Pengasuh PP Mahasina Bahas Peningkatan Peran Pendidikan Keagamaan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional

Ki-Ka: KH Syamsul Munawar PP Sidogiri, Nyai Hj. Badriyah Fayumi dari PP Mahasina, Kota Bekasi, Prof.KH Amal Fathullah Zarkasyi dari PP Darussalam Gontor,  Ponorogro, KH Abdul Ghoffar Rozin dari PP Maslakul Huda, Kajen, Jawa Tengah, dan moderator Dr. Ir.Subandi S dari BAPPENAS. (Foto: Zubairi/J5NEWSROOM.COM)

LAPORAN: Zubairi Hasan

J5NEWSROOM.COM, Surabaya – Pengasuh PP Mahasina, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc, MA, tak kenal lelah dalam memperjuangkan penguatan posisi pesantren dalam lanskap kebijakan negara di tingkat nasional.

Terbaru, ulama perempuan ini memperjuangkan penguatan posisi pesantren dalam perencanaan nasional. Hal ini terlihat dalam presentasi Nyai Hj. Badriyah Fayumi dalam Focus Group Discussion bertema “Peta Jalan Pendidikan: Peningkatan Peran Pendidikan Keagamaan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional” yang diselenggarakan Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) di Hotel Harris, Surabaya (13/6/2024).

Ikut serta sebagai nara sumber, selain Nyai Hj. Badriyah Fayumi, adalah tokoh nasional dari pesantren lainnya, seperti KH. Syamsul Munawar dari PP Sidogiri, Jawa Timur,  Prof. KH Amal Fathullah Zarkasyi dari PP Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, dan KH Abdul Ghoffar Rozin dari PP Maslakul Huda, Kajen, Jawa Tengah, serta Dr. Ir. Subandi S dari BAPPENAS yang juga bertindak sebagai moderator.

Acara ini juga dihadiri oleh pengasuh pondok pesantren induk hampir mewakili berbagai regional di Indonesia. Pesantren induk merupakan sebutan untuk pesantren yang berumur lama, mempunyai cabang-cabang, memiliki “anak cucu”, serta mempuyai santri ribuan.

Acara ini bermula ketika Nyai Hj. Badriyah Fayumi mengusulkan dalam forum Majelis Masyayikh, sebuah lembaga independen yang dibentuk Kementrian Agama atas perintah Undang-Undang, agar institusi ini mendesak BAPPENAS untuk mendengarkan Pesantren secara langsung dalam sebuah forum khusus serta mengakomodasikan aspirasinya.

Maklumlah, selama ini BAPPENAS seringkali membuat perencanaan untuk pesantren, namun tanpa menyerap aspirasi dari pesantren secara langsung, melainkan mendengarkan dari madrasah, IAIN/UIN PTKI lainnya. “Alhamdulillah, melalui forum ini dan Insya Allah melalui forum lainnya nanti, lembaga negara akan mendengarkan aspirasi pesantren secara langsung,” ungkap ulama perempuan yang juga Pengurus MUI Pusat itu.

Dalam FGD ini, alumnus UIN Ciputat dan Universitas al-Azhar, Kairo, Mesir itu menyampaikan, agar BAPPENAS melibatkan Pesantren dalam seluruh proses perencanaan pembangunan nasional, sebagaimana melibatkan kaum perempuan pesantren.

Serta, mengembangkan pendekatan partisipatoris dan kemitraan dengan pesantren, sehingga dapat merumuskan cita-cita bersama antara Pesantren dan Pemerintah yang dapat direalisasikan dengan mudah mudah dan organik, karena Pesantren merasa hal merupakan agendanya sendiri, bukan sesuatu yang “dari luar”  yang bersifat top down. 

Sebagai pengasuh pondok pesantren yang lahir dari pesantren, Nyai Hj. Bariyah Fayumi berkomitmen mengawal dokumen perencanaan pembangunan Bappenas untuk Pesantren, dan sekaligus mengintegrasikan kesetaraan gender dan inklusi di dalamnya, sesuai dengan tujuan SDG’s no one left behind.

BAPPENAS menyambut baik presentasi dari Pengasuh PP Mahasina dan dari tokoh pesantren lainnya sebagai masukan berharga yang akan dijadikan pijakan untuk menentukan kebijakan, terutama dalam Perencanaan Nasional.

“Semoga pesantren dengan sistem dan ekosistemnya yang khas semakin kokoh dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) serta semakin kuat pengaruhnya dalam pembangunan nasional,” ungkapnya sembari menutup presentasinya di hadapan perwakilan pesantren induk dari berbagai daerah di Indonesia.

Editor: Agung