J5NEWSROOM.COM, Sampit – Komunikasi yang tidak etis atau kurang sopan dapat memicu konflik dan eskalasi yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, personel Direktorat Kepolisian Air dan Udara (Ditpolairud) harus dilatih untuk berkomunikasi dengan penuh kesantunan dan empati, bahkan dalam situasi yang sulit atau tegang. Hal ini membantu mencegah situasi dari menjadi lebih buruk dan memungkinkan penyelesaian yang damai.
Awal minggu kedua Maret 2024, aktivitas silaturahim dan jadwal Sharing Komunikasi dan Motivasi Dr Aqua Dwipayana tetap padat. Setelah berkiprah di Pulau Sumatera, pada Senin 4 Maret 2024, motivator kawakan tersebut kini berpindah ke Kalimantan Tengah (Kalteng).
Di Kota Sampit, Dr Aqua Dwipayana menyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi dengan tajuk “Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Personel dalam Menghadapi Tantangan Tugas di Wilayah Perairan Hukum Polda Kalteng” di Aula Perthivim Jayate, Mako Ditpolairud Polda Kalteng, Jalan HM. Arsyad KM. 15 Sampit, Senin pagi (4/3/2024).
Pria dengan jejaring pertemanan sangat luas itu direncanakan melakukan safari Sharing Komunikasi dan Motivasi di lingkungan Ditpolairud di seluruh wilayah Indonesia. Kepala Korps Kepolisian Air dan Udara Badan Pemeliharaan Keamanan Kepolisian Republik Indonesia (Kakorpolairud Baharkam Polri) Irjen Pol Muhamad Yasin Kosasih yang merupakan teman akrab pria rendah hati itu yang memberikan amanah untuk melaksanakan aktivitas mulia tersebut.
Hingga awal pekan kedua Maret 2024 dari 34 Ditpolairud, yang telah dikunjungi Dr Aqua Dwipayana baru 13 Ditpolairud. Rinciannya adalah Ditpolairud Polda Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Metro Jaya, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, dan Ditpolairud Polda Nusa Tenggara Timur.
“Ini menjadi tugas, panggilan, amanah, sekaligus rezeki bagi saya. Saya memang sudah meniatkan diri untuk tanpa henti menjalankan silaturahim serta Sharing Komunikasi dan Motivasi ke semua lembaga di seluruh wilayah, bahkan sampai mancanegara. Khusus di lingkungan TNI dan Polri serta kalangan pendidik, saya melakukan semuanya dengan ‘lillahi ta’ala’ tanpa dibayar sepeser untuk honor saya berbicara. Semua dilandasi keikhlasan berbagi di sisa hidup saya yang sudah saya tekadkan untuk 95 persen dihabiskan dalam bidang sosial,” ungkap Dr Aqua Dwipayana.
Menurut Dr Aqua Dwipayana, komunikasi yang tidak efektif seringkali merupakan akar dari miskomunikasi. Dengan memahami prinsip etika dan empati dalam berkomunikasi, personel Ditpolairud dapat mengurangi risiko miskomunikasi yang dapat menyebabkan konflik.
“Komunikasi yang etis dan empatik membantu memperkuat hubungan antara personel Ditpolairud dengan masyarakat yang dilayani. Dengan menyimak dan merespons secara santun, hubungan yang positif dapat dibangun, yang pada gilirannya dapat mengurangi kemungkinan terjadinya konflik,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Etika dalam komunikasi lanjut pria yang hobi silaturahim ini memungkinkan personel Ditpolairud untuk tetap menjaga kehormatan dan martabat diri serta individu lainnya dalam setiap situasi. Ini membantu mencegah terjadinya insiden di mana konflik bisa muncul karena kurangnya penghargaan terhadap orang lain.
Dengan menggunakan komunikasi yang etis dan empatik, ungkap Dr Aqua Dwipayana, personel Ditpolairud dapat membantu memfasilitasi penyelesaian damai dalam situasi yang potensial konflik. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan sopan dan memahami perspektif orang lain dapat membantu mengurangi ketegangan dan mencapai solusi yang menguntungkan semua pihak.
“Etika dan empati dalam komunikasi juga membantu membangun kepercayaan antara personel Ditpolairud dan masyarakat. Ketika masyarakat merasa didengar dan dihormati, mereka lebih cenderung untuk bekerja sama dengan kepolisian dalam menjaga keamanan dan ketertiban,” ujar Dr Aqua Dwipayana.
Etika dan kesantunan komunikasi menurut mantan wartawan di banyak media besar ini, juga memainkan peran penting dalam memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur yang ada. Dengan berkomunikasi secara jelas dan sopan, personel Ditpolairud dapat menjelaskan dengan tepat tentang kepatuhan terhadap hukum dan menjelaskan pentingnya aturan tersebut bagi keselamatan bersama.
“Komunikasi yang tidak etis atau kurang sopan dapat memicu konflik dan eskalasi yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, personel Ditpolairud harus dilatih untuk berkomunikasi dengan penuh kesantunan dan empati, bahkan dalam situasi yang sulit atau tegang. Hal ini membantu mencegah situasi dari menjadi lebih buruk dan memungkinkan penyelesaian yang damai,” kata Dr Aqua Dwipayana menegaskan.
Dari Kalteng ke Sumut
Senin dini hari sekitar pukul 03.00, Dr Aqua Dwipayana meninggalkan rumahnya di Bogor, Jawa Barat. Langsung ke terminal 1A Bandara Soekarno – Hatta Tangerang.
Sekitar pukul 06.00 naik pesawat NAM Air pria yang hobi silaturahim itu ke Sampit. Perjalanannya sekitar 1 jam 35 menit. Begitu mendarat di Bandara H. Hasan Sampit, Dr Aqua Dwipayana langsung ke
Aula Perthivim Jayate, Mako Ditpolairud Polda Kalteng, Jalan HM. Arsyad KM. 15 Sampit. Tempat acara Sharing Komunikasi dan Motivasi dilaksanakan.
Kegiatan Sharing Komunikasi dan Motivasinya sekitar 2 sampai 3 jam termasuk tanya – jawab. Biasanya Dr Aqua Dwipayana melakukan interaktif dengan peserta.
Usai sharing Dr Aqua Dwipayana terus tancap gas untuk menjalankan hal serupa di Sumatera Utara (Sumut). Pangdam I/Bukit Barisan Mayjen TNI Mochammad Hasan mengundangnya untuk memberikan Sharing Komunikasi dan Motivasi pada acara Rapat Pimpinan di Balai Prajurit Makodam I/Bukit Barisan di Makodam Jl. Gatot Subroto Km 17 Medan, Sumut, Selasa (5/3/2024) yang dihadiri 107 orang.
Untuk itu, Senin siang (4/3/2024) motivator kawakan tersebut seusai sharing di Ditpolairud Polda Kalsel di Sampit harus menempuh jalan darat sekitar 10 jam ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel). Hal itu dilakukan demi bisa mengejar penerbangan pagi dari Banjarmasin menuju ke Medan.
Selasa pagi (5/3/2020) pukul 06.00 Dr Aqua Dwipayana naik pesawat Super Air Jet ke Medan dengan transit di Bandara Soekarno – Hatta Tangerang. Estimasi mendarat di Bandara Kualanamu Deli Serdang, Sumut, pukul 11.30 dan langsung ke tempat acara.
Selama ini Dr Aqua Dwipayana dikenal sebagai sosok yang murah hati dan senantiasa menjadikan undangan penyampaikan Sharing Komunikasi dan Motivasi sebagai rezeki sekaligus amanah baginya. “Undangan dari Jenderal Hasan merupakan kehormatan buat saya, sehingga saya usahakan hadir. InsyaALLAH saya banyak belajar kepada beliau dan seluruh peserta Rapat Pimpinan Kodam I/Bukit Barisan,” ucap Dr Aqua Dwipayana.
Begitu menghargai undangan untuk memberikan Sharing Komunikasi dan Motivasi sehingga bapak dari Alira Vania Putri Dwipayana dan Savero Karamiveta Dwipayana ini rela menempuh perjalanan antarpulau. Sering di satu daerah hanya beberapa jam saja seperti saat di Sampit.
Dr Aqua Dwipayana melakukan itu sebagai wujud penghargaannya kepada pihak yang mengundangnya. Pria kelahiran Pematang Siantar, Sumut, 23 Januari 1970 ini tidak pernah berpikir imbalan yang akan diterima dari aktivitas Sharing Komunikasi dan Motivasi yang dilakukannya. Terpenting pihak yang mengundang dan semua pesertanya puas dan termotivasi untuk lebih baik dan berprestasi.
“Semua aktivitas termasuk Sharing Komunikasi dan Motivasi saya niatkan ibadah. Sepenuhnya karena Allah Swt. Dengan begitu saat melaksanakannya saya tidak ada beban sama sekali,” pungkas Dr Aqua Dwipayana.
Ditpolairud Polda Kalteng Terbaik se-Indonesia
Visi:
Terwujudnya wilayah perairan Kalteng yang aman dan tertib.
Misi:
Terwujudnya Ditpolairud Polda Kalteng yang melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat di wilayah perairan
Pimpinan: Kombes Pol Handono Subiakto, SIK, SH, MH (Dirpolairud Polda Kalteng).
Nilai-nilai yang selalu digaungkan: Kejujuran, loyalitas, dedikasi, kerja cerdas, kerja tuntas, dan kerja ikhlas.
