian dari upaya meningkatkan apresiasi dan atensi masyarakat kepada keberaan industri perfilman.
Demikian disampaikan Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana akhir pekan ini.
Pada Senin 13 November 2023, pria dengan jejaring pertemanan sangat luas tersebut menyampaikan materi sharing bertajuk “Membangkitkan Kejayaan Produksi Film Negara”. Sosok penghobi silaturahim itu menyampaikan materinya di Gedung Kantor PFN Jalan Otista Raya Kav 125-127 Jakarta Timur mulai pukul 11.00 WIB – Selesai.
Dr Aqua Dwipayana mendapat undangan langsung dari teman lamanya yang menjabat sebagai Direktur Utama PT Produksi Film Negara (Persero) Dr Dwi Heriyanto B untuk menyuntikkan motivasi dan spirit kreativitas para karyawan di lingkungan PT Produksi Film Negara untuk bisa terus meningkatkan kompetensi di bidang industri kreatif perfilman.
Mengawali pekan ketiga November 2023, Dr Aqua Dwipayana kembali melaksanakan aktivitas produktif Sharing Komunikasi dan Motivasi. Kali ini doktor Komunikasi lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran tersebut siap menyampaikan materi motivasi di hadapan puluhan unsur pimpinan dan karyawan BUMN perfilman nasional.
“Peningkatan apresiasi terhadap film nasional dapat dicapai melalui berbagai program edukasi dan inisiatif yang membawa pemahaman yang lebih baik tentang industri film lokal dan mendukung penonton untuk menghargai karya-karya film yang dihasilkan,” kata Dr Aqua Dwipayana.
Dalam pernyataan menjelang sharing, Dr Aqua mengatakan lobi dan dukungan pemerintah juga menjadi faktor yang menentukan. Melibatkan diri dalam dialog dengan pemerintah untuk mendapatkan dukungan kebijakan yang mendukung perkembangan industri film. Termasuk, mendorong insentif pajak dan dukungan keuangan lainnya untuk industri film lokal.
“Hal penting lainnya adalah meningkatkan aksesibilitas. Menjalin kemitraan dengan platform distribusi digital dan bioskop untuk memastikan film-film dapat diakses oleh sebanyak mungkin penonton,” kata pria santun ini menegaskan.
Dr Aqua Dwipayana kemudian menyodorkan berbagai langkah dan upaya dalam mendorong PFN menunjukkan peran dan eksistensi yang lebih kuat. “Pertama terus memodernisasi diri dan berinvestasi. Memperbarui dan meningkatkan peralatan produksi untuk mengikuti perkembangan teknologi terkini. Menginvestasikan dalam infrastruktur produksi yang lebih efisien dan berkelanjutan,” ucap penulis buku super best seller Trilogi The Power of Silaturahim tersebut.
Lebih jauh disampaikan pembicara laris itu tentang peran strategis dalam kemitraan dan kolaborasi. Membangun kemitraan yang kuat dengan perusahaan swasta, lembaga pendidikan film, dan pihak terkait lainnya. Kolaborasi dengan sutradara, penulis skenario, dan aktor terkenal untuk meningkatkan daya tarik dan kualitas film.
“Langkah lainnya adalah memperkuat basis pengembangan bakat atau talent scouting. Mendirikan program pelatihan dan pengembangan bakat untuk menciptakan pool yang lebih besar dan lebih beragam dari bakat-bakat lokal. Menyediakan dukungan bagi pembuat film muda dan eksperimen dalam pembuatan film,” ujar sosok yang hobi silaturahim dan menolong banyak pihak tersebut.
Kemudian, lanjut Dr Aqua Dwipayana, diversifikasi konten. Menghasilkan film dengan berbagai genre dan tema untuk menarik penonton dengan selera yang berbeda. Mengeksplorasi cerita-cerita lokal dan memperkaya konten dengan nilai-nilai budaya. “Lalu, pemasaran dan promosi. Melakukan kampanye pemasaran yang agresif untuk meningkatkan visibilitas film-film produksi PFN. Menggunakan platform media sosial dan internet untuk mempromosikan film secara lebih luas,” kata mantan wartawan di banyak media besar ini menegaskan.
Menurut Dr Aqua Dwipayana, penting juga secara rutin dan berkala mengirimkan film-film ke festival film internasional dan nasional untuk meningkatkan citra dan mendapatkan pengakuan global. Hal ini untuk memastikan kehadiran pada festival-festival tersebut untuk membangun jaringan dan kemitraan.
Datang ke PPFN Tahun 1986
Saat komunikasi sama Direktur Utama PT Produksi Film Negara (Persero) Dr Dwi Heriyanto B pada Sabtu pagi (11/11/2023), setelah sekitar 2 tahun tidak saling kontak, mantan pejabat di PT Telkom itu menginfokan dapat amanah sebagai orang pertama di perusahaan perfilman BUMN tersebut. Kemudian cerita semua yang telah dilakukannya. Kemajuannya signifikan.
Ketika menyimak semua yang disampaikan Dr Dwi, motivator yang telah memotivasi lebih dari sejuta orang baik di seluruh Indonesia maupun di puluhan negara, teringat saat pertama kali ke kantor PFN pada Senin siang (23/6/1986). Waktunya bersamaan dengan pembukaan Indonesia Airshow 1986 oleh Presiden Soeharto. Airshow pertama yang diadakan oleh Indonesia di Bandara Kemayoran Jakarta.
Dr Aqua Dwipayana yang ketika itu kelas 2 SMA dan berumur 16 tahun, datang ke Pusat Produksi Film Negara (PPFN) untuk silaturahim ke Direkturnya Brigjen TNI Gufron Dwipayana. Pejabat kepercayaan Presiden Soeharto itu adalah teman almarhum orang tuanyaa, Syaifuddin.
Nama belakang motivator kawakan itu diambil dari nama belakang Gufron Dwipayana. Bapaknya kagum dengan keteladan Dipo, panggilan akrab Gufron. Sehingga saat putra sulungnya lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara, pada 23 Januari 1970, minta izin kepada jenderal yang rendah hati tersebut untuk memberikan namanya.
Saat mereka ketemu di kantor PPFN, Dipo memberi banyak nasihat kepada Dr Aqua Dwipayana. Juga sejumlah uang sebagai bekal untuk keliling Indonesia.
“Aqua rajin belajar ya. Selalulah berusaha secara optimal untuk mewujudkan semua cita-cita Aqua. Hati-hati selama dalam perjanan keliling Indonesia,” pesan Dipo kepada Dr Aqua Dwipayana yang waktu itu selama 2 bulan 3 hari mengunjungi berbagai provinsi di Indonesia.
Mantan wartawan di banyak media itu beberapa bulan kemudian dapat kamera merek Yashica dari Presiden Soeharto yang dikirimkan oleh Dipo mewakili presiden yang sekitar 32 tahun memimpin Indonesia. Pemberian hadiah itu diumumkan saat upacara di SMA Negeri 2 Pematang Siantar tempat Dr Aqua Dwipayana sekolah.
Sekilas PT Produksi Film Negara (Persero)
PT Produksi Film Negara (Persero) atau biasa disingkat menjadi PFN, adalah sebuah badan usaha milik negara Indonesia yang bergerak di bidang perfilman. Perusahaan ini salah satu perintis industri film di Indonesia. Memulai sejarahnya dari Java Pacific Film (JPF) yang didirikan oleh Albert Balink di Batavia pada tahun 1934.
Pria kelahiran Belanda itu, seorang jurnalis sekaligus sutradara yang banyak berkarya di Hindia Belanda. Seiring kemerdekaan Indonesia, Java Pacific Film pun dinasionalisasi jadi perusahaan milik negara. Nama Java Pacific Film pun diubah jadi Berita Film Indonesia (BFI).
Sejak tahun 1946 sampai 1949 saat masih bernama Berita Film Indonesia, BFI telah membuat 13 film dokumentasi dan berita mengenai berbagai peristiwa di awal kemerdekaan Republik Indonesia. Yang diabadikan antara lain Pekan Olahraga Nasional I di Surakarta (1948), Peristiwa Pemberontakan PKI Madiun (1948), Agresi Militer Belanda I dan Agresi Militer Belanda II, perundingan di atas kapal Renville dan di Linggajati, serta upacara penyerahan kedaulatan Indonesia di Den Haag, Belanda, 27 Desember 1949.
Film-film dokumenter dan berita itu menggugah semangat perjuangan bangsa dan kesadaran bernegara, setiap kali diputar oleh Jawatan Penerangan di daerah-daerah. Selain itu, dari dokumentasi itu kemudian dapat disusun film dokumenter Indonesia Fights for Freedom (1951) dan 10 November yang mengabadikan pertempuran Surabaya. Beberapa film berita juga diserahkan kepada perwakilan tentara Australia, Amerika, Inggris dan India di Jakarta. Berkat penyiaran kembali film-film itu oleh mereka, perjuangan kemerdekaan Indonesia mendapat tanggapan positif dari dunia internasional.
Film terkenal yang dirilis oleh Produksi Film Negara antara lain serial teater boneka Si Unyil di TVRI (sejak 1981), dan film dokumenter drama propaganda Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI (1984) yang terus diputar setiap tahun di semua saluran televisi di Indonesia saat masa pemerintahan Orde Baru sampai jatuhnya Presiden Soeharto.
Mereka yang mengalami masa anak-anak di era 1980-an, pasti sangat mengenal serial yang tayang di TVRI setiap hari Minggu itu. Di tengah terbatasnya film anak-anak, Si Unyil sangat populer di masanya dan melegenda hingga kini.
Serial tersebut merupakan salah satu jejak pencapaian Perum Produksi Film Negara, yang saat itu masih bernama PPFN (Pusat Produksi Film Negara). Sesuai dengan namanya yang berulang kali berganti, yang cikal-bakalnya berdiri sejak 1934 itu selama ini menjalankan bisnis produksi film.
Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan akan merombak fungsi dan peran BUMN perfilman itu bergeser ke sektor jasa, dengan menjadikannya lembaga pembiayaan khusus film. Pertimbangannya, banyak talenta muda dan ide kreatif di industri perfilman, namun saat hendak produksi film terkendala masalah biaya.
Tujuan:
Mewujudkan ekosistem film dan konten yang lebih berkualitas dan berdaya saing serta memberikan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan.
Visi:
Menjadi pilihan utama perusahaan pembiayaan film dan konten di regional.
Misi:
· Mengelola pembiayaan film dan konten untuk pemerintah (kementerian/ lembaga), BUMN, dan sektor swasta.
· Mengembangkan talenta film dan konten yang mendorong kemampuan daya kreatif dan inovasi di film dan konten.
· Mengorkestrasi ekosistem film dan konten untuk memajukan industri perfilman Indonesia.
Pimpinan:
Dr Dwi Heriyanto B (Direktur Utama)
Nilai-nilai:
Kerja adalah bagian dari Ibadah, Kerja Keras, Kerja Cerdas, Kerja Tuntas dan Kerja Ikhlas.
Editor: Saibansah