Banjir di Mana-mana, Buah dari Pembangunan Kapitalistik?

Nai Ummu Maryam

Oleh Nai Ummu Maryam

BUTUH perhatian serius dan perbaikan sistem. Begitulah dua ungkapan untuk menggambarkan kondisi banjir yang tidak pernah absen melanda wilayah di tanah air.

Meminjam data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan ada tujuh daerah yang masuk skala prioritas penanganan darurat bencana hidrometeorologi yang diperkirakan terjadi pada 13-20 Februari 2024. Tujuh daerah tersebut adalah Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Banten, dan DKI Jakarta. Selainnya, yakni Kepulauan Bangka Belitung dan Nusa Tenggara Barat.

Data yang disajikan BMKG hanya mencatat 7 hingga 9 wilayah saja yang butuh penanganan serius dari dampak banjir dan termasuk tanah longsor. Namun, kondisi di lapangan, pada faktanya, masih banyak wilayah yang selalu terkena banjir. Banyak daerah yang yang terendam air di kala hujan turun dan terjadinya pasang surut air laut. Ya, kondisi yang serupa juga di alami Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau.

Kota Batam yang dikenal sebagai wilayah industri juga mengalami nasib yang sama. Saat hujan turun deras dengan durasi lama, maka ada beberapa titik daerah yang tidak mampu menampung debit air yang ada, sehingga terjadilah banjir. Contohnya wilayah Lubuk Baja, sekitaran Botania, hingga Jalan Brigjen Katamso, Tanjung Uncang. Bahkan di wilayah Tiban pun pernah terjadi longsor hingga menyebabkan beberapa bangunan dan rumah warga roboh karenanya.

Bukan Salah Hujan

Sebelum membahas beberapa penyebab banjir. Ada baiknya jika kita meluruskan persepsi masyarakat yang sering menyalahkan hujan.

Hujan sejatinya adalah rezeki dan rahmat dari Allah SWT. berupa air bersih dan segar yang diturunkan dari langit lalu diberikan kepada seluruh makhluk ciptaan-Nya di muka bumi ini, baik untuk manusia, hewan, dan tumbuhan. Namun sayangnya, akibat ulah tangan manusia yang usil dan serakah terjadilah kerusakan dan musibah di mana-mana. Sebagaimana firman Allah Swt.:

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum:41).

Banjir merupakan salah satu bencana alam yang terjadi yang tidak bisa ditolak oleh manusia. Namun Allah memberikan manusia berupa akal untuk digunakan memikirkan dan mencari preventif dan solusi agar bencana banjir dapat teratasi. Sangat tidak tepat, jika manusia berpasrah diri dan menyalahkan hujan sebagai penyebab utama banjir.

Beberapa Faktor Penyebab Banjir di Kota Batam dan Tawaran Solusinya

Selain menjadi wilayah yang padat industri, Kota Batam juga padat dengan pembangunan infrastrukturnya. Baik jembatan, jalan hingga gedung yang berbasis fasilitas umum maupun berbasis bisnis seperti hotel, mall, apartemen hingga perumahan. Semua infrastruktur ini memenuhi tata ruang Kota Batam.

Jika diamati secara kasat mata, pembangunan perumahan baik kelas elite hingga menengah ke bawah makin gencar dan masif dilakukan para developer KPR (pihak perancang atau pengembang). Sayangnya, pembangunan yang dilakukan kerap kali tidak ramah lingkungan. Misalnya, jarak rumah yang terlalu rapat hingga ventilasi atau sirkulasi udara tidak cukup dirasakan di dalam rumah.

Paradigma pembangunan kapitalistik mengukur semuanya berbasis keuntungan. Makin rapat rumah yang dibangun, maka makin sedikit lahan yang digunakan, dan keuntungan akan menjadi lebih besar. Alhasil, setiap rumah dipaksa untuk menggunakan kipas angin hingga pendingin ruangan. Wajar saja, ketergantungan masyarakat makin tinggi terhadap kebutuhan listrik.

Seharusnya ada peran negara, baik dari pemerintah pusat maupun daerah memberikan kontrol sedari awal terhadap proses pembangunan. Tidak boleh negara berlepas tangan terhadap pembangunan walaupun yang bersifat swasta. Negara seharusnya memberikan aturan yang jelas kepada developer tentang bagaimana perumahan yang ideal dan sehat. Jika ada kelalaian dari developer, negara wajib memberi teguran hingga sanksi.

Faktor penyebab selanjutnya, kita bisa melihat banyaknya pembangunan infrastruktur di beberapa daerah membuat daerah resepan air makin berkurang. Pepohonan juga sulit kita temui saat ini. Tata ruang perkotaan lebih didominasi dengan gedung-gedung bertingkat daripada pohon-pohon yang rindang.

Dampak pembangunan infrsturktur ditambah dengan jalur investasi yang dibuka secara luas, secara tidak langsung menganggu ekosistem dan keseimbangan lingkungan.

Belum lagi, minimnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dan menjaga lingkungan.

Akibat dari sampah yang berserakan dan dibuang tidak pada tempatnya pada akhirnya membuat saluran air atau drainase menjadi tersumbat. Padahal di dalam Islam sering sekali kita mendengar nasihat bahwa kebersihan sebagian dari iman. Namun sayangnya, ungkapan ini belum seutuhnya diterapkan oleh umat Islam itu sendiri.

Permasalahan sampah, juga masih menjadi permasalahan yang serius.

Negara juga seharusnya mengoptimalkan para ahli untuk mengelola sampah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Dengan tujuan agar sampah yang dihasilkan setiap hari bisa teratasi dengan baik.

Seyogianya, negara juga wajib memberikan aturan yang lebih serius dan tegas terhadap pelaku yang membuang sampah sembarangan. Baik dari tingkat individu hingga industri. Hal ini jika diberlakukan akan melatih kesadaran masyarakat. Karena masyarakat yang paham akan Islam ia akan menyadari bahwa menjaga kebersihan juga bagian dari ajaran Islam yang harus diterapkan.

Solusi Islam Mengatasi Banjir

Islam dan peradabannya telah memberikan teladan yang baik dalam menyelesaikan permasalahan umat, termasuk musibah banjir..

Islam tidak anti pembangunan. Namun ada yang berbeda antara pembangunan kapitalistik dengan pembangunan dalam kacamata Islam.

Dalam Islam, paradigma atau landasan dalam pembangunan adalah ibadah, di antaranya memberikan kebermanfaatan untuk umat dan bukan keuntungan bisnis semata.

Dalam Islam, ada beberapa cara atau kebijakan yang pernah dilakukan untuk menangani banjir. Sebelum berbicara secara teknis, dalam kacamata Islam penting sekali menciptakan individu yang bertakwa terlebih dahulu.

Apabila ia bertakwa maka konstruksi atau proses pembangunan yang nantinya dikerjakan akan dijalankan dengan jujur dan amanah. Tidak akan ditemui kasus-kasus korupsi atau pengurangan mutu pada konstruksi.

Dalam peradaban Islam dan kejayaan Islam, banyak sekali dibuat konstruksi mengatasi bencana banjir seperti bendungan Qusaybah yang berada di Madinah. Bendungan ini memiliki kedalaman 30 meter dan panjang 205 meter.

Selain membangun konstruksi yang mampu mengatasi banjir. Islam dengan sistem Islamnya juga memberikan kebijakan atau aturan yang tegas bagi sesorang yang merusak lingkungan, baik penebangan hutan secara liar hingga membuang sampah sembarangan.

Negara dalam sistem Islam juga akan rutin mengontrol pembangunan, dan perawatan terhadap saluran pembuangan air. Baik dari hulu hingga ke hilirnya.

Begitulah gambaran umum bagaimana Islam menyelesaikan permasalahan banjir. Seyogianya, faktor penyebab permasalahan banjir sangatlah sistematis, maka solusi yang ditawarkan juga harus sistematis. Di antaranya mengubah sistem pembangunan kapitalistik menjadi sistem pembangunan dengan paradigma Islam. Apakah kamu siap dengan perubahan sistem?

Wallahualam

Penulis adalah dan pegiat literasi bermestautin di Batam