Perbedaan Kebijakan Impor Produk China antara Biden dan Trump

Seorang pekerja membersihkan Ora, mobil listrik China, selama pameran Auto di Shanghai, China (foto: dok). Pemerintahan Biden menaikkan tarif impor produk tertentu dari China, termasuk kendaraan listrik.

J5NEWSROOM.COM, Gedung Putih – Berbicara keras tentang China adalah satu dari sedikit topik yang sama-sama disepakati oleh Partai Demokrat maupun Partai Republik Amerika Serikat. Sikap ini bisa terlihat dari pernyataan yang disampaikan Presiden Joe Biden.

“Selama bertahun-tahun, pemerintah China telah menggelontorkan uang negara ke perusahaan-perusahaan China di berbagai macam industri – baja dan aluminium, semikonduktor, kendaraan listrik, panel surya – industri masa depan,” sebut Biden.

Pendahulunya, mantan Presiden Donald Trump juga mengisyaratkan hal serupa.

“China sedang menyantap makan siang kita saat ini dan mereka menjauh dari apa yang saya lakukan. Mereka memakan makan siang kita,” ujar Trump.

Baik Biden maupun Trump mengatakan bahwa mereka ingin menghukum China atas praktik perdagangan yang melanggar aturan internasional.

Pekan lalu, Biden telah melipatgandakan bea masuk kendaraan listrik asal China menjadi 100%. Tidak hanya itu, pungutan pajak untuk sejumlah produk baja dan aluminium juga ditingkatkan sebanyak 25% dan semikondukor naik sebanyak 50%. Langkah itu diambil Biden setelah pihaknya meninjau kebijakan bea masuk era pemerintahan Trump.

“Kami akan melawan kelebihan kapasitas China dalam industri-industri tersebut dan kami berinvestasi besar-besaran dalam baja serta aluminium Amerika yang bersih,” jelas Biden.

Namun, menurut Trump langkah yang dilakukan Biden itu “terlalu sedikit dan terlalu terlambat.”

“Mereka seharusnya melakukannya sejak lama. Tetapi mereka juga harus menerapkannya pada kendaraan lain. Mereka harus melakukannya pada banyak produk lainnya,” sebut Trump.

Jelang pemilu pada bulan November mendatang yang akan mempertemukan kembali keduanya, baik Biden maupun Trump ingin menyoroti bahwa kebijakan mereka terhadap Beijing akan menguntungkan para pekerja Amerika.

Pabeanan yang luas dalam impor asal China, mulai dari makanan laut hingga barang konsumen elektronik, pertama kali diterapkan oleh Trump.

Lalu Biden mempertahankan beberapa di antaranya, menargetkan sejumlah sektor utama seperti energi bersih. Hal ini sejalan dengan rencananya untuk meningkatkan produksi mobil listrik dalam negeri serta teknologi lain yang ditujukan untuk memerangi perubahan iklim dan mendominasi industri manufaktur berteknologi tinggi.

Perbedaan utama lainnya adalah Biden menyelaraskan upaya tersebut dengan para sekutu, termasuk Kelompok Tujuh Negara Industri atau G-7.

Rachel Ziemba, peneliti Center for a New American Security menyampaikan perbedaan Trump dalam hal tersebut.

“Pemerintahan Trump cukup bersedia mengimplementasikan pabeanan untuk mendapat kesepakatan yang lebih baik. Mereka kurang mau berinvestasi di dalam negeri, untuk mencoba menciptakan rantai pasokan alternatif, dan mereka bahkan mungkin kurang mau bekerja sama dengan para sekutu untuk mencoba membangun rantai pasokan tersebut,” jelas Ziemba.

Trump mengatakan bahwa pendekatan pabeanan yang lebih luas, lebih besar, dan bernilai miliaran dolar lebih baik. Sementara Biden mengatakan bahwa serangan pembedahan yang dilalukannya lebih efektif.

Terlepas dari apapun itu, Beijing menjanjikan pembalasan dan para pemilih Amerika akan menunjukkan pilihan mereka pada bulan November mendatang.

Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah