J5NEWSROOM.COM, Gaza – Data PBB menunjukkan lebih dari 12.000 anak tewas dalam perang. Dalam beberapa minggu ini, 20 anak meninggal akibat kelaparan. Data lain menyebutkan 17.000 anak kehilangan atau terpisah dari orang tuanya.
Hekmat Almasri, seorang ibu di Gaza, mengatakan, “Anak saya selalu terjaga pada malam hari, menangis. Dia bilang, ‘Saya rindu ayah. Saya berharap kita bisa pulang. Saya ingin menjalani kehidupan normal seperti dulu.’”
Lebih dari 31.000 orang telah terbunuh di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan Gaza. Perang dimulai pada 7 Oktober, balasan Israel atas serangan Hamas yang dilaporkan menewaskan 1.200 orang. Hamas juga menyandera 240 orang, baru sebagian yang sudah dibebaskan.
Sebagian besar dari dua juta lebih penduduk Gaza kini memadati tempat-tempat penampungan darurat di Rafah, dekat perbatasan Mesir.
Dokter anak di Rumah Sakit Abu Youssef Al Najjar, Saeed Abdulrahman Mahmoud Marouf, mengungkapkan bahwa setiap anak yang ia periksa tampak jelas menderita trauma psikologis dan fisik serta akibat kelaparan. “Semuanya mengalami masalah pertumbuhan. Semuanya sakit. Bahkan para ibu tidak mempunyai susu untuk memberi makan bayi mereka. Mereka bilang, ‘Saya tidak bisa memberi mereka susu, dan bagaimana mungkin saya bisa membelinya?’,” jelasnya.
Sebagian anak, kata Dr. Saeed, bisa dengan jelas mengidentifikasi bom, pesawat, dan siapa saja dari keluarga atau tetangga mereka yang tewas. Anak-anak lain hampir sepanjang waktu meratap dan merapat pada orang tua. Banyak yang mulai berhalusinasi.
Tetapi ada anak yang masih berharap bisa berkumpul lagi dengan orang-orang terdekat mereka. “Saya ingin pulang,” sebutnya.
Misalnya, Abed Alrazeq Almasri, 12. Ia mengatakan seandainya bisa, ia ingin pulang dan kumpul bersama keluarganya. Para orang tua mengaku merasa pilu melihat anak-anak mereka menderita. Hekmat Almasri mengungkapkan, “Para ibu tidak bisa menjawab pertanyaan anak-anak mereka. Mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan anak-anak mereka, bahkan makanan. Anak-anak akan meminta daging atau ikan atau coklat atau permen yang biasa mereka makan. Tetapi kami tidak bisa mendapatkannya sekarang.”
Israel menyatakan tidak membatasi jumlah bantuan yang boleh masuk ke Gaza, tetapi bersikeras memeriksa semua bantuan yang dikirim guna memastikan tidak ada senjata untuk Hamas. Mereka juga menuduh Hamas mengambil bantuan untuk pejuang mereka. Tetapi organisasi HAM Amnesty International menuduh militer Israel sangat membatasi bantuan yang masuk ke Gaza.
PBB memperingatkan bahwa kelaparan yang meluas akan segera terjadi jika akses bagi masuknya bantuan tidak secara drastis segera ditingkatkan. Mereka menyatakan menyambut baik upaya memberi bantuan melalui udara atau laut, tetapi semua itu tidak bisa menutupi lonjakan besar kebutuhan yang dikirim melalui darat.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah