J5NEWSROOM.COM, Jakarta – Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri kembali tampil di hadapan publik setelah keriuhan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Megawati berkunjung ke Galeri Nasional, Jakarta Pusat, pada Senin (13/5/2024) siang, untuk menyaksikan pameran seni hasil karya budayawan sekaligus seniman, Butet Kartaredjasa bertajuk ‘Melik Nggendong Lali’.
Megawati berkeliling didampingi Butet melihat seluruh pameran. Salah satu hasil karya seni Butet yang dipajang adalah patung lelaki kurus berhidung panjang menghadap ke samping kanan.
Presiden kelima RI itu sempat memandangi patung itu sambil berbincang dengan Butet. Namun tak terdengar apa isi pembicaraan keduanya.
Sebelum sesi tanya jawab awak media, Megawati menegaskan tidak ingin kunjungannya ini dikaitkan dengan politik praktis. “Apakah seni-seni yang hari ini Ibu lihat, sudah mencerminkan suasana politik hari ini?” tanya wartawan kepada Megawati.
“Kan tadi sudah dibilang, saya enggak ngomongin politik,” jawab Megawati. Megawati menampik bila penampilan publiknya dikait-kaitkan dengan isu politik. Ia hanya ingin menikmati seni.
“Karena buat saya seni itu juga kehidupan kan. Jadi juga artinya, kalau tadi (wartawan) menanyakan interpretasi (atas karya Butet), itu terserah (interprestasi) masing-masing,” ujar dia.
Megawati menegaskan, menikmati seni bagi dirinya maupun anggota keluarganya, adalah hal biasa. Sebab, orangtuanya yakni Soekarno dan Fatmawati adalah sosok-sosok seniman. Meski begitu, menurut Megawati, tentu saja dalam seni juga ada politik.
Dia menyebutkan ada politik seni, di mana karya-karya seni tentu interpretatif. Oleh karenanya, Megawati ingin mendorong pengembangan sekolah seni agar anak-anak muda Indonesia menghasilkan karya-karya seni lebih banyak.
Megawati juga menekankan seni itu hal luar biasa, karena merupakan perwujudan imajinasi dan kreativitas. Ia mengaku, dahulu merasa ada berbagai tempat seperti Taman Ismail Marzuki (TIM), sebagai ‘sekolah seni’.
“Yang sayang itu kan TIM, saya perhatikan apa ya, enggak jelas. Tolong tulis itu, enggak jelas,” kata Megawati.
“Taman Ismail Marzuki itu saya tahu banyak, saya sering, saya punya kartunya. Ada film-film yang menurut saya tidak ditayangkan di (bioskop umum) di luar, saya punya kartunya dan sebagainya, dan sangat saya nikmati, dan saya sangat mengerti. Nah, kalau sekarang mana?” lanjut dia.
Butet yang berada di dekat Megawati membuat celetukan kecil. “(Jadi) pusat perdagangan,” celetuk Butet. “Ya to, makanya saya bilang enggak jelas,” tambah Megawati.
Setelah itu, Megawati memberikan sedikit pemaknaannya atas karya Butet yang dipamerkan. “Saya dapat menikmati, langsung saya pikir ‘oh menurut pikiran saya Pak Butet ini mengalirkan kemarahannya tapi dengan sangat artistik, dengan luwes, dengan sebuah kreativitas, imajinasi, yang mana ada contohnya yang lain, enggak ada lagi, ya cuma dia. (Butet melakukannya) Dengan dzikir, tadi dibilang itu kan. Berarti dia menggunakan rohnya masuk ke pikirannya (ketika membuat karyanya),” urai Megawati.
Sumber: kompas.com
Editor: Agung