J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Puasa Ramadan tidak menyurutkan niat ratusan warga Muslim untuk berkumpul di sekitar kawasan Monas, Jakarta Pusat, berdoa bersama demi keselamatan warga Palestina di Gaza yang sampai detik ini masih terus menjadi sasaran serangan Israel. Serangan ini merupakan pembalasan terhadap serangan kelompok militan Hamas ke bagian selatan Israel pada 7 Oktober lalu yang menewaskan sedikitnya 1.200 orang.
Israel kemudian melancarkan serangan darat dan udara ke Jalur Gaza, yang hingga hari 7 April ini – atau berarti enam bulan sejak serangan pertama – telah menewaskan lebih dari 33.000 warga Palestina. Lebih dari separuh korban tewas ini adalah perempuan dan anak-anak. Delapan puluh persen warga Gaza telah mengungsi ke berbagai kota, sementara yang memilih bertahan kini menghadapi kelaparan akut.
Warga di berbagai belahan dunia telah menyerukan dilangsungkannya gencatan senjata, dan melakukan beragam cara untuk membantu warga Palestina, tidak saja dengan mengirim bantuan kemanusiaan, tetapi juga doa. Minggu sore ratusan warga Indonesia dari beragam agama dan latar belakang kembali berkumpul di kawasan Monas. Sebagian membawa poster dan spanduk bertuliskan “Israel Musuh Umat Manusia.” Tidak sedikit yang menyerukan untuk memboikot Israel dan produk terkait negara itu.
Di antara puluhan tokoh masyarakat yang hadir, tampak mantan Ketua Partai Keadilan Sejahtera Hidayat Nur Wahid, yang menyampaikan rasa bangga karena warga Indonesia tak goyah memberikan dukungan bagi Palestina.
“Ini menandakan bahwa penolakan kejahatan kemanusiaan terhadap masyarakat Palestina di Gaza sudah menjadi penolakan yang bersifat lintas agama, lintas ideologi, lintas bangsa. dan karenanya dalam konteks kita di Indonesia, kami selalu mendukung sikap dari pemerintah Indonesia yang terus menolak kejahatan Israel dan mendukung kemerdekaan Palestina. Oleh karena itu pemerintahan Indonesia akan selalu mendapatkan dukungan yang kuat dari masyarakatnya untuk melakukan peran yang lebih kuat lagi,” ungkap Hidayat.
Ia menjelaskan, perlahan namun pasti, mata dunia terbuka dan beberapa negara telah menjatuhkan “hukuman” terhadap Israel, termasuk negara-negara yang sudah memulai kembali hubungan diplomatik. Pemerintah Indonesia, ujarnya, sedianya meningkatkan peran lebih luas untuk memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina.
Kemlu RI: Aksi Warga Tunjukkan Dukungan Kuat Indonesia pada Palestina
Secara terpisah, Direktur Jendral Timur Tengah di Kementerian Luar Negeri Bagus Hendraning Korbarsyih mengatakan aksi, dukungan serta doa bersama yang kerap dilakukan oleh masyarakat ini tidak saja menunjukkan dukungan tak tergoyahkan pada Palestina, tetapi sekaligus dukungan pada kebijakan politik luar negeri Indonesia.
“Saya kira ini akan memperkuat kebijakan politik luar negeri Indonesia, untuk terus memberikan dukungan secara formal dan secara resmi kepada dunia untuk terus mendukung perjuangan rakyat Palestina. Ini menjadi modalitas yang cukup besar bagi Indonesia untuk memperkuat dukungannya dan bantuannya kepada rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaannya,” ungkap Bagus.
Dukungan kuat warga juga semakin mempertegas untuk tidak membuka hubungan diplomatik dengan Israel, tambahnya.
“Israel terbukti saat ini, jelas-jelas telah mengingkari dan tidak menghormati bahkan merusak hukum kemanusiaan internasional dengan melakukan banyak sekali kekerasan dan pembantaian terhadap rakyat Palestina. Tidak ada hubungan diplomatik dengan Israel sampai merdekanya rakyat Palestina, dengan ibu kota Yerusalem Timur sesuai dengan kesepakatan yang berlaku,” pungkasnya.
Peserta Aksi Serukan Pemboikotan Israel
Salah satu peserta “Doa Bersama untuk Gaza,” Bachtiar Nasir, mengajak semua pihak untuk memboikot Israel secara ekonomi dan politik.
“Aksi boikot itu jangan pernah berhenti, karena aksi boikot ini telah terbukti memukul mereka karena memang Tuhannya mereka ini adalah uang, mereka adalah hamba materi. Dia tidak kenal apa itu kemanusiaan, dia tidak tahu apa itu konstitusi,” ujarnya.
Israel hari Minggu menarik seluruh pasukannya dari kota Khan Younis di bagian selatan. Belum ada informasi lebih detil tentang tujuan penarikan ini, atau apakah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jadi melaksanakan serangan darat ke kota Rafah di mana lebih dari satu juta warga Palestina berlindung.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah