Anies Baswedan Sebut 60 Anggota BPUPKI dalam Debat Capres, Salah Satunya AR Baswedan

Anggota BPUPKI berjumlah 60 orang. Kemudian ada tiga orang unsur pimpinan, yaitu satu orang ketua dan dua orang wakil ketua. Dalam perkembangannya, anggota BPUPKI bertambah enam orang. (Foto: Net)

J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Capres nomor urut 01 Anies Baswedan dalam debat Capres/Cawapres menyebut 60 nama anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Minggu (4/2/2024) malam.

Menurut Anies Baswedan, para pendiri bangsa yang tergabung dalam BPUPKI itu mendesain negara Indonesia untuk semua, bukan hanya untuk golongan atau kelompok tertentu atau hanya untuk keluarga.

Tetapi, kata Anies Baswedan, saat ini di Indonesia terjadi ketimpangan dan ketidakadilan.

Segelintir orang menguasai sebagian besar ekonomi Indonesia.  Ketimpangan juga terjadi antara kota dan desa. Karena itu, perlu dilakukan perubahan.  

BPUPKI atau Dokuritu Zyunbi Tyoosa-kai adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang di Jawa pada 1 Maret 1945 tetapi baru diresmikan pada 29 April 1945.

BPUPKI diketuai Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wedyadiningrat  dengan dua orang wakil, yaitu Itibangase Yosio (orang Jepang) dan  Raden Pandji (RP) Soeroso.

Salah satu anggota BPUPKI adalah Abdurrahman Baswedan atau biasa ditulis AR Baswedan. AR Baswedan adalah warga Indonesia keturunan Arab yang juga seorang wartawan.

Melalui Partai Arab Indonesia (1934-1942) yang ia pimpin, AR Baswedan menegaskan bahwa Indonesia adalah ibu pertiwi keturunan Arab. “Di mana seseorang dilahirkan, di situlah tanah airnya,” tegas AR Baswedan dalam buku Biografi A.R. Baswedan yang diterbitkan Kompas seperti ditulis Kompas.id.

Ini Daftar Nama Anggota BPUPKI

Berikut ini adalah daftar nama 60 anggota BPUPKI serta 1 orang ketua dan dua orang wakil ketua yang dikutip Wartakotalive.com dari buku Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus 1945

Buku ini diterbitkan oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia Tahun 1995 (cetakan pertama edisi ketiga). Cetakan pertama dan edisi I terbit tahun 1980.

Ketua        : Dr KRT Radjiman Wedyadiningrat
Wakil Ketua  : Itibangase Yosio
             : RP Soeroso

Anggota              :

1. Abikoesno Tjokrosoejoso
2. Hadji Ah Sanoesi
3. KH Abdul Halim
4. Prod Dr R Asikin Widjajakoesoma
5. M Aris

6. Abdul Kadir
7. Dr R Boentaran Martoatmodjo
8. BPH Bintoro
9. Ki Hajar Dewantara
10. AM Dasaad

11. Prof Dr PAH Djajadingrat
12. Drs Moh Hatta
13. Ki Bagoes Hadikoesomo
14. Mr R Hindromartono
15. Mr Muhamad Yamin

16. RAA Soemitro Kolopaking Poerbonegoro
17. Mr Dr R Koesoemah Atmadja
18. Mr J Latuharhary
19. RM Margono Djojohadikoesoemo
20. MR AA Maramis

21. KH Masjkoer
22. KH M Mansoer
23. Moenandar
24. AK Moezakir
25. R Oto Iskandar Dinata

26. Parada Harahap
27. BPH Poeroebojo
28. R Abdolrahim Pratalykrama
29. R Roeslan Wongsokoesoemo
30. Prof Ir R Sooseno

31. H Agoes Salim
32. Dr Samsi
33. Mr RM Sartono
34. Mr R Samsoedin
35. Mr R Sastromoeljono

36. Mr R Singgih
37. Ir Soekarno
38. R Soedirman
39. R Soekardjo Wirjopranoto
40. Dr Soekiman

41. Mr A Soebardjo
42. Prof Mr Dr Soepomo
43. Ir RMP Soerahman Tjokroadisoerjo
44. M Sutardjo Kartohadikoesoemo
45. RMTA Soerjo

46. Mr Soesanto
47. Mr Soewandi
48. Drs KRMA Sorsodiningrat
49. KH A Wachid Hasjim
50. KRMTH Woerjaningrat

51. RAA Wiranatakoesoma
52. Mr KRMT WOngsonagoro
53. Ny Mr Maria Ulfa Santoso
54. Ny R SS Soenarjo Mangoenpoespito
55. Oei Tjong Hauw

56. Oei Tiang Tjoei
57. Lim Koen Hian
58. Mr Tan Eng Hoa
59. PF Dahler
60. AR Baswedan

Anggota Tambahan

1. KH Abdul Fatah Hasan
2. R Asikin Natanegara
3. BKPA Soerjo Hamidjojo

4. Ir Pangeran M Noor
5. Mr M Besar
6. Abdul Kaffar

Sumber: Buku Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus 1945

Diterbitkan oleh Sekretariat Negara Republik Indonesia Tahun 1995 (cetakan pertama edisi ketiga). Cetakan pertama dan edisi I terbit tahun 1980.

Kata Pengantar Prof Dr Taufik Abdullah

Tim Penyunting:

– Saafroedin Bahar
– Ananda B Kusuma
– Nannie Hudawati

Penasihat Ahli:

Prof Dr Taufik Abdullah,
Dr Abdulrachman Suejomihardjo,
Poedjo Moeljono SH,
Drs Djoko Utomo MA,
Kolonel Drs Saleh Djamhari,
Dr Anhar Gongong,
Dr Sri Soekesti Adiwimarta.

Menteri/Sekretratis Negara Moerdiono, dalam kata pengantar edisi ketiga, 29 Mei 1995, menyebut edisi ketiga yang diterbitkan dalam tahun ke-50 Republik Indonesia, jauh lebih lengkap dibandingkan edisi sebelumnya.

Edisi ketiga memanfaatkan tambahan bahan dari dua berkas transkrip asli risalah BPUPKI-PPKI yang telah dapat ditemukan kembali oleh Arsip Nasional RI.

Berbagai masalah yang meragukan dalam edisi terdahulu telah dapat dijernihkan dalam edisi ketiga tersebut.

AR Baswedan, Kakek Anies Baswedan

H Abdurrahman Baswedan (AR Baswedan) lahir pada 9 September 1908 dan meninggal 16 Maret 1986.  Semasa hidupnya, dia dikenal sebagai seorang wartawan, diplomat, dan anggota BPUPKI.  Dia adalah kakek Capres 01 Anies Baswedan dan mantan penyidik KPK Novel Baswedan.

Dalam Buku Biografi A.R. Baswedan yang diterbitkan Penerbit Buku Kompas dan risalahnya ditulis di Kompas.id, disebutkan bahwa surat kabar golongan peranakan Tionghoa Mata Hari memuat foto yang menggemparkan.

Seorang pemuda keturunan Arab yang mengenakan beskap dan belangkon! Si pemuda menyerukan kepada kaumnya agar bersatu membantu perjuangan bangsa Indonesia. “Di mana seseorang dilahirkan, di situlah tanah airnya,” tegasnya.

Siapakah dia? Anak muda itu adalah Abdul Rahman (AR) Baswedan, seorang wartawan, politikus, pejuang, dan orang Indonesia sejati (1908-1986). Tak ada alasan untuk tak mengapresiasi Baswedan dan perjuangannya.

Ia bahkan layak disebut sebagai salah seorang bapak bangsa (founding father) Republik Indonesia karena keikutsertaannya dalam Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), serta pernah menjadi Menteri Muda Penerangan.

Di kalangan internal, Baswedan telah berjuang menyatukan komunitas Arab agar mereka menjadi bagian integral dari bangsa Indonesia. Melalui Partai Arab Indonesia (1934-1942), ia tegaskan Indonesia adalah ibu pertiwi keturunan Arab.

Wikipedia menulis H Abdurrahman Baswedan atau populer dengan nama AR.Baswedan lahir pada 9 September 1908 dan meninggal 16 Maret 1986.

AR Baswedan pernah menjadi Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir, Anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Anggota Parlemen, dan Anggota Dewan Konstituante.

AR Baswedan adalah salah satu diplomat pertama Indonesia dan berhasil mendapatkan pengakuan de jure dan de facto pertama bagi eksistensi Republik Indonesia dari Mesir.

Selain berbicara dan menulis dalam bahasa Indonesia, A.R. Baswedan juga menguasai bahasa Arab, bahasa Inggris, dan bahasa Belanda dengan fasih.

Penghargaan dan Tanda Jasa

Berkat sumbangsihnya dalam perjuangan bangsa, negara memberi AR Baswedan penghargaan.

Tak hanya Republik Indonesia yang turut AR Baswedan bangun, dua negara Islam lain pun memberinya penghargaan atas kontribusinya dalam membangun hubungan antarnegara dan juga sikapnya yang mendorong penuh kemerdekaan, yaitu dari Mesir dan Aljazair.

Negara pada 1970 mengakui AR Baswedan sebagai salah seorang Perintis Kemerdekaan.

Pada 9 November 1992, negara mengakui dan menghargai kontribusi besar AR Baswedan yang turut menyusun UUD 1945 dalam BPUPKI.

Karena itu, negara menganugerahkan Bintang Mahaputra Utama kepada AR Baswedan.

Pada Juli 1995 Duta Mesir untuk Indonesia, Sayed K El Masry memberikan penghargaan kepada AR Baswedan berupa piagam dari bahan papirus, yang berisikan naskah Perjanjian Persahabatan RI-Kerajaan Mesir pada 10 Juni 1947 dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.

Pada 23 Desember 1995, Aljazair memberikan medali kepada AR Baswedan atas pertemanannya dengan para tokoh Aljazair dan memberikan bantuan moril atas peristiwa Revolusi Aljazair 1 November 1954.

Pada 2013, Presiden Soesilo Bambang Yoedhoyono juga menganugerahi AR Baswedan Bintang Mahaputra Adipradana pada 10 Agustus 2013.

Pada 8 November 2018, negara memberikan anugerah Pahlawan Nasional kepada AR Baswedan atas jasa-jasanya dalam kemerdekaan Indonesia. Almarhum AR Baswedan dimakamkan di TPU Tanahkusir, Jakarta.

Sumber: WartaKotalive.com
Editor: Agung