J5NEWSROOM.COM, Sementara satu robot sibuk membuat kentang goreng, robot lainnya menyiapkan dan membuat hamburger. Itulah pemandangan di CaliExpress. Restoran cepat saji itu akan ‘melempar’ kita ke masa depan karena banyak hal dilakukan robot dan mesin.
Urusan pemesanan dan pembayaran di restoran tersebut dikelola perusahaan teknologi Pop ID.
“Di belakang ada kulkas berisi potongan-potongan daging. Jadi, daging giling untuk burger dibuat begitu ada pesanan,” ujar Direktur Operasi Tony Lomelino.
Restoran otomatis pertama di dunia tersebut dibuka di Pasadena, negara bagian California. Begitu konsumen tiba, robot-robot yang mampu mengingat wajah akan menerima pesanan. Mereka pula yang akan menangani pembayaran. Yang menyenangkan, robot-robot pramusaji itu tidak perlu diberi tip.
Menurut pemilik dan pengelola restoran, keberadaan robot-robot itu merupakan terobosan revolusioner dalam hal keselamatan. Kasus-kasus pegawai yang tergelincir dan terbakar hampir tidak ada. Selain itu, limbah makanan dan minyak berkurang.
“Kami benar-benar berfokus pada lingkup restoran. Jika dipikir-pikir, mereka tidak memiliki teknologi terbaik. Ini tidak sama dengan industri teknologi. Ini adalah bidang yang benar-benar ditinggalkan oleh teknologi,” kata Ryan Sinnet, salah seorang pendiri Miso Robotika, yang ikut mengoperasikan CaliExpress.
Manajemen restoran mengatakan robot-robot itu adalah pekerja yang sempurna. Tidak ada permintaan khusus, tidak ada tuntutan kenaikan gaji. Meskipun biaya pemeliharaan belum sepenuhnya diketahui, para pemilik tidak memperkirakan biayanya akan besar.
“Kalau kita mempekerjakan lima sampai enam orang dalam satu tim kerja, lalu dikurangi menjadi satu? Berapa penghematannya? 80%?” kata Lomelino dari Pop ID.
Menghemat uang adalah pendorong utama memperkenalkan robot ke dunia kerja. Pada 2023, Gubernur California Gavin Newsom menaikkan upah minimum bagi pekerja restoran cepat saji menjadi $20 per jam. Robot-robot ini tidak perlu diberi upah.
“Salah satu alasan pengusaha yang menolak usul membayar upah minimum bagi pekerja restoran cepat saji adalah karena itu akan menaikkan biaya operasi. Akibatnya, mereka akan mencari cara untuk memangkas biaya,” tutur Gaspar Rivera-Salgado dari Institut Penelitian Perburuhan dan Ketenagakerjaan University of California Los Angeles (UCLA) melalui Skype.
Rivera-Salgado mengatakan menaikkan upah minimum adalah upaya untuk memasukkan pekerja ke dalam bisnis makanan cepat saji.
Lomelino dari Pop ID mengakui bahwa robot adalah salah satu cara untuk menghindari membayar upah yang lebih tinggi. Tetapi ia mengatakan robot-robot itu melakukan pekerjaan yang tidak diinginkan banyak orang.
“Sebenarnya, bahkan dengan membayar $20 per jam di Pasadena, saya akan kesulitan mendapatkan cukup pegawai untuk bekerja di sini, di restoran ini,” katanya.
Di CaliExpress, meskipun semua serba otomatis dan konsumen tampaknya menikmati layanan baru dari robot, Rivera-Salgado mengingatkan, selalu ada saja masalah teknologi. Di luar itu, yang lebih penting, menurutnya adalah orang-orang senang berbicara dengan orang lain.
“Terkadang karyawan mengeluh harus memantau mesin-mesin otomatis ini, karena cenderung sering gagal. Dan orang-orang akhirnya ingin berbicara dengan sesama manusia, karena mereka tahu manusia mampu memroses permintaan yang lebih rumit,” ujarnya.
Robot-robot telah berperan besar dalam industri manufaktur. Tidak dapat dihindari bahwa robot akan semakin jauh menyusup ke lebih banyak industri seiring berjalannya waktu. Namun masih harus dilihat apakah dunia ini siap dengan robot pramusaji dan robot koki di restoran.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah