Tembakan Tank Israel Tewaskan 5 Tentaranya di Gaza Utara

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berdiri bersama tentara di dekat howitzer artileri di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza di Israel selatan dekat Rafah, 7 Mei 2024. (Foto: AFP)

J5NEWSROOM.COM, Militer Israel pada Kamis (16/5) mengatakan lima tentaranya tewas oleh tembakan tank Israel di bagian utara Jalur Gaza.

Militer mengatakan ada baku tembak tank dalam insiden itu dan tiga tentara lain terluka.

Kematian itu membuat jumlah tentara Israel yang tewas menjadi 273 sejak perang dimulai pada Oktober lalu.

Juga pada Kamis, militer AS melaporkan pemasangan dermaga sementara yang ditambatkan di pantai di Gaza telah tuntas. Hal itu akan memungkinkan jalur baru untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Komando Pusat AS mengatakan truk-truk bantuan “diperkirakan akan mulai bergerak ke darat dalam beberapa hari mendatang,” dan bahwa PBB akan bertanggung jawab menerima kiriman dan mengoordinasikan pendistribusiannya.

Koridor maritim baru ini terdiri dari beberapa bagian. Pertama-tama bantuan akan menjalani inspeksi dan pemeriksaan keamanan di Siprus. Muatan kemudian dibawa ke sebuah dermaga terapung yang dibangun AS di lepas pantai Gaza dan dipindahkan ke truk-truk, dan kapal-kapal lebih kecil membawa truk-truk itu ke dermaga yang baru ditambatkan di pesisir Gaza.

Pengaturan tersebut merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan apa yang dikatakan berbagai organisasi bantuan sebagai jumlah makanan, obat-obatan dan pasokan lainnya yang sangat tidak mencukupi untuk warga sipil Palestina. Beberapa organisasi bantuan mengatakan koridor laut bukanlah solusi terbaik, dan mengatakan bahwa meningkatkan aliran bantuan melalui penyeberangan darat akan jauh lebih efektif.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant pada Rabu menyerang PM Benjamin Netanyahu karena kegagalan menyusun rencana untuk memerintah Gaza setelah perang Israel dengan Hamas berakhir. Tetapi pemimpin Israel itu mengatakan tidak ada gunanya melakukan hal itu sebelum militan dikalahkan.

Dalam perselisihan yang tidak biasa di antara kedua orang itu, Gallant mengatakan dalam pernyataan di televisi bahwa ia menentang pembentukan kontrol sipil atau militer Israel di Jalur Gaza yang sempit di pesisir Laut Tengah. Kawasan itu dihuni oleh sekitar 2,3 juta orang Palestina.

“Sejak Oktober, saya telah mengangkat isu ini terus menerus di kabinet, dan tidak menerima tanggapan,” kata Gallant.

“Saya meminta PM Benjamin Netanyahu untuk membuat keputusan dan menyatakan bahwa Israel tidak akan mendirikan kontrol sipil atas Jalur Gaza,” kata Gallant, seraya menyerukan “pemerintahan alternatif Hamas segera.”

Dengan serangan Hamas pada 7 Oktober lalu terhadap Israel yang disusul serangan balasan Israel yang masih terus berlangsung terhadap militan Hamas di Gaza, Netanyahu telah berulang kali menolak membeberkan rencana pemerintahan di Gaza pascaperang.

AS, pemasok senjata utama Israel, telah menyerukan revitalisasi Otoritas Palestina untuk memerintah di Gaza dan Tepi Barat dalam solusi dua negara, Palestina bersama Israel.

Tetapi Netanyahu dan koalisi sayap kanannya menolak keras solusi semacam itu. Netanyahu mengatakan pembahasan apa pun mengenai bagaimana Gaza dipimpin setelah perang selama tujuh bulan ini hanyalah “omong kosong” jika Hamas masih terus berada di sana.

“Syarat pertama untuk mempersiapkan landasan bagi entitas lain adalah menghancurkan Hamas, dan untuk melakukannya tanpa membuat alasan,” kata Netanyahu dalam pernyataan yang dimuat di kanal Telegramnya.

Gallant mengatakan aksi militer sekarang ini di Gaza perlu ditindaklanjuti dengan aksi politik. “Hari tanpa Hamas hanya akan dicapai dengan entitas Palestina yang berkuasa di Gaza, didampingi para pelaku internasional, membangun pemerintah alternatif bagi pemerintahan Hamas,” katanya.

“Inilah terutama yang merupakan kepentingan Negara Israel,” ujar Gallant.

Menteri Keamanan Nasional Israel yang berhaluan ekstrem kanan, Itamar Ben-Gvir, anggota koalisi berkuasa Netanyahu, menyerang Gallant atas pandangannya itu. Ben-Gvir menggambarkan Gallant sebagai “menteri pertahanan yang gagal pada 7 Oktober dan terus gagal hari ini. Menteri pertahanan semacam itu harus diganti agar tujuan perang tercapai,” katanya.

Perang dipicu oleh serangan teror Hamas terhadap Israel Oktober lalu yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan sekitar 250 orang disandera, kata para pejabat Israel.

Serangan balasan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 35.200 orang Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang mencakup warga sipil dan orang-orang yang bertempur dalam penghitungan itu. Tetapi kementerian itu mengatakan mayoritas korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Israel mengatakan telah membunuh lebih dari 14 ribu militan dan sekitar 16 ribu warga sipil.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah