J5NEWSROOM.COM, Istanbul – Setelah berselisih tajam dengan anggota-anggota aliansi militer Barat lainnya selama bertahun-tahun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mulai hari Selasa akan menghadiri KTT NATO selama tiga hari di ibu kota Washington DC.
Beberapa analis mengatakan Erdogan datang ke pertemuan puncak itu dengan pijakan yang kuat, setelah ia menyelesaikan berbagai isu-isu kontroversial yang membayangi pertemuan-pertemuan NATO sebelumnya.
Sinal Ulgen, pengamat di Center for Economics and Foreign Policy Studies mengatakan, “Pada saat itu, perluasan NATO ke Swedia dan Finlandia sedang berlangsung, namun hal itu kini telah berakhir. Turki juga mendukung sekretaris jenderal yang baru, mantan Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte. Secara keseluruhan, Turki sejalan dengan serangkaian keputusan yang akan berhubungan dengan dukungan NATO untuk Ukraina.”
Namun, hubungan dekat Erdogan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tetap menjadi sumber ketegangan dengan para sekutu NATO. Hubungannya dengan Putin digarisbawahi oleh pertemuan tatap muka minggu lalu di sela-sela Organisasi Kerjasama Shanghai yang dipimpin oleh China, dan sikap Turki yang menolak menjatuhkan sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. Amerika dan Turki perlu sangat hati-hati untuk membina hubungan ini.
Kembali Sinan Ulgen mengatakan, “Ada pemahaman bahwa sebagai negara yang bertetangga dengan Rusia dan memiliki sejumlah ketergantungan, hubungan keduanya (Turki dan Rusia) merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Namun, sebagai gantinya, Turki juga cukup berhati-hati untuk tidak melewati garis merah atau batas yang ditetapkan oleh Amerika dan Uni Eropa terkait sanksi terhadap Rusia saat ini.”
KTT NATO di Washington akan memberikan Erdogan kesempatan untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden. Para analis berpendapat semakin pentingnya posisi Turki di Afrika, Asia Tengah, dan Kaukasus, dapat menjadi insentif bagi pemerintah Amerika untuk meningkatkan kerjasamanya dengan negara itu.
Sementara Asli Aydintasbas, analis di Brookings Institutions di Washington DC menilai, “Pemerintah Amerika dan para pejabat Turki sedang melirik Afrika, di mana Turki berambisi untuk memperluas pengaruhnya baik secara ekonomi maupun keamanan. Ada perhatian baru pada Asia Tengah dan, tentu saja, upaya untuk melihat apakah ada lebih banyak hal baru di Balkan dalam konteks dukungan stabilitas Turki dan Amerika demi perluasan Uni Eropa.”
Rencana pertemuan Erdogan dan Biden pada bulan Mei lalu di Washington DC dibatalkan di tengah-tengah perbedaan pandangan mengenai perang Israel di Gaza. Para analis mengatakan “kedua pimpinan ini bisa jadi akan saling menghindar dalam KTT NATO ini.”
Sumber: voaindonesia.com
Editor: Saibansah