Arah Bisnis dan Politik 2024 Ditentukan Generasi Z dan Dunia Usaha

Pemilih berusia 40 tahun ke bawah (pemilih muda), akan berjumlah sekitar 107 juta jiwa pada pemilu 2024. (Foto: Bijak Memilih)

J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Hampir 34 persen pemilih muda dari generasi milenial, dan hampir 23 persen dari generasi Z akan ikut menentukan arah kepemimpinan ke depan, saat mereka memberikan suara pada pemilu tahun depan. Tak heran, jika merangkul kelompok pemilih muda dan juga dunia usaha, menjadi satu pembicaraan hangat di kalangan pengurus partai politik, politikus dan tokoh masyarakat Indonesia.

Data Indonesia di Bisnis Indonesia Group baru-baru ini melakukan dua survei untuk melihat harapan pelaku usaha dan sekaligus aspirasi generasi Z pada pemerintah baru hasil Pemilu 2024. Mereka mewawancarai seratus responden, yakni komisaris, pemilik, pendiri, direksi, dan eksekutif senior. Sektor usaha yang disurvei dan rentang usaha mereka beragam, mulai dari yang beromzet Rp50 miliar per tahun hingga di atas Rp10 triliun per tahun.

Kepala Data Indonesia di Bisnis Indonesia Group, Setyardi Widodo, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (23/11/2023) mengatakan sebagian besar pelaku usaha (70,4 persen) menilai pemerintah saat ini telah berhasil memberikan kemudahan untuk menunjang kegiatan bisnis. Sementara 64,9 persen pelaku usaha memandang ketersediaan infrastruktur transportasi dan logistik sudah memadai.

Namun 54,5 persen pelaku usaha menilai pemerintah tidak serius dalam melindungi masyarakat dari ancaman kejahatan siber, seperti peretasan dan kebocoran data. Dan hampir 60 persen pelaku usaha menilai penegakan hukum dan pemberantasan korupsi belum sesuai harapan.

Pelaku usaha yang disurvei menilai perdagangan dan industri, ekonomi makro dan fiskal, infrastruktur dan perumahan, energi, ekonomi digital, serta bursa dan keuangan merupakan urutan prioritas ekonomi saat ini. Sementara untuk urutan prioritas isu umum adalah penegakan hukum dan pemberantasan korupsi, keamanan dan stabilitas politik, reformasi birokrasi, pendidikan dan ketenagakerjaan, kesehatan, serta pariwisata dan kebudayaan.

Lebih jauh Setyardi mengatakan lebih dari 70 persen Generasi Z yang sudah mempunyai hak pilih, mengaku akan menggunakan hak pilih mereka pada Pemilu 2024. Sebagian di antara mereka malah baru akan memilih untuk pertama kali.

“Isu apa yang menjadi perhatian, yang menurut mereka layak diperhatikan oleh pemimpin Indonesia mendatang, yang pertama adalah isu pengangguran dan lapangan kerja. Wajar karena ini kelompoknya sebagian mahasiswa, sebagian lagi sudah masuk ke dunia kerja di Gen Z,” katanya.

Isu lain yang menjadi perhatian Generasi Z dalam Pemilu 2024 adalah kesenjangan sosial, kemiskinan, dan pemberantasan korupsi.

Survei itu, tambah Setyardi, menunjukkan Generasi Z berharap pemimpin yang terpilih dalam pemilu nanti adalah yang jujur, dapat dipercaya dan antikorupsi. Model kedua adalah pemimpin yang berani, tegas, dan berwibawa. Selanjutnya pemimpin cerdas dan berwawasan luas. Dan pemimpin yang berpengalamanm, taat beragama, merakyat, berprestasi, berpenampilan menarik.

Pemilu 2024 akan Jadi Pesta Demokrasi Terbesar dalam Sejarah

Pada diskusi tersebut, Ketua Umum Koalisi Kependudukan Indonesia Sonny Harry B. Harmadi menjelaskan Pemilu 2024 merupakan pesta demokrasi terbesar sepanjang sejarah Indonesia, di mana jumlah pemilih lebih dari 200 juta orang, tepatnya 204,8 juta.

Dia mengungkapkan jumlah pemilih dari generasi Z merupakan mayoritas dari penduduk Indonesia, yakni sekitar 47,5 juta orang atau 27,94 persen dari total pemilih. Yang disebut generasi Z adalah orang-orang kelahiran 1997-2012.

Sedangkan jumlah pemilih dari generasi milenial atau mereka yang lahir antara tahun 1981-1996, berada di peringkat kedua, yaitu sebanyak 25,87 persen dari jumlah seluruh pemilih. Sementara pemilih lanjut usia mencapai 27-28 juta orang.

Menurut Sonny, karakteristik generasi Z adalah akrab dengan perangkat dan platform digital, berpikiran terbuka dan menghargai perbedaan, cenderung pragmatis dan mempertimbangkan aspek finansial, serta rentan dalam aspek psikologis.

Dia menekankan generasi Z tidak memiliki loyalitas terhadap merek. Bagi mereka nilai sebuah merek harus lebih tinggi ketimbang harga. Oleh karena itu, tambahnya, jangan heran jika mobil-mobil buatan China akan laku nanti.

Generasi Z juga tidak akan termakan kampanye politik identitas karena mereka sudah berada dalam lingkungan keluarga di mana orang tuanya nikah campur, atau generasi X yang mobilitasnya sudah tinggi dan bertemu dengan orang-orang dari beragam latar belakang.

Sonny mengatakan karena mereka sudah terlalu berat menghadapi tekanan, maka generasi Z cenderung tidak mau berpikir terlalu berat dalam Pemilu 2024. Mereka memandang pesta demokrasi itu sesuatu yang menyenangkan dan santai.

Selain itu, generasi Z dipengaruhi para figur di media sosial. Karena itu, media sosial merupakan sarana kampanye sangat efektif untuk menyasar generasi Z. “Kita harus melakukan dialog dengan para Gen Z. Jadi mereka (Generasi Z) harus mulai melihat bagaimana pengalaman sejarah masa lalu, walaupun mereka cenderung lebih ingin kampanye ringan-ringan,” katanya.

Sumber: voaindonesia.com

Editor: Saibansah