J5NEWSROOM.COM, Indramayu – Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Cadangpinggan, Indramayu, Jawa Barat, KH Abdul Syakur Yasin wafat pada Rabu (17/1/2023) pukul 02.00 WIB. Buya Syakur meninggal dunia di usia 75 tahun di Rumah Sakit Mitra Plumbon, Cirebon, Jawa Barat.
Ulama kharismatik itu lahir pada 2 Februari 1948 di Desa Tulungagung, Kecamatan Sukagumiwang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Duka mendalam atas wafatnya Buya Syakur turut dirasakan Wakil Sekretaris Dewan Syuro DPP PKB KH Maman Imanulhaq. Menurutnya, Buya Syakur merupakan ulama kenamaan yang memiliki begitu banyak jemaah yang mencintainya.
“Beliau tidak hanya berdakwah melalui cara tradisional saja, namun juga melalui berbagai platform media. Channel Youtube-nya sampai saat ini telah dinikmati jutaan viewers. Belum lagi platform lainnya yang begitu luas menjangkau umat dengan berbagai latar,” kata Maman dalam keterangannya, Rabu (17/1/2023).
Maman mengatakan, sebagai salah seorang pengaggum Buya Syakur, dirinya melihat begitu banyak kelebihan yang dimilikinya. “Penguasaan atas wawasan keilmuan yang luas bahkan terkadang memancing kontroversi di tengah masyarakat. Beliau merangsang umat untuk terus berpikir demi kemajuan Islam,” kata Maman.
Meski demikian, kata Maman, segala kontroversi tersebut selalu ditanggapinya dengan tenang. Bagi Buya Syakur, perbedaan adalah sunnatullah dan mengedepankan pendekatan dialog.
“Beliau mengajarkan kita akan pentingnya membaca kitab-kitab pembanding sehingga tidak perlu menyikapi segala perbedaan dengan emosional,” kata Maman.
Buya Syakur juga sangat peduli terhadap pesantren. Beberapa pesantren yang diasuhnya termasuk jaringan pondok yang dibinanya selalu dikoneksikan untuk saling memberikan ide gagasan dan mengimplementasikan dengan berbagai program seperti pertanian, alih teknologi, dan lainnya.
Yang terakhir, lanjut Maman, Buya Syakur adalah orang yang menggeluti budaya tasawuf dengan kearifan yang tinggi. Banyak sekali orang yang belajar bagaimana mengenal diri, bermuhasabah, serta belajar bagaimana bertarikat di alam. Kadang dengan metode yang terus mendekatkan diri bukan hanya pada Allah dan sesama manusia, tetapi juga kepada alam.
“Trilogi itulah yang terus dikuatkan oleh Buya Syakur, bagaimana caranya kita mendekat kepada Allah (habluminallah), dekat dengan sesama manusia (habluminannas), serta dekat dengan alam (habluminalalam),” kata Maman.
“Selamat jalan Buya, ajaranmu dan juga tarikatmu akan menjadi pegangan untuk kita semua,” demikian Maman.
Sumber: RMOL
Editor: Agung