J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Jumlah zero-dose atau anak yang belum mendapatkan imunisasi sepanjang 2018-2023 mencapai 1,8 juta anak di seluruh Indonesia. Tahun lalu, zero-dose berada di angka 423.615 anak. Sejumlah faktor yang mempengaruhi keengganan orang tua adalah kekhawatiran akan efek samping, suntikan ganda dan maraknya hoaks dan misinformasi seputar imunisasi.
Untuk meningkatkan minat warga terhadap imunisasi rutin, diperlukan proses edukasi yang praktis, menyenangkan sehingga dapat dengan mudah diterima dan dicerna oleh masyarakat. Kapasitas kader kesehatan menjadi kunci dalam kegiatan edukasi warga. Selain kader kesehatan, keterlibatan tokoh agama, anak muda juga sangat dibutuhkan.
Dalam kaitan ini Unicef (United Nations Children’s Fund) Kantor Nasional Indonesia menggandeng Portal Kesehatan Masyarakat (Portkesmas) untuk melakukan kegiatan penguatan kapasitas kader di sejumlah daerah di mana cakupan imunisasi rutin anak masih rendah.
Pertemuan perdana Portkesmas dan Unicef Indonesia dilaksanakan di Jakarta (19/03/2024), untuk menetapkan rencana dan indikator kerja. Kedua belah pihak berkomitmen mengembangkan kerangka kerja yang efektif, transparan, mengedapankan prinsip kesetaraan dan mengacu pada bukti-bukti ilmiah (evidence-based).
Berkomitmen Melakukan Aksi
Pada pertemuan tersebut, Direktur Kerjasama dan Relasi Media Portkesmas Savero Dwipayana menegaskan, sebagai organisasi anak muda, pihaknya mengapresiasi kepercayaan yang diberikan Unicef Indonesia untuk dapat bermitra.
“Dari kemitraan ini kami berkomitmen melakukan aksi langsung di lapangan untuk meningkatkan cakupan imuniasi rutin dan berbagai layanan kesehatan esensial di Puskesmas,” ungkap Savero Dwipayana.
Ero –panggilan Savero—menambahkan, Portkesmas akan bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, termasuk pemerintah, akademisi, kader kesehatan, organisasi profesi dan media untuk menjalankan rangkaian kegiatan. Belajar dari kerja-kerja komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat (Risk Communication and Community Engagemen atau RCCE) penanganan pandemi COVID-19, kolaborasi menjadi kunci keberhasilan.
Sementara itu Spesialis Perubahan Sosial dan Perilaku Unicef Indonesia Rizky Ika Syafitri (Kiky) juga menyambut positif kolaborasi dengan Portkesmas.
“Kemitraan dengan Portkesmas ini menunjukkan komitmen kami dalam dua hal, yaitu pemenuhan hak anak dalam aspek kesehatan dan keterlibatan masyarakat khususnya anak muda dalam berbagai upaya pembangunan masyarakat. Kami percaya kolaborasi ini adalah investasi yang penting untuk transformasi kesehatan di Indonesia,” ujarnya.
Kiky menjadi penanggung jawab utama kemitraan Unicef dengan Portkesmas. Pihaknya berharap inisiatif ini dapat menginspirasi lebih banyak kolaborasi serupa di masa depan, terutama pelibatan anak muda dalam mendukung pemecahan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Kemitraan ‘Jaga Bersama’
Unicef Indonesia menggandeng Portkesmas untuk melakukan kegiatan penguatan kapasitas kader di sejumlah daerah di mana cakupan imunisasi rutin anak masih rendah.
Kemitraan yang diberi nama ‘Jaga Bersama’, yang berlangsung selama tahun 2024 ini, diharapkan akan berkontribusi dalam upaya peningkatan kapasitas kader, tokoh agama, dan anak muda untuk meningkatkan minat masyarakat terhadap imunisasi rutin di sejumlah provinsi prioritas. Provinsi itu meliputi DKI Jakarta, Sumatera Barat, Aceh, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.
