Pasca Serang Hamas Secara Brutal, Israel Berjuang Lawan Trauma dan Pertanyakan Masa Depan

Warga Palestina mengamati hancurnya daerah yang menjadi target serangan udara Israel di Rafah, Gaza Strip, Jumat, 9 Februari 2024. Perang yang tidak kunjung usai membuat khawatir warga Israel dan Palestina. (Foto: AP/Fatima Shbair)

J5NEWSROOM.COM, Gaza – Sudah empat bulan sejak serangan Hamas terhadap Israel selatan – serangan teroris terburuk terhadap negara tersebut sejak pembentukannya pada 1948.

David Katz tinggal jauh dari perbatasan Gaza, di Kota Mevaseret Zion, dekat Yerusalem. Dari situ, setiap hari dia bisa mendengar suara Iron Dome, sistem pertahanan Israel yang menembak jatuh roket-roket dari Gaza. Bagi Katz, serangan 7 Oktober tidak bisa lepas dari ingatannya setiap hari.

“Invasi total oleh yang kita ketahui sekarang sekitar 3.000 jihadis yang berafiliasi dengan Hamas atau Jihad Islam, orang-orang dari Gaza yang menyerbu perbatasan kami dan kemudian tanpa ampun menyerang kota-kota dan desa-desa pertanian di sepanjang perbatasan. Mereka bahkan menyerbu ke kota Ofakim, di mana mereka membunuh lebih dari 50 orang dengan cara yang paling brutal. Itu adalah hari yang paling mengejutkan dan mengerikan selama 34 tahun kami tinggal secara permanen di Israel,” ujarnya.

Kekhawatiran Katz masih jauh dari selesai. Kedua putra Katz, menantu perempuannya, dan menantu laki-lakinya bertugas di Angkatan Pertahanan Israel. Putra sulungnya, ayah tiga anak berusia 33 tahun, kembali dari medan perang.

“Mimpi buruk. Saya tidak dapat mempercayainya. Saya masih tidak percaya. Tapi sekarang dia akan pulang, setidaknya untuk saat ini. Semua pasukan cadangan diberitahu bahwa mereka harus merencanakan untuk kembali pada bulan Mei, jika tidak sebelumnya,” tambah Katz.

Banyak keluarga Israel mengalami situasi yang sama, kata Amichai Cohen, peneliti senior di Lembaga Demokrasi Israel.

“Saya memiliki seorang putra yang berjuang di zona pertempuran, jadi ada perasaan bahaya yang nyata bagi anggota keluarga dekat. Namun di sisi lain, ketika Anda berjalan di sekitar Tel Aviv atau Yerusalem, secara ekonomi negara kembali normal.”

Banyak warga Israel menyadari bahwa tidak ada cara mudah untuk menyelesaikan konflik di Gaza. Sementara itu, mereka menghadapi tekanan opini internasional, meningkatnya korban sipil di Gaza, dan pertanyaan yang tidak ada habisnya mengenai siapa yang memulai semuanya, dan – mungkin yang paling penting – bagaimana semua ini akan berakhir.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah