J5NEWSROOM.COM, Bekasi – Pondok Pesantren Mahasina Darul Qur’an Wal Hadist, Kota Bekasi, selalu terbuka dengan metode pengajaran dan pendidikan terbaru, sesuai dengan prinsip “al-Muhafadzatu ‘ala al-Qadimi as-Shaleh Wal Akhdzu bi al-Jadidi al-Ashlah” (Memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi terbaru yang lebih baik).
Dalam rangka itulah, pada Minggu, 10 Maret 2024, PP Mahasina mengadakan “Pelatihan Hafal Tanpa Menghafalkan.” Acara yang disampaikan langsung oleh pelopor dan penulis buku “HATAM: Hafal Tanpa Menghafalkan”, A. Latif Hatam, diikuti sekitar 120 peserta, terdiri dari santri Kelas 12 dan para guru yang mengajar mengaji.
Metode yang mendapatkan apresiasi dari dai kondang, Ustadz Abdul Somad (UAS) ini berbasis pada optimalisasi pendengaran berulang-ulang, dengan lagu tertentu yang enak didengar, sehingga melekat kuat dalam memori.
“Menghafal ayat-ayat al-Qur’an kira-kira semudah dengan bagaimana masyarakat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia Raya,” ungkap penulis yang juga kandidat doktor bidang ilmu al-Qur’an dari Universitas PTIQ, Jakarta.
Kelebihan dari metode ini adalah menyenangkan karena pakai lagu, meningkatkan kefasihan, bisa dilakukan siapapun dan kapanpun saja, teringat dalam waktu lama, bahkan seumur hidup, dan mudah dilaksanakan.
Ustadz Afham Habibulloh, guru PP Mahasina yang juga hafal al-Qur’an bersanad, menjelaskan bahwa metode ini efektif bagi orang-orang yang sibuk, sehingga bisa memakai metode tersebut saat berangkat atau pulang dari kantor.
Untuk santri, metode ini bisa digunakan di saat mereka lagi santai, misalnya, saat lagi antri makan atau bahkan sore-sore saat berolahraga. Bisa juga, metode ini dipraktekkan secara lebih serius dalam kelompok kecil, sekitar 10 santri, lalu mengulang-ulang mendengarkan dan menirukan ayat-ayat yang akan dihafal.
Sebagai seorang hafidz, ustadz Afham juga mengkritisi metode ini, untuk tidak dilakukan pada santri yang belum lulus tahsin (perbaikan) bacaan al-Qur’an. “Kuatir santri hafal ayat-ayat tertentu, namun ketika disuruh membaca teks ayat suci akan gelagapan,” ujar ustadz yang menghafal al-Qur’an di sebuah pesantren di Jawa Tengah.
Masih menurut Ustadz Afham, kelemahan metode ini juga adalah proses menghafal santri pada ayat al-Qur’an akan lamban, karena harus mengulang-ulang mendengarkan ayat yang akan dihafal. Hal ini berbeda dengan metode menghafal mandiri, di mana santri melihat teks Ayat Suci, lalu menghafalkannya sampai lancar. “Meski begitu, hafalan yang memakai metode Hatam ini sangat melekat kuat,” ungkap ayah dari anak semata wayang bernama Fahim Abdullah Salam.
Menurut Ustadz Afham, metode apapun, selama masih buatan manusia, pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk itu, kita harus mengambil kelebihannya dan mengeliminasi kekurangannya.
“Dengan cara itulah, PP Mahasina akan menghasilkan santri yang unggul dalam segala aspek kehidupan,” ujarnya sebagai penutup menjawab J5NEWSROOM.COM dengan metode “Mewawancarai Narasumber Tanpa Merasa Diwawancarai.”
Editor: Agung