J5NEWSROOM.COM, Serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan perang di Gaza sebagai balasannya, menyebabkan kenaikan tajam antisemitisme di seluruh dunia tahun 2023, menurut sebuah laporan baru. Di Amerika, pemerintahan Biden kembali berkomitmen untuk keamanan Israel dan keselamatan komunitas Yahudi.
“Kebencian lama terhadap orang Yahudi tidak dimulai dengan Holocaust, juga tidak berakhir dengan Holocaust.”
Pada upacara peringatan tahunan di Museum Holocaust Memorial di gedung kongres Capitol, Presiden AS Joe Biden menyampaikan pesan kepada warga Yahudi Amerika dan negara Israel.
“Izinkan saya meyakinkan Anda kembali, sebagai presiden Anda. Anda tidak sendirian. Anda selalu menjadi bagian (AS) dan akan selalu begitu. Komitmen saya terhadap keselamatan orang-orang Yahudi, keamanan Israel, dan hak mereka untuk hidup sebagai negara merdeka sangat kuat, bahkan ketika kita berbeda pendapat,” jelasnya.
Laporan Antisemitisme Sedunia untuk tahun 2023 yang diterbitkan oleh Liga Anti-Pencemaran dan Universitas Tel Aviv, Minggu (5/5), mencatat kenaikan 103 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam tindakan kekerasan, vandalisme, dan intimidasi yang menarget orang Yahudi Amerika.
Berbicara tentang temuan laporan itu, CEO Liga Anti-Pencemaran, Jonathan Greenblatt menyebutnya sebagai “keadaan darurat global yang mempengaruhi orang-orang Yahudi.”
“Tingkat antisemitisme yang belum pernah terjadi sebelumnya melanda komunitas Yahudi di ibu kota-ibu kota di seluruh dunia. Tahun 2023 adalah tahun terburuk bagi kebencian anti-Yahudi di Amerika yang pernah kita lihat sejak kami mulai melakukan pekerjaan ini 45 tahun lalu,” sebutnya.
Menurut laporan itu, hampir tiga per empat mahasiswa universitas di Amerika telah menyaksikan insiden anti Yahudi dalam berbagai bentuk, sejak awal tahun akademik. Namun, banyak pengunjuk rasa pro-Palestina bersikeras bahwa mereka tidak anti Yahudi.
Zho Ragen, pengunjuk rasa pro-Palestina di Universitas Washington di Seattle, mengatakan, “Banyak mahasiswa Yahudi di antara kami, di antara para penyelenggara protes di sini. Ini bukan tentang antisemitisme. Ini berkenaan dengan menjadi sangat anti-Zionis karena ada orang-orang yang terusir dari tanah mereka dan dimusnahkan dengan uang pembayar pajak AS.”
Noa Tishby, salah seorang penulis buku baru “Uncomfortable Conversations with a Jew,” atau “Percakapan Tak Nyaman dengan Seorang Yahudi” mengatakan, istilah “Zionisme” secara sederhana menunjukkan hak orang Yahudi atas tanah air mereka sendiri di tanah Israel, telah dibajak dan dimaknai sangat buruk.
“Tidak ada salahnya mengkritik kebijakan pemerintah Israel. Tapi itu tidak terjadi di kampus-kampus di Amerika. Pemrotes secara harafiah mengatakan, ‘Perlawanan dengan segala cara diperlukan.’ Mereka memuji serangan Hamas tanggal 7 Oktober. Para pemrotes menyerukan untuk meruntuhkan satu-satunya negara Yahudi di dunia itu,” jelasnya.
Tishby mengatakan, meskipun dukungan kuat Biden memang membuat masyarakat merasa lebih aman, hal itu tidak menghilangkan keyakinannya bahwa Holocaust lainnya bisa terjadi, jika tren kebencian tidak dikendalikan.
“Tanggal 7 Oktober bagi komunitas Yahudi terasa seperti pengulangan Holocaust, ketika kita mendengar cerita yang sama tentang para ibu yang memeluk anak-anak mereka ketika mereka dibakar hidup-hidup. Anak-anak dan remaja bersembunyi di lemari, dan terjadi pemenggalan kepala, mutilasi, dan pemerkosaan,” komentarnya.
“Saya menyebutnya kekejaman pada tanggal 7 Oktober dan kekejaman pada tanggal 8 Oktober, karena tanggal 7 Oktober terjadi, dan dibutuhkan waktu kurang dari dua jam bagi organisasi-organisasi anti-Zionis, anti-Israel, dan anti-Yahudi untuk mulai memujinya,” imbuh Tishby.
Noa Tishby mengatakan, antisemitisme juga sering menjadi petunjuk adanya masalah yang lebih dalam di masyarakat, dan bahwa mencari kambing hitam jarang berhenti pada satu kelompok saja.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah