Aku, Arafah, Musdalifa dan Tenda Mina

Dosen Fakultas Hukum UNIBA Batam Dr. Fadlan, SH., MH saat bergerak menuju Mina Mekkah Saudi Arabia. (Foto: J5NEWSROOM.COM)

Oleh Fadlan

Aku menempuh jalur langit yang tidak pernah terlihat secara nyata, tapi aku menyakini kelak jalur ini akan dahsyat di masa depannya.

“Labbaikaullah Humma Hajjan, Aku penuhi pangilanMU ya Allah untuk berhaji”.

Aku hanya seorang hamba yang tengah menunggu waktu untuk pulang kembali kepadaNYA, mungkin terdengar mustahil bagiku untuk bisa berada di sana, bersama orang-orang dari berbagai bangsa dan negara, dengan tujuan yang sama yaitu Ridho Allah Azza Wa Jalla.

Banyak cerdik pandai, alim ulama,
orang biasa hingga kaya raya, semua kalangan kumpul dan tumpah ruah disana, pangkat jabatan mereka lepaskan semua, usia tidak jadi penghalang untuk tetap bergerak dengan keimanan yang sama.

Tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah Taala, bagiku…penantian lama itu akhirnya tiba, alhamdulillah aku dapat berhaji di usia muda meski tanpa didampingi oleh orang terkasih encikarindachikita untuk duduk bersama dan bermunajat kepadaNYA,

Namun demikian tidak lupa untaian doa telah dia titipkan agar aku bacakan ditempat yang paling mustajab di atas muka dunia agar kelak kami bisa haji bersama dengan anak cucu berikut dengan doa para kerabat, sahabat dan saudara yang kesemuanya ingin menunaikan rukun islam yang ke lima.

Jika Lailatul Qadar tidak diketahui kapan waktunya, maka hari itu sudah pasti dan kapan dia ada. Jika pada malam Lailatul Qadar hanya para malaikat yang turun kedunia, maka pada hari itu pemilik alam semesta Allah Azza Wazala hadir langsung di sana.

Arafah tempatnya.!!!

Takkala senja menunjukkan rupa, jutaan manusia bergerak bersama sambil mengAgungkan Asma TuhanNYA, rasa lelah tiada terasa, Ihram lusuh penuh noda, tenaga terkuras tak bersisa menuju tempat untuk berdiam setelah isha
Musdalifah namannya.!!

Tubuh kian lemah fisiknya, berbalut dua helai kain pelindungnya, tidak ada kemewahan dunia hanya tanah dan udara sebagai selimutnya, Langit hitam dengan bintangnya, gunung tandus nan gersang bentuknya menjadi saksi jutaan hamba, seakan mereka berkata “Hai Manusia,ingatlah hari ini sebagai penanda sebelum dikau masuk kelak kedalam perut Dunia”

Sepertiga malam tidak terasa, aku menunggu dibegerak ke Mina…

Mina…
Tenda putih menyambut di sana,
tempat yang dahulu hanya kudengar dan kubaca, ditambah lagi cerita duka yang menyelimuti pada masa dahulu kala.

Mina…
hari ini aku ada di sana, lapar dahaga tiada terasa, tempatku berteduh dari panas sang surya, tempatku berdiam dari hiruk pikuk dan kesibukan dunia, tempatku menjahit dan merajut perjalanan usia, agar kelak dapat kubaca dan kuingat setiap kali aku jauh dariNYA.

Mina….
Tenang, diam dan penuh makna
saksi sejarah anak cucu adam memulai perjuangan Agama, tempat perjalanan para Nabi dan Rasul sebelumnya.

dua hari lamanya aku akan berada di sana, sebelum akhirnya kembali ke Mekkah, perjalanan spiritual yang didambakan oleh setiap anak manusia, dengan momen dan kisah yang penuh makna serta berbeda-beda.

Lepas zuhur aku bergerak ke Jamarat Aqoba, jumrah pertama tujuannya agar segara halal dari larangan yang ada, belum selesai sampai disana, Tawaf ifadah Sai dari Safa ke Marwah dan tahalul yang kedua, sebagai syarat selesai Rukun Hajinya.

Tak lupa aku berhajat kebahagiaan untuk dunia dan akhirat bagi anak cucu, keturunan serta keluarga, sebab belum tentu aku akan kembali lagi ke sana.

Arafah, Musdalifah dan Mina…!!!

Aku hanya dapat berencana, namun Allah Azza Wa Zalla sebaik-baiknya pemberi ketetapan bagi setiap hambanya.

Mina, 10 Dzulhijah 1445 / 16 Juni 2024.

Saudi Arabia, 10.00 WAS