J5NEWSROOM.COM, Texas – Kontroversi membayangi festival South by Southwest (SXSW) 2024 di Austin, Texas, Amerika Serikat. Banyak musisi membatalkan penampilannya dan memutuskan untuk memboikot acara.
Keputusan itu diambil sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina, karena Angkatan Darat AS menjadi sponsor “super” dari gelaran SXSW 2024. Seperti diketahui, selama ini diketahui meluas bahwa militer AS berkaitan dengan pendudukan Israel di Gaza, Palestina. Selain itu, SXSW menggunakan platform RTX Corporation (sebelumnya bernama Raytheon), perusahaan yang dikabarkan menjual senjata terkait genosida Israel.
Dikutip dari laman The Guardian, Ahad (17/3/2024), boikot dipimpin oleh penulis lagu yang berbasis di Chicago, Ella Williams, yang dikenal sebagai Squirrel Flower. Pada 4 Maret 2024, Williams secara resmi mengumumkan pengunduran diri dari SXSW lewat postingan di Instagram, karena Angkatan Darat AS menjadi sponsor SXSW dan karena keterlibatan RTX di festival tersebut.
Williams pertama kali mengetahui itu setelah melihat postingan Austin for Palestine Coalition, yang mendesak SXSW memutuskan hubungan dengan Departemen Pertahanan AS dan kontraktor pertahanan swasta. Dia pun berang setelah mengetahui kontraktor pertahanan RTX membuat senjata yang digunakan Pasukan Pertahanan Israel (IDF) untuk mengebom Gaza.
“IDF kini telah membunuh setidaknya satu dari setiap 75 penduduk Gaza, dan saya menolak untuk terlibat dalam hal itu. Saya tidak percaya bahwa sebuah festival musik harus melibatkan para pencatut keuntungan dari perang. Saya percaya bahwa seni adalah alat untuk menciptakan dunia yang lebih baik,” ujar Williams.
Tak lama setelah Williams merilis pernyataan tersebut, beberapa musisi lain mengikuti langkahnya. Itu termasuk band emo yang berbasis di Brooklyn, Proper, band indie yang berbasis di Los Angeles, Mamalarky, dan penyanyi-penulis lagu Carolina Utara, Eliza McLamb, juga puluhan lainnya.
Salah satu personel Mamalarky, Noor Khan, menyampaikan alasan di balik keputusan band menarik diri dari SXSW. “Memainkan dua pertunjukan di festival ini tidak akan pernah memberi kita sesuatu yang lebih penting daripada nyawa yang hilang di Palestina saat ini,” ujar Khan.
Penyanyi-penulis lagu yang berbasis di Brooklyn, Shalom Obisie-Orlu, juga memutuskan tidak jadi tampil di SXSW 2024 setelah melihat postingan Williams. Padahal, tampil di SXSW adalah impian Obisie-Orlu sejak lama dan itu bisa memberikan peluang karier yang sangat besar.
“Namun, saya orang Afrika Selatan, saya berasal dari tempat apartheid ditemukan. Dalam hidup saya, saya tidak akan pernah menempatkan diri saya pada posisi di mana saya akan melihat kembali tindakan saya dan berkata, ‘Kamu ‘menari’ untuk mesin perang’,” ucap Obisie-Orlu.
Band indie rock asal Jakarta, Indonesia, Reality Club, sebelumnya juga dijadwalkan tampil di SXSW 2024 pada 14 dan 15 Maret. Namun, Reality Club menarik diri atas nama hati nurani dan kemanusiaan, sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.
“Kami menolak dikaitkan dengan organisasi yang terlibat dalam genosida di Palestina. Untuk kalian yang menantikan showcase kami di SXSW, kami harap kalian dapat memahami keputusan kami dan berharap suatu hari nanti dapat tampil untuk kalian semua,” kata Reality Club lewat akun Instagram resminya.
Bermula sejak 1987, SXSW merupakan festival bergengsi yang merayakan konvergensi teknologi, film, musik, pendidikan, dan budaya, melibatkan pengisi acara lintas negara. SXSW 2024 berlangsung pada 11 Maret 2024 hingga 16 Maret 2024 di sejumlah titik di Austin, namun utamanya berlokasi di Austin Convention Center.
Laman The Hill melaporkan pada Kamis (14/3/2024), total terdapat lima label musik dan 105 musisi (band serta musisi individu) yang batal tampil di SXSW 2024. Dari keseluruhan jumlah itu, terdapat lebih dari 60 artis dari Inggris dan 12 band Irlandia.
Lebih dari 10 musisi memutuskan untuk tetap tampil di SXSW 2024 karena alasan finansial. Namun, mereka terpantau tetap membuat pernyataan di atas panggung atau menggunakan slot waktu di festival untuk menyampaikan dukungan terhadap Palestina.
Sumber: Republika
Editor: Agung