Setiap anak di Indonesia, apapun latar belakang orang tuanya, baik agama, suku, pilihan politik, status sosial ekonomi dan pekerjaan, berhak mendapatkan imunisasi agar terlindung dari berbagai penyakit berbahaya yang mengancam jiwa.
Sayangnya, jumlah zero-dose atau anak yang belum mendapatkan imunisasi sepanjang 2018-2023 mencapai 1,8 juta anak di seluruh Indonesia. Tahun lalu, zero-dose berada di angka 423.615 anak. Sejumlah faktor yang mempengaruhi keengganan orang tua adalah kekhawatiran akan efek samping, suntikan ganda dan maraknya hoaks dan misinformasi seputar imunisasi.
Untuk meningkatkan minat warga terhadap imunisasi rutin, diperlukan proses edukasi yang praktis, menyenangkan sehingga dapat dengan mudah diterima dan dicerna oleh masyarakat. Kapasitas kader kesehatan menjadi kunci dalam kegiatan edukasi warga. Selain kader kesehatan, keterlibatan tokoh agama, anak muda juga sangat dibutuhkan
Unicef sendiri adalah organisasi PBB yang bertujuan untuk meningkatan kualitas hidup, baik anak maupun wanita yang berada di negara-negara berkembang. Ludwik Witold Rajchman adalah seorang dokter dan ahli bakteriologi yang lahir pada tanggal 1 November 1881, di Warsawa, Polandia. Ia dianggap sebagai pendiri Unicef, dan menjabat Ketua pertamanya dari tahun 1946 hingga 1950.
Dokter Ludwik Rajchman secara umum dianggap sebagai pendiri Unicef dan mengepalai lembaga ini sejak tahun 1966. Berdasarkan saran dari dr. Rajchman, Maurice Pate dari Amerika Serikat ditunjuk sebagai direktur eksekutif yang pertama, dan bertugas sejak tahun 1967 hingga ia meninggal tahun 1965. Pada 1953, mandat Unicef diperluas untuk menangani kebutuhan anak-anak di negara berkembang. Pada tahun itu pula Unicef ditetapkan sebagai bagian tetap dari Sistem PBB.
Di sisi lain, Unicef Indonesia adalah salah satu dari lebih dari 190 kantor nasional Dana Anak-anak PBB. Sebagai salah satu kantor Unicef pertama yang didirikan di Asia, Unicef Indonesia telah berdiri sejak tahun 1948 untuk menjunjung tinggi hak-hak anak di negara kepulauan yang luas ini, termasuk hak mereka atas pendidikan, layanan kesehatan, dan perlindungan dari kekerasan dan eksploitasi. Unicef Indonesia juga mengadvokasi perubahan politik dalam mendukung anak-anak, dan bekerja dengan organisasi mitra dari sektor publik, amal, dan swasta, untuk melakukan perubahan.
Organisasi Nonpemerintah
Portkesmas merupakan organisasi nonpemerintah yang aktif melakukan advokasi secara multi stakeholder untuk memperoleh dukungan strategis dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia melalui berbagai program yang dilakukan.
Fokus Portkesmas saat ini adalah dalam penguatan lima pilar Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) esensial yakni:
– Promosi Kesehatan.
– Kesehatan Lingkungan.
– Kesehatan Ibu, Anak, dan Keluarga Berencana.
– Gizi.
– Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Pendekatan advokasi dan edukasi yang dilakukan Portkesmas juga melalui kolaborasi multistakeholder dalam ranah literasi digital dan tata kelola Internet guna meningkatkan kemampuan berpikir kritis masyarakat Indonesia di era digital.
Maka dengan demikian transformasi digital di Indonesia akan menjadi hal tak terpisahkan dalam penguatan lima pilar UKM esensial. Ikuti langkah Portkesmas dalam menguatkan upaya kesehatan masyarakat di www.portkesmas.com.*
Editor: Agung