Prestasi:
Ditpolairud Polda Kalteng pada tahun 2023 meraih penghargaan dari Kapolri sebagai unit kerja teladan berintegritas. Inovasi yang dilakukan Ditpolairud Polda Kalteng adalah Program Kapal Melek Huruf, Pondok baca, dan Mako Perwakilan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat di wilayah pesisir Kalteng.
Sejarah Polairud
Kepolisian Air dan Udara lahir ketika Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan tertanggal 14 Maret 1951 soal penetapan Polisi Perairan sebagai bagian dari Jawatan Kepolisian Negara terhitung mulai 1 Desember 1950. Keputusan ini disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Perdana Menteri RI tanggal 5 Desember 1956 tentang pembentukan Seksi Udara pada Djawatan Kepolisian Negara.
Sejak itu, bagian Polisi Perairan menjadi bagian Polisi Perairan dan Udara. Di awal berdirinya, Polisi Perairan bermodalkan sebuah kapal “Angkloeng”. Baru pada akhir tahun 50-an, jumlah kapal bertambah hingga mencapai 35 buah. Sementara Polisi Udara hanya memiliki sebuah pesawat Cessna-180.
Setelah melalui beberapa kali perombakan, penyempurnaan organisasi baru terjadi pada tahun 1985. Satuan Utama Polisi Air dilebur ke dalam Sub Direktorat Polisi Air dan Satuan Utama Polisi Udara menjadi Subditpol Udara. Kedua subdirektorat ini beroperasi dibawah kendali Direktorat Samapta Polri. Hingga akhirnya berkiblat kepada sejarah kelahirannya, 1 Desember diputuskan sebagai hari keramatnya Polisi Air dan Udara.
Para Pejabat Negara, dengan pandangan jauh ke depan telah mengeluarkan Keputusan-keputusan yang strategis berupa Keputusan Menteri Dalam Negeri RI No. 4/2/3/Um, tanggal 14 Maret 1951 tentang Penetapan Polisi Perairan sebagai Bagian dari Djawatan Kepolisian Negara terhitung mulai tanggal 1 Desember 1950. Dengan lahirnya Djawatan Polisi Perairan maka seluruh wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau yang tersebar di khatulistiwa, di tengah hamparan laut Indonesia yang sangat luas telah diantisipasi perlunya pemeliharaan keamanan dan ketertiban serta penegakan hukum.
Pada tahun 1953 sampai 1958 berdasarkan Surat Perintah KKN No. Pol.: 2/XIV/1953, tanggal 16 Januari 1953 dibentuk dua Pangkalan Polisi Perairan masing-masing di Belawan dan Surabaya. Terdorong dari kesulitan-kesulitan yang sering timbul dikarenakan kondisi geografis wilayah Nusantara maka dibentuklah Polisi Udara dengan SK Perdana Menteri Nomor 510.PM/1956 tanggal 5 Desember 1956.
Resmilah tanggal 1 Desember 1956 nama bagian Polisi Perairan dan Polisi Udara yang dipimpin oleh Komisaris Besar Polisi RP. Sudarsono, dengan memiliki 35 kapal dari berbagai tipe dan sebuah pesawat jenis Cesna-180. Dengan Armada yang dimiliki Polisi Perairan dan Udara ikut serta dalam pemberantasan penyelundupan, bajak laut, dan operasi-operasi militer seperti pemberantasan DI/TII di Aceh dan Pantai Karawang Jawa Barat.
Setelah melalui beberapa kali perombakan, penyempurnaan organisasi baru terjadi pada tahun 1985. Satuan Utama Polisi Air dilebur ke dalam Subditpol Air dan Satuan Utama Polisi Udara menjadi Sub Direktorat Polisi Udara. Kedua subdirektorat ini beroperasi dibawah kendali Direktorat Samapta Polri. Dengan pertimbangan perkembangan situasi dan berdasarkan Skep Kapolri No. Pol: Skep/9/V/ 2001, tanggal 25 Mei 2001 struktur Polairud di bawah Deops Kapolri dengan sebutan Dit Polairud Deops Polri.
Pada Oktober 2002 terjadi Validasi Organisasi dengan Keputusan Kapolri No. Pol.: Kep /53/ X/ 2002, tanggal 17 Oktober 2002 dengan sebutan Dit Polair Babinkam Polri. Pada bulan Oktober 2010 terjadi Restrukturisasi organisasi di tubuh Polri dengan terbitnya Peraturan Presiden Nomor. 52 Tahun 2010, yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Kapolri Nomor 21 Tahun 2010 Tanggal 14 Oktober 2010 untuk tingkat Mabes Polri dan Peraturan Kapolri Nomor.l 22 Tanggal 14 Oktober 2010 untuk tingkat Kepolisian Daerah. Hingga akhirnya berpedoman kepada sejarah kelahirannya, 1 Desember diputuskan sebagai hari Ulang Tahun Polairud.*
Editor: Agung