Serangan Teroris Dekat Makam Jenderal Qassem Soleimani Tewaskan 103 Orang

Warga berusaha mengevakuasi korban di lokasi ledakan dalam upacara yang diadakan untuk memperingati kematian mendiang Jenderal Iran Qassem Soleimani, di Kerman, Iran, Rabu 3 Januari 2024.

J5NEWSROOM.COM, Iran – Iran pada Rabu (3/1) mengatakan bahwa 103 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam ledakan yang mengguncang peringatan untuk seorang jenderal terkemuka Iran yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS pada tahun 2020.

Seorang pejabat Iran menyebut ledakan itu sebagai serangan “teroris” yang terjadi di dekat makam Jenderal Qassem Soleimani, yang pernah menjadi kepala satuan elit Pasukan Quds dari Garda Revolusi Iran.

Ledakan terjadi di Kerman, sekitar 820 kilometer arah tenggara dari ibu kota Teheran. Sampai berita ini diturunkan belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Kantor berita Iran Tasnim, dengan mengutip apa yang disebut sebagai sumber informasi, mengatakan “dua tas yang berisi bom meledak” di lokasi kejadian.

“Pelaku kejadian ini rupanya meledakkan bom dengan remote control,” kata Tasnim.

Kantor berita ISNA mengutip Wali Kota Kerman Saeed Tabrizi yang mengatakan bom-bom itu meledak dalam selang waktu 10 menit.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menekankan bahwa Amerika Serikat ‘tidak terlibat dalam cara apa pun’ dengan ledakan bom di Iran, seraya menambahkan ‘juga tidak ada bukti atas keterlibatan Israel.’ Dia mengatakan Washington menyampaikan “duka cita kami kepada para korban dan orang-orang yang mereka cintai yang tewas dalam ledakan mengerikan ini.”

Iran memiliki beberapa musuh yang mungkin melakukan serangan tersebut, termasuk kelompok di pengasingan, organisasi militan, dan aktor negara. Iran telah mendukung Hamas dalam perangnya yang hampir tiga bulan dengan Israel, serta milisi Syiah Lebanon Hizbullah dan pemberontak Houthi di Yaman.

Pihak berwenang mengatakan beberapa orang terluka saat melarikan diri dari ledakan awal. Ledakan kedua yang terjadi kemudian sering digunakan oleh militan untuk menarget personel darurat yang merespons ke lokasi kejadian, sehingga menimbulkan lebih banyak korban jiwa. Orang-orang terdengar berteriak di tayangan TV pemerintah.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah