LAPORAN: Zubairi Hasan
J5NEWSROOM.COM, Bekasi – Sekitar jam 09.00 pagi, Minggu (26/11/2023), ada pemandangan tidak biasa di Pondok Pesantren (PP) Mahasina Darul Quran Wal Hadist Kota Bekasi. Yaitu, sekitar 300 wali santri datang berbondong-bondong memasuki areal pesantren. Mereka membawa tumpeng, makanan, jajanan, minuman dan lain sebagainya. Padahal tidak ada pimpinan pesantren dan guru yang berulang tahun.
Cerita punya cerita, ternyata mereka ingin mengucapkan “Selamat Hari Guru” kepada para guru yang jatuh pada 25 November. Mereka berterima kasih karena pengasuh PP Mahasina dan para gurunya telah mendidik anak-anak mereka dengan baik, terutama dalam memantau dan membimbing agar mereka bisa membaca al-Quran, dapat shalat berjemaah secara rutin, serta mendoakan kebahagiaan kedua orang tua, di dunia dan akhirat.
Pengasuh PP Mahasina KH. Abu Bakar Rahziz, MA mengucapkan terima kasih atas inisiatif para wali santri dan mendoakan agar upaya mereka mendapatkan barakah dan pahala tak terhingga dari Allah SWT. “Sudah pasti, secara lahiriyah dan bathiniyah, acara seperti ini semakin menguatkan tekad pengasuh dan para guru untuk bekerja lebih keras lagi dalam membimbing dan mendidik para santri,” ungkap kyai yang akrab dipanggil Abah itu.
Selain itu, Abah juga mengingatkan bahwa di era yang serba liberal ini, orang tua yang memondokkan anak-anaknya merupakan orang yang paling beruntung. Karena anak-anaknya terdidik untuk berakhlak mulia, dilatih berdisiplin terutama dalam beribadah, terbiasa mandiri dan berorganisasi sejak dini melalui organisasi kelas serta Organisasi Santri Mahasina (ORSAM).
Tentu saja, lanjut Abah, harus rajin belajar ilmu agama secara benar serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Sangat rugi, jika ada orang tua yang memberhentikan anaknya dari pesantren, hanya karena persoalan kecil dan sepele,” ungkap Abah penuh semangat.
Sementara itu, perwakilan wali santri Desriana Wulandari, wali santri Carissa Alodia, Kelas IX C, membacakan puisi yang sangat menyentuh kalbu. Dalam puisi berjudul “Renungan Hati dan Doa untuk Anakku”. Selain berterima kasih kepada guru, ibu Wulan, demikian akrab dipanggil, juga mengungkapkan rasa cintanya kepada anak-anaknya yang ada di pesantren.
“Rasa sedih tak terbendung ketika kau ku lepaskan pertama kali masuk pondok. Anakku.., bukan maksud kami kau jauhkan dari kami. Kami juga tak ingin berpisah dengan kalian. Namun demi masa depan, kau dititipkan di tempat yang mulia ini, tempat di mana kalian bisa belajar dan membekali diri untuk dunia dan akhirat. Nak, betapa sayangnya kami padamu. Karena sayangnya kami, tidak mau kalian menjadi anak yang gagal, anak yang hanya mementingkan keinginan dunia, namun lupa dengan masa depan di akhirat,” ungkapnya membuat perasaan para santri dan wali santri yang hadir terharu.
Selain itu, para wali santri juga dimanjakan dengan nyanyian menggugah hati dari Tim Paduan Suara PP Mahasina. Selain menyanyikan lagu “Terima Kasih Guru”, mereka juga menyanyikan lagu Atuna Tufuli (Atouna El Toufoule), sebagai persembahan untuk Palestina, khususnya untuk anak-anak yang tidak dapat bergembira ria karena serangan Israel. Sekali lagi, lagu ini berhasil membuat mata para hadirin berkaca-kaca.
Sebagai informasi, Tim Paduan Suara PP Mahasina berhasil meraih Juara I dalam Lomba Hari Santri Nasional, Oktober lalu. Pada awal Desember nanti, mereka akan tampil dalam even nasional, yaitu dalam acara Musyarawah Kerja Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Ancol, Jakarta. Di acara itu, Tim Paduan Suara PP Mahasina akan menyanyikan Lagu Indonesia Raya, Atuna Tufuli (Atouna El Toufoule), dan beberapa lagu daerah.
Editor: Agung