J5NEWSROOM.COM, Ukraina – Gubernur regional di kota pelabuhan Odesa di Ukraina selatan melaporkan serangan rudal Rusia, Jumat (15/3), menewaskan sedikitnya 20 orang dan melukai 46 lainnya.
Dalam postingan lengkap dengan gambar di akun media sosial Telegram miliknya, Gubernur daerah setempat, Oleh Kiper mengatakan korban tewas termasuk warga, petugas medis, dan petugas penyelamat. Dia mengatakan bahwa tujuh pekerja darurat termasuk di antara yang terluka.
Kiper mengatakan dua pekerja darurat yang tewas datang ke lokasi kejadian untuk merawat korban serangan awal dan meninggal ketika rudal kedua menghantam lokasi yang sama. Dia mencatat, jumlah total korban tewas masih ditentukan dan hari berkabung akan diadakan pada Sabtu.
“Rusia adalah negara teroris,” kecamnya.
Rusia telah meningkatkan serangannya terhadap kota pelabuhan di bagian selatan tersebut sejak pertengahan tahun lalu, setelah Kremlin mengakhiri kesepakatan yang dimediasi oleh PBB dan Turki untuk mengirimkan gandum Ukraina dari kota tersebut melalui Laut Hitam.
Serangan terhadap Odesa terjadi setelah Ukraina dan Rusia mengatakan pada Jumat bahwa mereka menembak jatuh pesawat tak berawak (drone) musuh semalam, sementara para pemimpin Eropa tengah berkumpul di Berlin untuk membahas lebih banyak bantuan untuk Ukraina.
Dalam sebuah postingan di media sosial, Angkatan Udara Ukraina mengatakan pihaknya menembak jatuh 27 drone yang diduga buatan Iran. Sementara, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat bahwa lima drone Ukraina dan dua roket dicegat di wilayah perbatasan Belgorod Rusia dan wilayah Kaluga, barat daya ibu kota Rusia, Moskow.
Pada Kamis (14/3), drone dan rudal Rusia menghantam infrastruktur komunikasi di timur laut Ukraina, yang tampaknya merupakan upaya untuk memblokir akses terhadap informasi, kata para pejabat di Kyiv.
Serangan tersebut mempengaruhi sinyal televisi dan radio di lima kota besar dan kecil di wilayah Sumy dan Kharkiv, menurut para pejabat.
“Selain menghancurkan objek infrastruktur secara fisik, musuh juga mencoba mengganggu stasiun radio Ukraina dan sinyal satelit televisi Ukraina,” kata Layanan Komunikasi Khusus dan Perlindungan Informasi pemerintah.
Badan tersebut menambahkan bahwa serangan semalam adalah bagian dari “perang informasi” Moskow untuk menghalangi akses warga Ukraina terhadap “informasi yang benar.”
Gubernur Sumy mengatakan perbaikan sedang dilakukan untuk memulihkan sinyal televisi dan radio dan sebagian besar sinyal telepon seluler telah pulih.
Pertempuran terbaru terjadi ketika para pemimpin Jerman, Perancis dan Polandia berencana bertemu hari Jumat di Berlin untuk membahas dukungan bagi Ukraina ketika negara itu menghadapi berkurangnya pasokan militer.
Kanselir Jerman Olaf Scholz dijadwalkan bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk pada pertemuan puncak yang disebut “Segitiga Weimar” dari tiga kekuatan Eropa.
Kekerasan di Ukraina dan Rusia juga terjadi ketika warga Rusia pergi ke tempat pemungutan suara pada Jumat dalam pemilu nasional yang diperkirakan akan memberi Presiden Vladimir Putin kekuasaan selama enam tahun lagi.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Agung