J5NEWSROOM.COM, Denpasar – Semalam, Kamis (18/4/2024), hingga tengah malam kami ngobrol di lounge hotel di Bali, di lantai 17. Sehingga kami bisa menikmati pemandangan indah di malam hari Kota Denpasar. Kami hanya bertiga: saya, Tantowi Yahya, dan Rudiantara.
Saya yang mengundang kedua beliau karena tertarik ingin dengar cerita Tantowi Yahya, mantan Dubes kita di New Zealand dan kini menjadi Dubes Keliling Pasifik. Tantowi juga baru saja bertemu dan ngobrol 1,5 jam dengan Prabowo Subianto.
Sedangkan Rudiantara, mantan Menkominfo yang belakangan menggeluti ekonomi syariah sejak tahun lalu itu, berhasil menyalurkan pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp 7 triliun kepada 2 juta emak-emak. Pinjaman itu rerata Rp. 5 juta. Menarik kisahnya. Semenarik kisah Tantowi ngobrol dengan Prabowo.
Tapi yang paling menarik adalah kisah tentang cerutu alias cigars. Kebetulan di lounge itu jualan utamanya cerutu. Tahu suka cerutu, saya tawarkan kepada Tantowi. Pak Dubes kemudian memanggil pelayan untuk membawakan list cerutu.
Tantowi sebenarnya baru saja tiba kembali di Bali dari liburan di Bangkok. Dia lupa bawa cerutu dari rumah, padahal di rumahnya, dia punya lemari khusus yang isinya ratusan cerutu. Maklum Dubes. Setelah lihat list, keningnya mengkerut.
“Nggak jadi, ah. Mahal banget di sini. Masak harganya Rp1,7 juta sebatang, padahal di luar cuma Rp300 ribuan,” katanya.
“Kalau rakyat tahu kita ngisap cerutu semahal itu, hanya untuk diisap setengah jam, kita bisa dikutuk sama mereka,” tambah Tantowi.
Akhirnya, kami ngobrol dengan pelayan cerutu. Mendalami urusan cerutu ini. Pelayan cerita pernah menjual cerutu termahal. Satu box isi 25 batang seharga USD 40.000.- (Rp 625 juta — kurs sekarang). Kami semua bengong.
Pikiran saya melayang: berapa banyak UKW (Uji Kompetensi Wartawan) dan SJI (Sekolah Jurnalistik Indonesia) yang bisa dilaksanakan hanya dengan satu box cerutu isi 25 batang?
Editor: Agung