Memaknai Haji, Kurban dan Hijrah

Direktur Jamaica Muslim Center New York Amerika Serikat  Shamsi Ali Al-Kajangi. (Foto: Dok.Pri)

Oleh Shamsi Ali Al-Kajangi

KITA berada di bilangan hari-hari terakhir bulan Zulhijjah. Itu juga berarti kita sudah berada di hari-hari terakhir tahun 1445 H menuju tahu baru 1446 Hijriyah. Di bulan Zulhijjah ini ada ragam peristiwa penting yang pernah terjadi dan terus diingat dan dipraktekkan oleh Umat Muhammad SAW. Menjadikan bulan Zulhijjah memilki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh bulan lain. Terkhusus lagi di sepulu hari pertama bulan ini.

Ada tiga peristiwa penting yang terjadi di bulan Zulhijjah. Satu, hari-hari inilah pelaksanaan ibadah Haji yang merupakan salah satu rukun dan amalan ibadah yang sangat penting dalam Islam. Dua, perayaan Idul Adha atau kurban yang merupakan hari raya besar yang diobservasi oleh umat Islam. Dan tiga, pada akhir bulan inilah terjadinya peristiwa Hijrah Rasulullah dari Mekah ke Madinah.

Saya menyimpulkan ketiga hal itu dengan judul tulisan ini. Sesungguhnya ketiga peristiwa itu; Haji, Kurban, dan Hijrah tidak bisa dipisahkan dari rentetan peristiwa kehidupan Ibrahim AS. Hijrah menjadi peristiwa penting Ibrahkm dalam proses menyempurnakan agamanya. Dari Babilon ke Jerusalem dan Mekah. Dua kota yang kemudian menjadi pusat transformasi kehidupan dan peradaban musyrik ke kehidupan dan peradaban Tauhidi.

Saya melihat terjadinya tiga peristiwa ini (Hajj, kurban dan Hijrah) di bulan Zulhijjah ini memiliki makna yang sangat penting, baik pada tatatan keagamaan (keislaman) maupun kemasyarakatan (keumatan). Dan esensi dari kesemua itu ada pada satu hal yang disebutkan dalam Al-Quran: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam agama Islam sepenuhnya (kaaffah). Dan jangan ikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan adalah musuh yang nyata bagimu”.

Sebagaimana telah disampaikan beberapa kali sebelumnya bahwa haji adalah rukun Islam kelima yang diwajibkan hanya sekali dalam seumur. Kata haji juga dapat bermakna “hujjah” atau alasan, dasar, argumen dan juga bukti. Yang berarti bahwa Haji adalah tanda atau bukti komitmen kesempurnaan Islam seseorang.

Realita itu pula yang menjadikan hampir semua amalan Haji memilki relasi sejarah (historical connection) dengan Ibrahim AS. Kita kenal Ibrahim AS adalah sosok hamba Allah yang telah menyempurnakan semua perintah-perintah agama yang diperintahkan oleh Allah SWT. Sehingga perintah deklarasi haji pertama kali diperintahkan kepada beliau (alaihissalam).

Kesempurnaan pelaksanaan perintah Allah kepada Ibrahim itu kemudian terefleksi pada kesediaan dan kerelaan beliau untuk memberikan pengorbanan terbaiknya demi meraih ridho Allah SWT. Itulah yang juga kita komemorasi dengan pelaksanaan kurban dan Idul Adha. Memperingati Idul Adha bukan sekedar sholat dua raka’at. Bahkan bukan  sekedar karena sembelihan itu. Justru yang diperingati adalah spirit (semangat) pengorbanan yang telah mengantar Ibrahim menuju kepada kesempurnaan ketaatan dalam ubudiyah (pengabdian).

Komitmen penyempurnaan ketaatan dalam beragama (berislam) itulah yang kemudian terefleksi dalam rukun Islam yang kelima (Haji). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Haji, kurban dan Hijrah merupakan proses-proses yang harus dilalui untuk menuju kepada kesempurnaan dalam ketaatan dan keislaman.

Namun yang terpenting dari semua itu adalah bahwa baik haji, kurban dan Hijrah sesungguhnya merupakan tangga-tangga penting dalam proses menuju kepada kemenangan. Karenanya jika kita lihat secara dekat lagi, semua proses ini para akhirnya mengantar kepada “fathun mubiina” yang dijanjikan itu. Itulah realita yang terjadi kurang dari  sepuluh tahun setelah Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah. Beliau dikaruniai kemenangan menaklukkan kembali Makkah Al-Mukarrkomah dari tangan-tangan najis kaum musyrikin.

Dengan segala tantangan yang dihadapi oleh umat masa kini, khususnya penderitaan saudara-saudara kita di Gaza-Palestina, kita doakan semoga Haji, kurban dan Hijrah menjadi tangga-tangga bagi kesempurnaan kita dalam ketaatan dan beragama. Dan dengan kesempurnaan dalam ketaatan dan ubudiyah ini Allah akan mengangkat derajat umat ini ke posisi leadership (imaamah) sebagaimana yang telah dikaruniakan kepada Ibrahim dan cicitnya Muhammad SAW. Semoga!

Flushing NY, 26 Juni 2024

Penulis adalah Direktur Jamaica Muslim Center New York Amerika Serikat. Naskah ini dikirim via japri oleh penulis ke J5NEWSROOM.COM, Kamis, 27 Juni 2024