J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Bantuan dari berbagai elemen masyarakat yang mencapai lebih dari 200 ton sudah tersimpan dengan rapi di dalam kapal bantu rumah sakit KRI dr Radjiman Wedyodiningrat 992. Bantuan dalam bentuk makanan, obat-obatan, selimut dan tenda ini akan disampaikan kepada warga Palestina di Jalur Gaza yang terdampak perang Israel-Hamas yang terus berkecamuk sejak 7 Oktober lalu.
Kementerian Pertahanan Rabu malam (17/1/2024) memastikan bahwa kapal buatan PT PAL yang baru berusia satu tahun itu akan melakukan misi kemanusiaan perdananya ke luar negeri pada hari Kamis (18/1/2024). Undangan yang diterima VOA beberapa saat lalu menyatakan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto akan melepas langsung KRI dr. Radjiman dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, untuk “Misi Perdamaian Pemberian Bantuan Kemanusiaan Untuk Korban Konflik di Gaza-Palestina.” Belum ada rincian lebih lanjut mengenai hal ini.
Kadepkes KRI dr. Radjiman Wedyodiningrat 992, Mayor Laut (K) dr. Gilang Kusdinar mengatakan kapal ini sebenarnya merupakan kapal rumah sakit ketiga yang dimiliki oleh Indonesia. Namun, di Asia Tenggara baru Indonesia saja yang memiliki kapal rumah sakit.
Indonesia sebagai negara kepulauan menjadi salah satu alasan pembuatan kapal bantu rumah sakit tersebut, sehingga dapat menjangkau pulau-pulau terluar atau terpencil agar masyarakatnya bisa mendapatkan bantuan atau layanan kesehatan yang diperlukan.
“Kapal rumah sakit ini dibangun atau dibentuk dengan tujuan untuk tugas kita sebagai militer yaitu operasi militer perang. Selain itu kita juga memiliki tugas operasi militer selain perang yang bentuknya seperti bakti sosial, apakah untuk bencana dan lain-lain. Karena di Indonesia ini bentuknya kepulauan, jadi banyak pulau-pulau kecil yang sulit dijangkau oleh fasilitas kesehatan, makanya diperlukan kapal rumah sakit untuk menjangkau pulau-pulau terluar tersebut,” ungkap dr Gilang ketika berbincang dengan VOA, di Jakarta, Selasa (16/1/2024).
Perlengkapan Medis dan Awak KRI dr. Radjiman Menunggu Komando
Fasilitas dan alat kesehatan KRI dr. Radjiman tersebut cukup lengkap atau setara dengan rumah sakit tingkat 3, atau tingkat C atau C plus. Kapal rumah sakit ini dapat digunakan untuk melakukan operasi besar dan kecil, mulai dari operasi bedah otak, saraf, mata, pemeriksaan gigi, hingga klinik kejiwaan.
Alat-alat kesehatan penunjang seperti CT scan hingga panoramic X-ray, serta labolatorium pun tersedia. Selain itu, kapal ini juga dilengkapi dengan ruang Unit Gawat Darurat (UGD), dan ruang isolasi. Secara keseluruhan, kata Gilang, kapal ini bisa memuat kurang lebih 150 pasien.
Kapal ini juga dilengkapi dengan 16 personil yang terdiri dari dua dokter umum dan tenaga kesehatan lainnya, seperti apoteker dan perawat. Namun tim kapal ini akan disesuaikan ketika melakukan misi kemanusiaan di luar Indonesia.
“Kalau untuk tugas internasional, ini adalah kapal rumah sakit pertama yang melaksanakan tugas internasional yang cukup jauh bukan hanya sekedar seperti pameran atau hanya kunjungan biasa. Jadi kebetulan untuk saat ini, saya belum bisa menyebutkan totalnya, tetapi yang saya harus pastikan adalah direktifnya dari pimpinan itu apa? Kalau direktifnya apakah kapal rumah sakit ini difungsikan 24 jam, 12 jam, ataupun hanya poliklinik saja, ataukah hanya rumah sakit lapangan tidak ke RS kapal, hanya di darat, itu settingannya akan berbeda. Tetapi berdasarkan buku teknis kapal yang sedang kami olah dan buat secara resminya itu adalah tenaga kesehatannya sebanyak 88 personil,” tuturnya.
Pengamat: Pengiriman Misi Kemanusiaan Akan Jadi Langkah Positif
Pengamat Hubungan Internasional di Universitas Padjajaran Rizky Ramadhan mengatakan jika benar kapal ini jadi diberangkatkan untuk misi kemanusiaan tentu ini adalah sebuah langkah yang sangat positif, apalagi rumah sakit yang berfungsi di Gaza saat ini hanya tinggal satu yakni rumah sakit Syuhada.
Namun, Rizky menekankan sebelum diberangkatkan status kapal tersebut harus sudah jelas terlebih dahulu bagi komunitas internasional, karena bagaimana pun kapal ini merupakan kapal perang republik Indonesia.
“Yang penting ketika statusnya ini bisa diperjelas atau di-sounding kepada negara-negara tersebut, dan mereka paham bahwa kapal ini adalah suatu kapal yang bersifat kemanusiaan, Insya Allah akan menjadi sesuatu yang positif dan ini adalah langkah terobosan karena selama ini kita kan cuma drop-drop bantuan saja. dan apabila itu berfungsi sebagai rumah sakit terapung, tentu akan langsung menyentuh masyarakat Palestina,” ungkap Rizky.
Meskipun demikian, selain bantuan kemanusiaan, Indonesia sedianya juga terus mendorong langkah-langkah politik agar konflik ini bisa terselesaikan dengan baik, seperti dengan terus mendukung gugatan hukum Afrika Selatan terhadap Israel yang dinilai telah melanggar Konvensi Genosida di Mahkamah Internasional (International Court of Justice/ICJ), tambah Rizky. Indonesia juga didorong untuk memperkuat lobi dengan negara-negara tertentu seperti Amerika dan Inggris agar serangan-serangan Israel ke Gaza bisa dihentikan.
“Apalagi sekarang isunya jadi melebar mengingat Amerika Serikat dan Inggris akhirnya menyerang Yaman, itu dampak-dampak yang meluas dari konflik Israel-Palestina ini. Mungkin selanjutnya agenda Indonesia selain mencoba menurunkan konflik di sana, tapi harus bisa juga mengisolasi atau mengunci agar masalah ini tidak melebar kemana-mana. Karena yang serangan yang terjadi pada Yaman ini menurut saya merupakan salah satu contoh bagaimana kemudian isu ini mempunyai potensi spillover yang cukup luas,” pungkasnya.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah