J5NEWSROOM.COM, Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada Jumat (5/7) bahwa lusinan pesawat China telah terdeteksi di sekitar pulau itu dalam waktu 24 jam. Hal itu menjadi pertanda terbaru meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Taipei.
Kementerian mengatakan 36 pesawat militer China dan enam kapal beroperasi di sekitar Taiwan sebelum pukul 06.00 waktu setempat.
Dalam pernyataan selanjutnya, kementerian mengatakan pihaknya mendeteksi tambahan 26 pesawat militer China. Kementerian mengatakan pihaknya telah “memantau situasi dan mengambil tindakan yang sesuai.”
Dalam konferensi pers pada 27 Juni, Kolonel Senior Wu Qian, Direktur Jenderal Kantor Informasi Kementerian Pertahanan Nasional China, ditanya tentang “banyak latihan” yang dilakukan di perairan sekitar Taiwan. Transkrip konferensi pers berbahasa Inggris dirilis oleh kementerian pada Kamis (4/7).
“Saya menyarankan otoritas DPP [Democratic Progressive Party/Partai Progresif Demokratik] untuk membiasakan diri mengepung aktivitas yang dilakukan oleh PLA [Tentara Pembebasan Rakyat]. Saya perlu menekankan bahwa tindakan dan operasi PLA yang relevan ditargetkan pada aktivitas separatis yang diadakan pada masa kemerdekaan Taiwan. ‘ pasukan separatis, mereka sama sekali tidak ditargetkan pada rekan-rekan kami di Taiwan,” kata Wu.
Kapal Nelayan Taiwan Ditahan
Provokasi terbaru China di dekat Taiwan terjadi hanya beberapa hari setelah awak kapal nelayan Taiwan ditahan oleh penjaga pantai China ketika kapal mereka beroperasi di dekat sebuah pulau yang dikuasai Taiwan.
Insiden pada Selasa (2/7) malam tersebut merupakan konflik maritim terbaru antara Taiwan dan China pada tahun ini.
“China biasanya menutup mata terhadap kapal penangkap ikan Taiwan” yang beroperasi di sekitar perairannya, kata Chung Chieh, peneliti di Divisi Keamanan Nasional di Taipei. Namun “perlakuan khusus” itu adalah sesuatu yang “tidak bisa dinikmati lagi oleh para nelayan Taiwan,” katanya kepada VOA Mandarin.
China kini menggunakan “hukum dalam negerinya” ketika ingin menghukum awak kapal Taiwan yang “ditemukan beroperasi di wilayah perairan China,” menurut Chieh.
“China ingin menetapkan fakta bahwa mereka dapat menegakkan hukum di kalangan nelayan dan kapal Taiwan,” katanya. “Insiden seperti itu akan membantu mengkonsolidasikan upaya mereka untuk menggunakan undang-undang sebagai senjata perang di Selat Taiwan.”
Taiwan sudah mempunyai pemerintahan sendiri sejak berakhirnya perang saudara di China pada 1949, ketika pasukan Nasionalis pimpinan Chiang Kai-shek diusir dari daratan oleh Partai Komunis pimpinan Mao Zedong.
Namun Beijing menganggap pulau berpenduduk 23 juta jiwa dan pulau-pulau sekitarnya sebagai wilayah China dan telah meningkatkan ancamannya untuk mencapai hal tersebut dengan kekuatan militer jika diperlukan.
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah